HETY RAHMAWATI
3 B
PENGARUH METODE LEARNING
CELL TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS SISWA KELAS VII SMP NEGERI 47
JAKARTA PUSAT
Abstrak
Tiara Dwi
Yulianti. Pengaruh Metode Learning Cell
terhadap Kemampuan Membaca Kritis Siswa Kelas VII SMP Negeri 47 Jakarta Pusat.
Skripsi: Jakarta : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan
Seni, Universitas Negeri Jakarta.
Penelitian ini
bertujuan untuk melihat ada tidaknya pengaruh antara metode learning cell dengan kemampuan membaca
kritis siswa kelas VII SMP Negeri 47 Jakarta Pusat. Metode yang digunakan
adalah metode eksperimen dengan menggunakan variabel bebas, yaitu metode
learning cell dan variabel terikatnya adalah kemampuan membaca kritis.
Penelitian ini menggunakan 2 kelompok, satu kelompok yang menggunakan metode
learning cell dan satu lagi kelompok yang tidak menggunakan metode learning
cell. Metode learning cell
menggunakan aspek penilaian yang terdiri dari kemampuan menginterpretasi
bacaan, menganalisis bacaan, mengorganisasikan bacaan, menilai bacaan, dan
menerapkan konsep bacaan. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak, dan
sampel didapatkan sebanyak 62 siswa. Instrumen penelitian adalah tes esai
membaca kritis meliputi aspek meninterpretasi, menganalisis, mengorganisasi,
menilai, dan menerapkan konsep. Hasil yang diperoleh adalah rentangan skor
posttest kelas ekperimen adalah 52-91 dengan skor rata-rata 72.27, sedangkan
rentangan skor posttest kelas kontrol adalah 29-78 dengan skor rata-rata 51.89.
hasil menunjukan bahwa metode learning cell
berpengaruh positif terhadap kemampuan membaca kritis.
Kata kunci:
metode learning cell, membaca kritis, kelas VII SMP
PENDAHULUAN
Pembelajaran bahasa di sekolah, baik
SD, SMP, maupun SMA, pada dasarnya mencakup empat keterampilan berbahasa, yaitu
menyimak, membaca berbicara, dan menulis. Keempat keterampilan berbahasa
tersebut merupakan caturtunggal (Tarigan, 1998:1). Dalam kegiatan pembelajaran,
siswa dituntut untuk menguasai mepat keterampilan berbahasa tersebut. Seperti
yang tertera dalam undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab III
Pasal 4 ayat 5 yang berbunyi “Salah satu cara penyelenggaraan pendidikan ialah
dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga
masyarakat.” (Anonim, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun
2003). Mengembangkan dan meningkatkan kemampuan membaca dalam bidang pendidikan
bagi siswa merupakan hal yang diamanatkan oleh undang-undang. Kemampuan membaca
juga merupakan kemampuan dasar bagi siswa untuk mempelajari pelajaran lain.
Membaca pada hakikatnya adalah suatu
proses yang dilakukan oleh pembaca untuk membangun makna daru suatu pesan yang
disampaikan melaluin tulisan. Seperti halnya dalam membaca kritis yang juga
merupakan salah satu kegiatan membaca, dalam membaca kritis pembaca dituntut
untuk dapat mengolah bahan bacaan secara kritis menemukan keseluruhan makna
bahan bacaan, ide pokok, baik tersurat maupun tersirat, melalui tahapan
mengenal, memahami, menganalisis, mensintesis, dan menilai (Nurhadi, 1989:59).
Dalam pengajaran membaca kritis
telah banyak metode pembelajaran yang digunakan oleh para guru, salah satunya
adalah metode inquiry yang
mennyatakan bahwa (1) rata-rata nilai pretest 55% sehingga tingkat kemampuan
siswa pada kategori cukup dalam memahami bahan pembelajaran; (2) rata-rata
hasil nilai posttest adalah 86,8% sehingga tingkat kemampuan siswa mengikuti
uji coba pembelajaran dengan menggunakan metode inquiry meningkat: (3) metode inquiry
ternyata efektif untuk digunakan dalam pembelajaran tersebut karena dapat
meningkatkan kemampuan siswa. Terkait dengan penelitian di atas, dipandang
perlu dilakukan kembali suatu penelitian yang memiliki pengaaruh terhadap
kemampuan membaca kritis dengan menggunakan metode pembelajaran lainnya yang
baru dan belum pernah diterapkan sebelumnya. Salah satu metode baru yang
dianggap memiliki pengaruh terhadap kemampuan membaca kritis adalah dengan menggunakan
metode learning cell. Metode learning cell dianggap memiliki
pengaruh terhadap kemampuan membaca kritis siswa karena langkah-langkah dalam
metode learning cell aktivitas siswa
di anataranya akan dibentuk secara pasangan dan melakukan tanya-jawab mengenai
isi suatu teks bacaan. Hal ini dianggap akan membantu siswa dalam memahami dan
mengkritisi teks bacaan yang mereka baca.
Selain hal di atas, pada tanggal 19
Agustus 2010 telah dilakukan pengamatan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
menentukan ide pokok tersirat yang terdapat dalam bacaan. Kemudian dari hasil
yang diperoleh, ternyata siswa masih kurang mampu untuk menemukan ide pokok
yang tersirat dalam bacaan,
Identifikasi masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, maka identifikasi masalah penelitian adalah “Apakah
terdapat pengaruh metode learning cell
terhadap kemampuan membaca kritis siswa kelas VII SMP Negeri 47 Jakarta Pusat?
Landasan Teori
Metode learning cell merupakan salah satu dari pembelajaran dengan model
kooperatif yang menggunakan tindakan kerjasama antar siswa. Metode learning cell pertama kali dikembangkan
oleh Goldsmich dari Swiss Federal Institute of Technology di Lausanne
(Supridjono, 2009:122). Dalam metode learning
cell, siswa dibentuk secara berpasangan untuk saling bekerja sama dalam
menyelesaikan tugas yang telah diberikan.
Membaca kritis merupakan kegiatan
membaca yang dilakukan dengan bijaksana, penuh tenggang rasa, mendalam,
evaluatif, serta analitis dan bukan ingin mencari kesalahan penulis. Membaca
kritis merupakan kemampuan memahami makna tersirat dalam suatu bacaan. Dalam
membaca kritis, pembaca mengolah bahan secara kritis (Mintowati, 2003:12).
Kemampuan membaca kritis merupakan suatu kemampuan membaca seseorang yang bukan
hanya sekedar membaca isi bacaan saja atau mengerti maksud secara eksplisitnya,
melainkan juga secara implisit, sehingga kegiatan membaca yang dilakukan secara
lebih dalam lagi, evaluatif, dan analitis untuk menemukan makna bacaan baik
tersurat maupun tersirat.
Tujuan Penelitian
Terdapat
dua tujuan di dalam penelitian ini, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan
umum penelitian ini adalah untuk memperoleh data empiris tentang adakah
perbedaan kemampuan membaca kritis siswa yang menggunakan metode learning cell dengan yang tidak
menggunakan metode learning cell pada
kelas VII SMP Negeri 47 Jakarta Pusat. Tujuan khusus penelitian ini adalah (1)
mengetahui kemampuan membaca kritis siswa yang
menggunakan metode learning cell
pada kelas VII SMP Negeri 47 Jakarta Pusat; (2) mengetahui kemampuan membaca
kritis siswa yang tidak menggunakan metode
learning cell pada kelas VII SMP Negeri 47 Jakarta Pusat; (3) mengetahui perbedaan
kemampuan membaca kritis siswa yang
menggunakan metode learning cell
dengan yang tidak menggunakan metode learning
cell pada kelas VII SMP Negeri 47 Jakarta Pusat. Selain hal itu, penelitian
ini juga bertujuan untuk melihat pengaruh metode learning cell terhadap kemampuan membaca tekspercakapan siswa kelas
VII SMP Negeri 47 Jakarta Pusat.
METODE PENELITIAN
Metode
penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Variabel bebasnya adalah
metode learning cell, variabel terikatnya adalah kemampuan membaca kritis.
Desain eksperimen yang digunakan adalah Randomized
Control-Group Pretest-Posttest Design dengan satu macam perlakuan. Populasi
terjangkau penelitian ini adalah seluruh siswa yang tercatat sebagai siswa kelas
VII SMP Negeri 47 Jakarta Pusat pada semester genap tahun ajaran 2010/2011.
Dari populasi, diambil dua kelas yang akan dijadikan sampel dengan menggunakan
teknik acak. Berdasarkan hasil random, terpilihlah kelas VII-4 dan kelas VII-5
ebagai objek penelitian. Keseluruhan objek adalah 62 siswa. Kelas VII-4
terpilih sebagai kelas eksperimen dan kelas VII-5 sebagai kelas kontrol.
Data dikumpulkan melalui beberapa
langkah dan prosedur. Peneliti melakukan tahap persiapan,yaitu meminta izin
pihak sekolah untuk melaksanakan penelitian, melakukan wawancara kepada guru
yang bersangkutan, beradaptasi terharap objek penelitian, menyiapkan segala
perlengkapan penelitian, dan menyusun langkah-langkah penelitian. Tahapan
selanjutnya adalah tahap pelaksanaan dengan menentukan kelas eksperimen dan
kelas kontrol, mendata jumlah siswa, memberikan pretest bdengan instrumen
penelitian soal esai kepada objek penelitian, melaksanakan tujuan penelitian
yang akan dilakukan peneliti dengan alokasi waktu dan pokok bahasan yang sama
sesuai rencana pengajaran, dan memberikan posttest yang juga merupakan soal
esai kepada objek penelitian. Sebelum pengujian hipotesis, peneliti terlebih
dahulu melakukan uji analisis berupa uji normalitas, yaitu menggunakan
Lilieferos serta uji homogenitas, menggunakan uji Barlet.
Untuk menganalisis data, langkah
yang digunakan peneliti adalah mengoreksi hasil pekerjaan siswa, mengelompokkan
skor tes menjadi dua, yaitu skor kelas eksperimen dan skor kelas kontrol,
mencari nilai rata-rata, median, modus, mencari nilai deviasi kelas, melakukan
uji normalitas dan uji homogentitas, melakukan pengujian hipotesis,
membandingkan angka t hitung dengan nilai t dalam tabel. Untuk menguji
hipotesis, hipotesis menggunakan uji t dengan kriteria hipotesis nol yang diuji
yaitu H0 =
µ1≥µe2 dan hipotesis satu yang diuji yaitu H1 µe1 < µe2.
HASIL PENELITIAN
Setelah melakukan serangkaian penelitian
yang dilakukan pada kelas ekperimen dan kelas kontrol, dapat diketahui hasil
yang didapat. Kelas ekperimen menggunakan sampel sebanyak 31 siswa dan diberi
perlakuan menggunakan metode learning
cell. Skor terendah dalam pretest
adalah 24, sedangkan skor tertingginya adalah 55, dengan mean 41.67, median
41.91, modus 41.38, simpangan baku7.74, dan varian 59.96. sedangkan dalam posttest, skor terendahnya yaitu 52, dan
skor tertinggi 90 dengan mean 72.27,
median 72.95, modus 73.72, simpangan baku 9.42, dan varian 86.84.
Untuk kelas kontrol, skor terendah pretestnya adalah 18, skor tertingginya
adalah 67, dengan mean 34.77, median 33.25, modus 31, simpangan baku 11.33, dan
varian 128.39. Berdasarkan skor posttest,
skor terendah adalah 29, skor tertinggi adalah 77, dengan mean 51.89, median
56, modus 63.12, simpangan baku 13.69, dan varian 187.31. secara keseluruhan, nilai
posttest di kelas eksperimen dan
kelas kontrol mengalami perubahan.
Dalam pengujian persyaratan analisis
data, peneliti menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas. Dalam uji
normalitas dengan menggunakan uji Lilifors, pada kelompok eksperimen, Lo yang
didapatkan dari nilai pretest adalah 0,0766, sedangkan Lo pada nilai posttest
adalah 0,3751 dengan Lt 0,886. Untuk kelas kontrol, Lo yang didapatkan dalam
pretest adalah 0,1013, sedangkan Lo yang didapatkan pada posttest adalah 0,12,
dengan Lt 0,886. Hasil perhitungan uji lilifors menyatakan bahwa dk > 30 dan
taraf signifikansi α 0,05. Karena keempat Lo > Lt, maka sampel berdistribusi
normal
Untuk uji homogenitas, peneliti
menggunakan uji Barlet dengan menggunakan tabel Chi Kuadrat dengan taraf
signifikansi α 0,05. Uji homogenitas menyatakan X² hitung < X² tabel. Dalam
penelitian ini didapat didapat bahwa X² hitung
sebesar 1,38 dan X² tabel sebesar 43,8. Dengan demikian, penelitian ini
menggunakan varians yang homogen
Hasil Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis, peneliti
menggunakan uji t. Setelah digunakan uji t, t yang didapat dibandingkan dengan
t tabel, atau nilai kritis pada tabel. Hasil yang didapatkan yaitu t hitung =
5,73 dan t tabel = 1,67. Oleh karena t hitung > t tabel maka H0 ditolak, dan
H1 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan hipotesis penelitian yang menyatakan
bahwa pengaruh positif metode learning
cell terhadap kemampuan membaca kritis siswa kelas VII SMP 47 Jakarta Pusat
diterima.
PEMBAHASAN PENELITIAN
Dari rangkaian kegiatan penelitian
yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa pembelajaran membaca kritis dengan
menggunakan metode learning cell
lebih baik daripada pembelajaran membaca kritis tidak dengan menggunakan metode
learning cell. Hal ini dilihat dari perbedaan skor antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Rentangan skor kelas eskperimen adalah 52-91 dengan skor
rata-rata 72,27, sedangkan rentangan skor posttest
keals kontrol adalah 29-78 dengan skor rata-rata 51,89. Dilihat dari hasil
perhitungan, skor rata-rata posttest
kelas eksperimen lebih tinggi daripada skor rata-rata posttest kelas kontrol. Begitu pula penilaian dari kelima aspek
membaca kritis, yaitu kemampuan menginterpretasi bacaan, menganalisis bacaan,
mengorganisasikan bacaan, menilai bacaan, dan menerapkan konsep bacaan. kelimanya
digunakan untuk menilai pembelajaran membeca kritis di kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Hasil menunjukkan bahwa kelas eksperimenlah yang mengalami
peningkatan dari segi pretest dan postest. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
metode learning cell memberikan
pengaruh positif terhadap kemampuan membaca kritis siswa kelas VII.
KESIMPULAN
Metode learning cell ternyata memberikan pengaruh yang positif terhadap
kemampuan membaca kritis siswa kelas VII, dengan diperolehnya t hitung = 5,73
> t tabel =1,67. Hal ini menyatakan bahwa hipotesis diterima. Rentangan skor
kelas eskperimen adalah 52-91 dengan skor rata-rata 72,27, sedangkan rentangan
skor posttest kelas kontrol adalah 29-78 dengan skor rata-rata 51,89.
Berdasarkan hal tersebut, kenaikan rata-rata kemampuan membaca kritis siswa
eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol. Hal ini pula menyatakan bahwa
kemampuan membaca kritis siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode
learning celllebih baik hasilnya dibandingkan dengan yang tidak menggunakan
learning cell.
Metode learning cell merupakan salah satu metode alternatif yang dapat
digunakan untuk pembelajaran membaca kritis di kelas. Guru dapat menggunakan
metode pembelajaran ini sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan
membaca siswa. Implikasi bagi siswa adalah dengan menggunakan metode larning
cell, akan memberikan stimulus dan motivasi pada siswa dalam pembelajaran
membaca. Diharapkan siswa dapat kritis menemukan serta memahami makna yang
tersirat maupun tersurat dalam bacaan.
DAFTAR PUSTAKA
Mintowati,
Farida. 2003. Pelatihan Terintegrasi
Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia: Memabbaca. Jakarta:
Departemen Pendidikan Lanjutan Pertama Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah Departemen Pendidikan Nasional
Nurhadi. 1989. Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca??
Suatu teknik memahami literatur yang efisien. Bandung: CV. Sinar Baru
Bandung.
Supridjono,
Agus. 2009. Cooperative Learning Teori
dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tarigan, Henry
Guntur. 1984. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa.
2 komentar:
(MUMUN SITI MUNAWWAROH)
Abstrak yang ditulis oleh Hety sudah merupakan penggambaran isi dari artikel jurnal ilmiahnya. Isi abstrak tersebut berupa tujuan penelitian, metode yang digunakan serta sedikit penjelasannya. Ia juga tidak lupa menuliskan kata kunci dalam penelitian.
Tulisan ini adalah artikel jurnal ilmiah yang berdasarkan skripsi. Namun, di dalam penulisannya agar dapat dibedakan dari skripsi, sebaiknya Hety tidak menuliskan identifikasi masalah seperti rumusan masalah yang terdapat dalam skripsi. Ia tuliskan semuanya secara berurutan dari rumusan masalah, landasan teori, tujuan penelitian, metode penelitian, hingga hasil penelitian seperti susunan dalam skripsi.
Artikel sudah sesuai dengan mind map yang dibuat. Mulai dari abstrak, pendahuluan, metode penelitian, pembahasan, hasil serta kesimpulan. Mind map yang dibuat pun sudah mempergunakan warna yang beragam.
Kalimat yang digunakan oleh Hety berkoherensi satu sama lain. Ia memilih diksi yang tepat sehingga mudah dibaca. Maksud dari tulisannya pun dapat tersampaikan oleh pilihan katanya tersebut.
(SITI LUTFIAH)
Dari teknik penulisan: penulis memilih diksi yang begitu baik sesuai dengan EYD, bahasanya komunikatif, koherensi kalimatnya sangat baik.
Sistematika penulisan: Penulis membuat artikel ini sesuai dengan penulisan artikel jurnal ilmiah yakni diawali dengan abstrak, pendahuluan, kajian teori, metode, pembahasan, hasil dan simpulan.
Segi isi: Tulisan ini telah begitu baik dalam merangkum dan menggambarkan keseluruhan isi yang terdapat dalam skripsi. penulisannya pun begitu apik dan bersesuaian dengan mind map yang telah dibuat.
Posting Komentar