Mind Map Artikel Ilmiah “Peran Etika Berbahasa dalam Melamar
Pekerjaan”
oleh Rawdotul Jannah
oleh Rawdotul Jannah
Fakultas Bahasa dan
Seni, Universitas Negeri Jakarta
Abstrak
Artikel
ini membahas peran etika berbahasa dalam melamar pekerjaan. Judul artikel,
peran etika berbahasa dalam melamar pekerjaan, dipilih karena termotivasi oleh
pengalaman pribadi saat wawancara kerja pada suatu perusahaan. Etika berbahasa
sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam melamar
pekerjaan. Karena itu, penulis ingin berbagi pikiran akan masalah itu kepada
pembaca sekalian. Dalam artikel ini, akan dibahas rambu-rambu etika berbahasa,
pedoman normatif dalam perbincangan, dan seputar pertanyaan dalam wawancara
kerja. Untuk dapat memudahkan pembaca dalam meramu isi artikel, terdapat
rangkuman pada akhir pembahasan artikel ini. Kata kunci: etika berbahasa.
Latar
Belakang
Setiap
orang membutuhkan pekerjaan untuk dapat mencukupi kebutuhan hidupnya
sehari-hari. Siapa yang ingin hidup haruslah bekerja. Karena tanpa bekerja,
kita tidak dapat bertahan hidup di dunia ini. Dunia ini seakan-akan kejam. Ia
seolah tak peduli siapa pun. Ia tetap menopang kehidupan manusia meskipun di
atasnya banyak manusia yang meratap kelaparan, kehausan, kepanasan, dan
kemiskinan. Baginya, hidup adalah persaingan. Karena itu, kita harus dapat
bersaing dengan zaman yang terus melaju dengan pesatnya agar dapat bertahan
hidup di dunia ini.
Namun,
ketika seseorang ingin mendapatkan pekerjaan, tidak serta-merta pekerjaan itu
dapat diperoleh dengan mudah. Banyak orang yang membutuhkan pekerjaan sehingga
sebanyak apa pun lapangan pekerjaan masih ada saja orang yang belum mendapatkan
pekerjaan. Untuk memperoleh pekerjaan saja, kita harus melakukan sejumlah tes
masuk kerja. Hasilnya tidak dapat dipastikan apakah seseorang itu lulus dari
tes itu atau tidak lulus. Di sinilah letak keegoisan dunia yang kadang tidak
pernah berpihak kepada yang lemah.
Orang-orang
yang pesimistis pasti akan kapok dalam melamar pekerjaan jika hasilnya selalu
nihil. Padahal, ada kunci yang paling mujarab, yaitu etika. Etika haruslah berawal dari melamar
pekerjaan sampai dengan bekerja sesuai dengan keahliannya karena baik atau buruknya seseorang dapat dilihat
berdasarkan pengamatan pada sikap, gaya bahasa dalam menjawab pertanyaan ketika
wawancara kerja, cara berpakaian, cara duduk, dan cara berjalan. Etika
berbahasa merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam hal apa pun. Karena
itu, kita harus dapat menerapkan etika berbahasa dalam kehidupan kita sehari-hari,
khususnya dalam melamar pekerjaan.
Landasan
Teori
1.
Pengertian Etika
[1]Kata
etika berasal dari bahasa Perancis étiquette.
Etika atau bisa juga disebut etiket merupakan tata cara atau tingkah laku yang baik. Etika dapat pula diartikan sebagai
peraturan atau ketentuan yang menetapkan tingkah laku yang baik dalam bergaul
atau berhubungan dengan orang lain. [2]Etika merupakan ilmu tentang apa yang baik dan apa yang
buruk dan tentang hak serta, kewajiban, atau nilai yang berkenaan dengan
akhlak; atas 3 asas perilaku yang
menjadi pedoman.
Berdasarkan
pengertian itu, dapat disimpulkan bahwa etika merupakan tata cara atau
peraturan untuk menetapkan tingkah laku yang baik atau yang buruk dalam bergaul
atau berhubungan dengan orang lain.
2.
Pengertian Bahasa
[3]Bahasa
adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota
kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan
diri. Menurut Kridalaksana dalam buku Abdul Chaer (2007), bahasa itu adalah
sebuah sistem, bahasa itu berwujud lambang, bahasa itu berupa bunyi, bahasa itu
bersifat arbitrer, bahasa itu bermakna, bahasa itu bersifat konvensional,
bahasa itu bersifat unik, bahasa itu bersifat universal, bahasa itu bersifat
produktif, bahasa itu bervariasi, bahasa itu bersifat dinamis, bahasa itu berfungsi
sebagai alat interaksi sosial, dan bahasa itu merupakan identitas penuturnya.
Jadi,
bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbiter, bermakna, konvensional,
unik, universal, produktif, bervariasi, dinamis, alat interaksi sosial yang
digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,
dan mengidentifikasikan diri.
3.
Pengertian Etika Berbahasa
[4]Kesantunan
berbahasa lebih berkenaan dengan substansi bahasanya, sedangkan etika berbahasa
lebih berkenaan dengan perilaku atau tingkah laku di dalam bertutur. Dalam hal
ini, Masinambouw (1984) mengatakan bahwa sistem bahasa mempunyai fungsi sebagai
sarana berlangsungnya interaksi manusia di dalam masyarakat, berarti di dalam
tindak laku berbahasa haruslah disertai norma-norma yang berlaku di dalam
budaya itu. Sistem tindak laku berbahasa menurut norma-norma budaya ini disebut
etika berbahasa atau tata cara berbahasa menurut Geertz (1976).
Rencana
Pemecahan Masalah
Untuk dapat diterima
dengan baik pada suatu perusahaan, berikanlah kesan yang baik pada waktu
pertama wawancara kerja dengan pihak perusahaan. Penting diingat bahwa kesan
yang baik dapat diwujudkan melalui cara berbahasa yang baik dan tingkah laku
yang baik. Hal ini berkaitan dengan etika berbahasa yang mengutamakan
norma-norma dalam setiap tindak laku atau tingkah laku, seperti yang
diungkapkan Geertz (1976). Etika berbahasa haruslah dipraktikkan dalam kehidupan
sehari-hari sehingga seseorang terbiasa dengan cara berbahasa yang santun dan
baik, seperti ungkapan “ala bisa karena biasa”. Oleh karena itu, biasakanlah
berbahasa dengan etika yang baik sehingga terbawa pada saat wawancara kerja.
Tujuan
Penulisan
1. Mengetahui
peran etika berbahasa dalam melamar pekerjaan.
2. Memahami
etika berbahasa yang harus diperhatikan dalam melamar pekerjaan.
3. Berbagi
ilmu dan pengetahuan dengan pihak lain.
Rambu-rambu
Etika Berbahasa
[5]Etika
berbahasa erat kaitannya dengan pemilian kode bahasa, norma-norma sosial, dan
sistem budaya yang berlaku dalam satu masyarakat. Oleh karena itu, etika
berbahasa ini, antara lain akan “mengatur” (a) apa yang harus kita katakan pada
waktu dan keadaan tertentu kepada seorang partisipan berkenaan dengan status
sosial dan budaya dalam masyarakat itu, (b) ragam bahasa apa yang paling wajar
kita gunakan dalam situasi sosiolonguistik dan budaya tertentu, (c) kapan dan
bagaimana kita menggunakan giliran berbicara kita, dan menyela pembicaraan
orang lain, (d) kapan kita harus diam, (e) bagaimana kualitas suara dan sikap
fisik kita di dalam berbicara itu. Seseorang baru dapat disebut pandai berbahasa
kalau dia menguasai tata cara atau etika berbahasa itu.
Butir-butir aturan
dalam etika berbahasa yang disebutkan di atas bukanlah merupakan hal yang
terpisah, melainkan merupakan hal yang menyatu di dalam tindak laku berbahasa. Yang
harus diperhatikan dalam butir (a) dan (b) ialah “Siapa berbicara, dengan
bahasa apa, kepada siapa, tentang apa, kapan, dimana, dan dengan tujuan apa”.
Butir (c) dan (d) yang juga merupakan aturan dalam etika berbahasa perlu pula
dipahami agar seseorang bisa disebut sebagai orang yang dapat berbahasa.
Seseorang tidak bisa seenaknya menyela pembicaraan orang lain dan untuk menyela
harus diperhatikan waktu yang tepat, dan tentunya juga memberikan isyarat
terlebih dahulu.
Butir (e) dalam aturan
etika berbahasa menyangkut masalah kualitas suara dan gerak-gerik anggota tubuh
ketika berbicara. Kualitas suara berkenaan dengan volume dan nada suara. Setiap
budaya mempunyai aturan yang berbeda dalam mengatur volume dan nada suara. Para
penutur dari Sumatera Utara yang berbahasa Batak terlihat menggunakan volume
suara yang lebih tinggi dibanding dengan para penutur bahasa Sunda dan Jawa.
Selain itu, untuk tujuan-tujuan tertentu volume dan nada suara ini biasanya
berbeda. Karena itu, seseorang perlu memahami kualitas suara dan gerak-gerik
dirinya dalam berbicara agar tidak menyinggung perasaan orang lain.
Pedoman
Normatif dalam Perbincangan
[6]Berbincang-bincang
merupakan komunikasi informal yang dilakukan antarsesama karyawan, karyawan
dengan atasan, atau karyawan dengan orang lain. Berbincang-bincang bisa juga
terjadi dalam lingkungan internal (perbincangan terjadi dalam lingkungan
organisasi/perusahaan tempat kita bekerja), maupun dalam lingkungan eksternal
(perbincangan terjadi di luar lingkungan organisasi/perusahaan tempat kita
bekerja).
Wawancara kerja
merupakan suatu perbincangan pula. Hanya saja, perbincangan tersebut dilakukan
antara pihak perusahaan dengan pihak pelamar kerja yang berasal dari luar
perusahaan.
Namun demikian, tidak ada salahnya
jika seseorang yang ingin melamar pekerjaan mengetahui pedoman normatif dalam
perbincangan. Hal ini dapat bermanfaat sebagai acuan ketika berbincang dengan
pihak perusahaan.
Lukas dalam bukunya
menjelaskan bahwa ada beberapa pedoman normatif di dalam melakukan perbincangan
sehingga hubungan personal, kerja sama, performansi, citra diri, dan citra
organisasi tetap terjaga. Beberapa pedoman normatif tersebut sebagai berikut.
1. Pada
saat melakukan perbincangan, hindari pembicaraan yang dapat merendahkan
martabat atau harga diri orang lain. Sehubungan dengan hal ini, sewaktu
berbincang-bincang hindari membicarakan kekurangan atau keburukan orang lain.
2. Dalam
perbincangan, kita tidak perlu memancing perdebatan atau saling bantah untuk
menjaga hubungan personal dan relasi yang baik.
3. Berilah
kesempatan kepada pihak lain untuk menjaga hubungan personal dan relasi yang
baik.
4. Berilah
kesempatan kepada orang lain untuk berbicara. Sehubungan dengan hal ini, kita
harus tanggap dan tahun kapan harus berbicara dan kapan harus mendengarkan
pihak lain sehingga kita tidak mendominasi ataupun “memborong” pembicaraan
5. Kita
tidak perlu berlagak tahu segalanya dan berbicara seolah-olah orang lain tidak
tahu apa-apa.
6. Tidak
perlu memaksa orang yang pendiam atau pemalu untuk berbicara, apalagi sampai
mempermalukan orang tersebut di hadapan umum.
7. Berikan
kesempatan pada setiap orang untuk terlibat dalam percakapan kelompok. Kita
tidak perlu melakukan tindakan selektif dan diskriminatif, baik dengan
ungkapan-ungkapan verbal maupun nonverbal.
8. Pada
saat kita berbicara, pandangan diarahkan pada wajah lawan bicara kita. Dengan
demikian, pandangan kita tidak ke kaki, ke tangan, ke handphone yang kita
pegang, atau ke mana-mana. Hal ini sebagai bentuk perhatian dan penghargaan
kita terhadap lawan bicara kita.
9. Hindari
terlalu dekat dengan wajah lawan bicara kita pada saat berbincang-bingcang,
kecuali berbisik. Berbisik dalam waktu yang relatif lama pun harus kita hindari
pada saat berbincang-bincang dalam kelompok karena mungkin orang lain di
sekitar kita akan terganggu, atau paling tidak merasa risih. Apabila memang
berbisik perlu kita lakukan, mintalah izin pada orang-orang yang tergabung
dalam kelompok perbincangan kita.
10. Pada
saat berbincang-bincang dalam lingkungan internal maupun eksternal, hindari
tindakan membocorkan rahasia-rahasia organisasi/perusahaan kepada pihak-pihak
yang tidak berkompeten.
11. Hindari
tindakan dan emosi yang berlebihan pada saat berbincang-bincang dalam kelompok,
misalnya tertawa terlalu keras sehingga mengundang perhatian atau mengganggu
orang-orang di sekitar.
12. Kita
perlu melihat situasi dan kondisi orang yang kita ajak bicara. Misalnya, bila
orang tersebut belum menikah pada usia yang sudah semakin tua, kita tidak perlu
membicarakan pernikahan dengan penuh semangat, atau membicarakan anak kita
dengan kelucuannya kepada orang yang sudah lama menantikan kehadiran seorang
anak.
13. Gunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar dan melihat siapa orang yang kita ajak
bicara. Misalnya, seorang karyawan muda tidak sepantasnya mengatakan “gue”
ataupun “lu” saat bicara dengan karyawan yang lebih tua.
14. Gunakan
bahasa yang umum digunakan bila perbincangan terdiri atas beberapa suku atau
ras. Misalnya, orang Jawa berkumpul dengan orang Sunda. Jangan sampai kita
menggunakan bahasa Jawa untuk hal-hal rahasia untuk menyindir orang Sunda.
15. Hindari bergosip dengan rekan kerja. Isi waktu
istirahat kita di kantor dengan joke atau canda yang menyegarkan atau membahas
hal-hal yang bersifat umum dan ringan.
16. Kita
tidak perlu membicarakan kelebihan kita secara terus terang, apalagi dengan
nada sombong kepada rekan kerja, baik tentang kepandaian, kekayaan, atau
jabatan kita.
17. Selayaknya
kita tidak perlu membicarakan keluarga kita dan permasalahannya kepada orang
lain setiap saat karena akan membuat mereka jenuh, bahkan akan membuka aib
keluarga kita sendiri.
Seputar
Pertanyaan dalam Wawancara Kerja
Menurut
“Ron Fry” dalam bukunya yang berjudul “101 Toughest Interview
Question, seseorang harus selalu terfokus pada pencapaian terbaik di tempat Anda berkerja sebelumnya, kekuatan yang tercermin dalam diri anda dalam pencapain tersebut , bagaimana kekuatan Anda berguna untuk posisi yang Anda lamar, berikan contoh kinerja dan sifat Anda selama ini yang dapat membuat mereka merasa bahwa Anda adalah orang yang cocok untuk posisi yang ditawarkan.
Question, seseorang harus selalu terfokus pada pencapaian terbaik di tempat Anda berkerja sebelumnya, kekuatan yang tercermin dalam diri anda dalam pencapain tersebut , bagaimana kekuatan Anda berguna untuk posisi yang Anda lamar, berikan contoh kinerja dan sifat Anda selama ini yang dapat membuat mereka merasa bahwa Anda adalah orang yang cocok untuk posisi yang ditawarkan.
Berkaitan dengan
pertanyaan dalam wawancara kerja, seseorang yang ingin melamar pekerjaan perlu
mengetahui pertanyaan yang biasa dipertanyakan dalam wawancara kerja. Dengan
begitu, orang tersebut dapat mempersiapkan diri untuk dapat menjawab pertanyaan
itu dengan jujur dan dengan bahasa yang beretika. [7]Pertanyaan-pertanyaan
tersebut menjadi mudah dijawab apabila seseorang menjadi diri sendiri,
mengenali diri sendiri, dan mempromosikan diri. Berikut ini akan diuraikan
seputar pertanyaan dalam wawancara kerja.
1. Ceritakan sedikit mengenai diri
Anda?
Bentuk lain dari
pertanyaan ini adalah ”Gambarkanlah diri Anda dalam lima kata!” atau ”Kata-kata
apa saja yang dapat mewakili Anda?”. Untuk menjawab pertanyaan ini, seseorang
harus menjelaskannya dengan menunjukan sikap positif, seperti perkerja keras,
pantang menyerah, dan dapat berkerja dalam tekanan.
2.
Apa kekuatan dan kelebihan Anda?
Hal yang perlu diingat mengenai pertanyaan ini adalah jangan membicarakan kelebihan yang dimiliki yang tidak ada kaitannya sama sekali
dengan posisi yang sedang ditawarkan. Misalnya, apabila posisi yang ditawarkan adalah marketing, tonjolkanlah
kelebihan-kelebihan di bidang sosialisasi, seperti mudah bergaul, selalu berpikir positif, pantang menyerah, senang berkawan, dan lain sebagainya.
kelebihan-kelebihan di bidang sosialisasi, seperti mudah bergaul, selalu berpikir positif, pantang menyerah, senang berkawan, dan lain sebagainya.
3. Apa kelemahan atau kekurangan Anda?
Pada dasarnya,
pertannyaan ini sering ditanyakan dan tujuannya tidak
untuk menjatuhka, tetapi lebih kepada mengetahui bagaimana seseorang mengatasi kelemahan dan kekurangan tersebut. Jadi, pastikan setelah menyampaikan kelemahan atau kekurangan diri, jelaskan pula bagaimana mengatasi kelemahan tersebut dan pastikan kelemahan yang disebutkan tersebut tidak terlalu merugikan diri sendiri. Kita tidak perlu memilih kelemahan yang dapat menghancurkan kesempatan dan alihkan kelemahan kita menjadi kekuatan. Berikut ini merupakan beberapa kekurangan dan kelemahan yang nyata yang dapat menjadi kekuatan: a. Saya cenderung perfeksionis. b. Saya terlalu banyak menuntut pada diri sendiri.
untuk menjatuhka, tetapi lebih kepada mengetahui bagaimana seseorang mengatasi kelemahan dan kekurangan tersebut. Jadi, pastikan setelah menyampaikan kelemahan atau kekurangan diri, jelaskan pula bagaimana mengatasi kelemahan tersebut dan pastikan kelemahan yang disebutkan tersebut tidak terlalu merugikan diri sendiri. Kita tidak perlu memilih kelemahan yang dapat menghancurkan kesempatan dan alihkan kelemahan kita menjadi kekuatan. Berikut ini merupakan beberapa kekurangan dan kelemahan yang nyata yang dapat menjadi kekuatan: a. Saya cenderung perfeksionis. b. Saya terlalu banyak menuntut pada diri sendiri.
4.
Mengapa Anda berhenti
dari perkerjaan sebelummnya?
Hati-hati dalam menjawab
pertanyaan ini.
Jangan pernah
menjelek-jelekan atasan atau
perusahaan tempat dulu kita berkerja.
Sebaiknya, berikan jawaban, seperti ”Tidak adanya kersempatan
pengembangan karier” atau ”Ingin mencoba
hal baru”. Kita juga harus
bersiap-siap apabila ditanyakan mengenai orang/teman yang dapat dihubungi di tempat kita bekerja dulu. Pertanyaan ini bisasanya untuk mengetahaui
apakah seseorang meninggalkan
perkerjaan yang dulu secara baik-baik atau tidak. Jadi, sangat penting untuk punya teman baik di
tempat kerja.
5.
Berapa gaji yang Anda harapkan?
Karena ini adalah masalah yang peka dan penting, ada baiknya kita mempersiapkannya terlebih dahulu. Banyak pakar perekrutan kerja menganjurkan seseorang menaikan 20-30% dari gaji terakhir yang diterima karena kebanyakan para pewawancara
menjadikan gaji terakhir sebagai patokan bagi pemberi kerja yang baru. Kita harus mengemas diri untuk layak menerima gaji tersebut. Jangan memasang gaji terlalu tinggi maupun terlalu rendah karena dapat merugikan diri sendiri. Kita dapat berkonsultasi kepada teman yang memiliki profesi sama pada kota atau wilayah yang sama karena kota
yang berbeda memiliki standar gaji yang berbeda pula.
menjadikan gaji terakhir sebagai patokan bagi pemberi kerja yang baru. Kita harus mengemas diri untuk layak menerima gaji tersebut. Jangan memasang gaji terlalu tinggi maupun terlalu rendah karena dapat merugikan diri sendiri. Kita dapat berkonsultasi kepada teman yang memiliki profesi sama pada kota atau wilayah yang sama karena kota
yang berbeda memiliki standar gaji yang berbeda pula.
6. Apa yang Anda ketahui mengenai perusahaan kami? Mengapa Anda
memilih perusahaan ini?
Biasanya, pertanyaan
ini diberikan oleh pewawancara dari
perusahaan-perusahaan besar dan biasanya mereka memiliki alamat website sehingga memudahkan seseorang untuk mempelajari mengenai perusahaan tersebut. Pastikan kita mempelajari mengenai perusahaan mereka dan dapat menjawab mengenai perusahaan pewawancara sehingga terkesan bahwa kita menaruh minat yang lebih terhadap perusahaan tersebut. Hindari memberikan jawaban ”Saya meilih
perkerjaan ini karena saya butuh
perkerjaan” atau ”Saya memilih perusahaan ini kerena memiliki reputasi
yang baik”, tetapi jelaskan
dan ditambahkan sedikit pujian mengapa
perusahaan ini memiliki reputasi baik di mata masyarakat sehingga memberikan kesan bahwa kita telah mengenali perusahaan mereka.
7. Kemana Anda melihat diri Anda 5-10 tahun ke depan?
Pertanyaan ini bisanya
untuk melihat tingkat keseriusan dan minat seseorang terhadap posisi yang
ditawarkan atau hanya menjadikannya batu loncatan sambil menunggu mendapatkan perkerjaan yang lebih baik. Kita sebaiknya menjawab pertanyaan ini dengan etos kita bekerja dan
nilai-nilai kita dalam bekerja secara profesional serta strategi-strategi kita untuk mencapai hal tersebut.
8.
Kenapa kami harus
menerima Anda?
Pertanyaan ini adalah untuk mengukur tingkat percaya diri
seseorang. Karena itu, kita harus dapat memaparkan
kelebihan-kelebihan kita yang berguna bagi perusahaan ini dengan percaya
diri dan tulus. Hati-hati dalam
mengungkapkan sesuatu. Jangan
sampai kita dianggap terlalu
sombong atau membual.
9.
Pertanyaan-pertanyaan aneh
Contoh pertanyaan-pertanyaan aneh yang dimaksud seperti:
”Apabila Anda dilahirkan kembali dan dan disuruh memilih
antara menjadi kucing atau menjadi
pohan, apa yang Anda pilih?”. Pertanyaan ini adalah untuk menguji peserta wawancara dalam menghadapi
masalah yang sulit atau jalan buntu terhadap masalah yang tak terduga. Untuk menyiasati pertanyaan-pertanyaan seperti
ini, kita harus bersikap tenang, menjawab yang menurut kita benar, dan berikan alasan kita secara percaya diri. Contoh:
saya memilih menjadi pohon agar bisa melindingi bumi dan lain-lain.
Dari
kesembilan pertanyaan di atas, terasa sekali peran etika berbahasa dalam
menjawab pertanyaan saat wawancara kerja. Karena itu, kita perlu memahami etika
berbahasa dalam berkomunikasi, khususnya dalam melamar pekerjaan.
Kesimpulan
Seseorang
perlu mengetahui bahwa etika berbahasa merupakan sistem tindak laku berbahasa
menurut norma-norma budaya. Jika sudah memahami hal itu, kita harus
mempraktikkan etika berbahasa dalam kehidupan sehari-hari agar terbiasa
sehingga terbawa pada saat melamar pekerjaan. Kita harus memperhatikan
rambu-rambu etika berbahasa seperti yang sudah dijelaskan, kemudian dari
rambu-rambu itu kita mencoba menerapkannya dalam perbincangan dengan
memperhatikan pedoman normatif dalam perbincangan dan juga menerapkannya saat
menjawab pertanyaan dalam wawancara kerja.
DAFTAR
PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Dwiantara, Lukas. 2006. Etiket di Tempat Kerja: Kiat Praktis
Meningkatkan Profesionalitas Diri. Yogyakarta: Kanisius.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional. Kamus Bahasa Indonesia Elektrik.
Sumber internet:
[1] Lukas Dwiantara dan Rumsari Hadi Sumarto,Etiket di Tempat Kerja Kiat Praktis Meningkatkan Profesionalitas Diri,(Yogyakarta:
Kanisius, 2006),hlm. 1.
[2] Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,Kamus Bahasa Indonesia Elektrik,hlm. 47.
[3] Abdul Chaer,Linguistik Umum,(Jakarta:
Rineka Cipta, 2007),hlm. 32.
[4] Abdul Chaer,Kesantunan Berbahasa,(Jakarta:
Rineka Cipta, 2010),hlm. 6.
[5] Abdul Chaer dan Leonie Agustina,Sosiolinguistik Perkenalan
Awal,(Jakarta: Rineka Cipta, 2010),hlm. 172.
[6] Lukas Dwiantara dan Rumsari Hadi Sumarto,Etiket di Tempat Kerja Kiat Praktis Meningkatkan Profesionalitas Diri,(Yogyakarta:
Kanisius, 2006),hlm. 115.
2 komentar:
Artikel ilmiah Jannah sudah sesuai dengan mindmapnya. Pembahasan masalah sudah sangat jelas dan sangat lengkap dipaparkan. Pemaparan tersebut bahkan sangat mendetail dengan penggunaan bahasa yang lumayan mudah dipahami. Akurasi data pun nampaknya sudah tak diragukan lagi karena Jannah sudah cukup banyak mencantumkan referensi.
Namun sayang, artikel ilmiah ini saya rasa sistematikanya lebih mirip dengan makalah ilmiah.
FIFY FILDZAH HABIBAH (2115091110)
3-B
pertama mindmap yang dibuat oleh Jannah terlalu jelas. untuk ukuran mind map, Jannah seperti menjelaskan pengembangan secara keseluruhan. meski begitu antara mind map dengan pengembangannya sudah sesuai.
namun, ada beberapa hal yang dibaca, artikel ini tidak seprti artikel ilmiah. pertama karena menggunakan landasan teori yang mana ini hanya untuk makalah. selain itu artikel ini lebih mengarah pada tips.
Umi Chairunnisa
2115091854
3B
Posting Komentar