Ismah Ifadoh Aprilia
(2115091878 / 3 B)
Artikel Ilmiah ini Disusun
untuk Memenuhi Tugas Akhir PK. Menulis
Jigsaw Salah Satu Metode Pembelajaran Bahasa
Indonesia yang Menyenangkan Bagi Siswa SMP
1.
Pendahuluan
Dalam
memberikan pengajaran di kelas, seorang guru profesional harus mampu
menampilkan kompetensi-kompetensi yang harus dimilikinya. Salah satu dari
kompetensi tersebut yaitu guru harus mampu menguasai proses pembelajaran.
Komponen yang dapat menunjang dalam memberikan pembelajaran di kelas yaitu dengan
menggunakan bermacam-macam metode pembelajaran yang bervariasi dapat menarik
minat belajar siswa. Dalam menarik minat siswa dalam pembelajaran, guru tidak
hanya dapat memberikan ceramah, sementara siswa hanya diam mendengarkan. Hal
tersebut dapat menjadikan siswa bosan. Kebosanan dalam mendengarkan uraian guru
dapat mematikan semangat belajar siswa. Selain itu ada pokok bahasa yang kurang
tepat apabila disampaikan melalui metode ceramah.
Setiap
metode mempunyai karakteristik tertentu dengan kelebihan dan kelemahan
masing-masing. Suatu metode pembelajaran mungkin baik untuk pokok bahasan
maupun situasi dan kondisi tertentu, tetapi tidak tepat unntuk situasi lalin.
Demikian pula suatu metode yanng dianggap baik digunakan dalam pokok bahasan
yang disampaikan oleh guru tertentu, kadang belum tentu berhasil dibawakan oleh
guru lain.
Salah
satu bentuk metode yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran di kelas
yaitu metode Jigsaw. Metode ini
dikembangkan agar dapat membangun kelas sebagai komunitas belajar yang
menghargai semua kemampuan siswa. Jigsaw dapat
digunakan apabila bahan yang dipelajari berbentuk naratif tertulis dan tujuan
pembelajarannya lebih menekankan pada konsep dari pada keterampilan.
2.
Apa Jigsaw itu?
Metode
jigsaw adalah salah satu dari metode-metode
kooperatif yang paling fleksibel, jigsaw yang menyertakan segala kaitan,
interaksi, dan perbedaan yang maksimal dalam pembelajaran. Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai meteri pelajaran
untuk mencapai prestasi yang maksimal.
Metode
jigsaw didesain untuk meningkatkan
rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga orang lain.
Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus
siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya. Tujuan dari
metode jigsaw adalah mengembangkan
kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara
mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari
semua materi sendirian.
Dalam
metode belajar ini terdapat tahap-tahap dalam penyelenggaraannya. Tahap pertama
siswa dikelompokan dalam bentuk kelompok-kelompok kecil. Pembentukan
kelompok-kelompok siswa tersebut dapat dilakukan guru berdasarkan pertimbangan
tertentu. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggungjawab terhadap
subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang disebut dengan tim ahli.
Siswa-siswa ini menyelesaikan rugas kooperatifnya dalam: (a) belajar dan
menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; (b) merenncanakan bagaimana mengajarkan
subtopik bagiannnya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa
tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam
subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada
temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa. Hasilnya seluruh
siswa bertanggung jawab untuk menunjukan penguasaannnya terhadap seluruh materi
yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian setiap siswa dalam kelompok harus
menguasai topik secara keseluruhan.
3.
Metode
Jigsaw Bagian dari Strategi Cooperative Learning, Dapat Meningkatkan
Jiwa Sosial Siswa
Tujuan
penting dari cooperative learning
adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi.
Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki siswa sebagai warga masyarakat,
bangsa, dan negara, mengingat kenyataan yang dihadapi bangsa ini dalam
mengatasi masalah-masalah sosial semakin kompleks. Apa lagi tantangan peserta
didik supaya mampu dalam menghadapi persaingan global untuk memenangkan
persaingan.
Era
global yang ditandai
dengan persaingan dan kerja sama di segala aspek kehidupan mempersyaratkan para
ssiswa memiliki keterampilan sosial. Keterampilan serta sikap positif sosial
sebaagai anggota masyarakat lokal ataupun global yang demokratis dapat
dikembangkan lebih lanjut melalui cooperative
learning. Dengan demikian, dapat diduga para peserta didik akan mendapatkan
makna dan manfaatpraktis dari setiap proses pembalajaran tersebut.
Salah
satu sikap yang dimiliki siswa sebagai hasil dari proses pembelajaran, yaitu
setiap siswa memiliki sikap keterampilan sosial. Keterampila sosial merupakan
sikap yang dimiliki setiap individu sebagai hasil dari proses belajar, tetapi
hasil ini tidak diperoleh secara menyeluruh oleh individu di dalam kelas,
melainkan hanya sebagian saja yang dimiliki siswa tersebut. Hal ini tergantung
dari tingkat pemaknaaan setiap individu itu merealisasikan apa yang ia peroleh
sebagai hasil belajar. Sikap keterampilan sosial ini terlihat dari perbuatan
siswa, misalnya siswa tanggap terhadap masalah kebersihan di kelas, tanggap
dengan iuran wajib di kelas, tanggap terhadap hak sebagai siswa di kelas, di keluarga,
di sekolah, di masyarakat, dan dalam kehidupan berbangsa ddan bernegara.
Perilaku
yang dicerminkan dari hasil belajar di sekolah bagi siswa yang memiliki
keterampilan sosial bukan
hanya ia sadar memiliki sikap tanggap saja, akan tetapi sikap tersebut
direalisasikan dalam kehidupan sehari—harinya, yang pada akhirnya akan menjadi
warga negara yang baik, yang ditandai dengan sikap memahami hak dan kewajiban
sebagai warga negara.
Untuk
tercapainya siswa sebagaimana yang digambarkan di atas, diperlukan adanya iklim
yang sehat melalui jenjang persekolahan sehingga memmungkinkan siswa sebagai
generasi muda berkembang secara wajar dan bertanggung jawab. Karena itu perllu
adanya usaha-usaha mengembangkan pemikiran siswa untuk dapat menganalisis
hal-hal yang terjadi dalam masyarakat, baik yang sudah terjadi maupun yang akan
terjadi dan mengancam keadaan masyarakat secara umum. Maka siswa tersebuut
diharapkan akan menjadi siswa yang memiliki keterampilan sosial yang dibutuhkan
dalam masyarakat yang modern seperti sekarang ini.
3 komentar:
Rachma Putri Rahayu – 2115091874
Menurut saya, artikel ilmiah yang Saudara Ismah buat sudah cukup baik. Pengambangan dan mind map sesuai. Namun sayang antara judul dan isi yang dipaparkan beliau kurang berhubungan. Saudara Ismah mengangkat judul “Jigsaw Salah Satu Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Menyenangkan Bagi Siswa SMP” namun hal ‘menyenangkan’ kurang terlihat. Hal itu terbukti dari pemaparan pada bagian judul ‘Metode Jigsaw Bagian dari Strategi Cooperative Learning, Dapat Meningkatkan Jiwa Sosial Siswa’ pada bagian tersebut Saudara Ismah berfokus mengenai kerja sama dan keterampilan sosial. Padahal konsep antara ‘menyenangkan’ dan ‘kerja sama dan keterampilan’ berbeda. Kerja sama dan keterampilan belum tentu menyenangkan. Lalu pada judul Saudara Ismah menyebutkan ‘Jigsaw ...... Bagi Siswa SMP’ dalam pengembangannya ia sama sekali tidak menyinggung pembelajaran siswa SMP pada khusunya, ia memaparkan pembelajaran kepada siswa saja.
Dilihat dari teknis penulisan, paragraf dan kalimat baik. Terdapat kepaduan antar paragraf. Namun sayang, saudara Ismah tidak mencantumkan daftar pustaka pada artikel yang beliau buat padahal hal tersebut sangat penting.
Menurut saya, pada artikel yang dibuat penulis terdapat beberapa ketidaksesuaian. Misalnya saja pada judul yang menitikberatkan pada pelajaran bahasa Indonesia yang menyenangkan yang sama sekali tidak dibicarakan dalam isi artikel tersebut. Hal tersebut pun terlihat bukan hanya dari isi, tetapi juga dari mind map yang dibuat sama sekali tidak menuangkan ide dan gagasannya mengenai pembelajaran menyenangkan.
Akan tetapi, artikel ini telah mampu mengangkat fenomena yang terjadi di masyarakat.
Hanya saja, penulis tidak menyebutkan sumber referensi pada artikel tersebut.
Ratih Sukmaning Tyas-2115091883
Menurut saya, pada artikel yang dibuat penulis terdapat beberapa ketidaksesuaian. Misalnya saja pada judul yang menitikberatkan pada pelajaran bahasa Indonesia yang menyenangkan yang sama sekali tidak dibicarakan dalam isi artikel tersebut. Hal tersebut pun terlihat bukan hanya dari isi, tetapi juga dari mind map yang dibuat sama sekali tidak menuangkan ide dan gagasannya mengenai pembelajaran menyenangkan.
Akan tetapi, artikel ini telah mampu mengangkat fenomena yang terjadi di masyarakat.
Hanya saja, penulis tidak menyebutkan sumber referensi pada artikel tersebut.
Posting Komentar