Sabtu, 31 Desember 2011

MIND MAP JURNAL ILMIAH
UMI CHAIRUNNISA

Kategori Fatis Dialek Betawi dalam Kumpulan Cerita Pendek Gambang Jakarte Karya Firman Muntaco
Karya: Heni Rasmawati

 ABSTRAK
Heni Rasmawati, Penggunaan Kategori Fatis Dialek Betawi dalam Kumpulan Cerita Pendek Gambang Jakarte Karya Firman Muntaco, Skripsi, Jakarta: Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta, Juni 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan kategori fatis dalam kumpulan cerita pendek Gambang Jakarte karya Firman Muntaco. Penelitian ini dilaksanakan di Jakarta yang dimulai pada November 2010 sampai dengan April 2011 dengan objek penelitian adalah partikel dan kata fatis, gabungan fatis, serta frase fatis pada percakapan dialog. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Fokus penelitiannya sendiri adalah melihat penggunaan kategori fatis dalam percakapan dialek Betawi yang dilihat berdasarkan bentuk, distribusi, fungsi dan makna kategori fatis dalam dialognya. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan bantuan tabel analisis. Berdasarkan distribusi analisisnya, partikel fatis, paduan fatis, gabungan fatis terpisah, campuran fatis, dan frase fatis dapat berdistribusi di awal, tengah, dan akhir kalimat. Fungsi partikel fatis sendiri untuk memulai pembicaraan, mengukuhkan pembicaraan, mematahkan pembicaraan, menegaskan pembicaraan, dan membentuk kalimat interogatif. Dari sinilah analisis dikembangkan dan bila dilihat dari hasil analisisnya, kategori fatis pada kumpulan cerpen Gambang Jakarte karya Firman Muntaco digunakan hampir di setiap dialog dan membangun cerita.

Kata kunci : kategori, fatis, dialek, Betawi, Gambang Jakarte.

A.    Pendahuluan
Bahasa Betawi merupakan salah satu bahasa daerah yang masih hidup di Indonesia. Bahasa tersebut merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh penutur bahasa Betawi yang tinggal di daerah DKI Jakarta, Bekasi, Bogor, Tanggerang dan Depok. Migrasi besar-besaran yang melanda kota Jakarta sesudah kemerdekaan Indonesia menempatkan kelompok etnis penduduk asli yaitu kaum Betawi hanya sebagian kecil masyarakat Jakarta yang multietnis. Bersamaan dengan itu terbentuklah, yang menurut Stephen Wallace disebut bahasa Betawi Modern.
Bahasa betawi sebagai komunikasi sehari-hari menggunakan dialek Betawi yang tentu banyak mengandung unsur daerah yang pada umumnya merupakan ragam lisan nonstandar. Dalam dialognya banyak yang tidak menyadari penggunaan ungkapan seperti sih, ko dan dong. Ungkapan-ungkapan ini merupakan partikel fatis maupun kata fatis yang digolongkan dalam kategori fatis. Hal ini ditemui di dalam kumpulan cerpen Gambang Jakarte karya Firman Muntaco.
Gambang Jakarte merupakan kumpulan cerpen karya Firman Muntaco. Cerita yang ada dalam kumpulan cerpen tersebut merupakan gambaran spesifik khusus kehidupan Jakarta. tradisi yang begitu kental sangat tergambar di kumpulan cerpen ini karena Firman Muntaco sendiri merupakan putra asli Betawi yang juga duta budaya Jakarta. kumpulan cerpen ini memomulerkan bahasa Betawi dengan humornya yang “hidup” dan segar yang lebih banyak menceritakan orang-orang asli Jakarta.
Dengan gaya bertutur santai, kalimat percakapan sehari-hari dalam dialek Betawi yang ditemui pada kumpulan cerpen Gambang Jakarte dapat dikatakan sangat komunikatif, seperti pada kalimat “Lu ude nggak kenal langgar sih?”. Dapat dilihat dari kalimat tersebut  termasuk ke dalam kategori fatis yaitu sih di akhir kalimat. Bentuk kata atau partikel fatis digunakan sebagai ungkapan penutur mengenai perasaannya. Selain itu juga untuk menyatakan perasaan penuturnya, fatis juga dipakai untuk menjalin hubungan antara penutur dan lawan tuturnya. Jalinan tersebut dapat berupa ucapan salam maupun keakraban hubungan dengan basa-basi pergaulan. Dari sinilah kategori fatis ini sangat berkembang dalam bahasa percakapan nonformal.
Kategori fatis sendiri terbagi atas partikel dan kata fatis, serta frase fatis. Fatis tidak memiliki makna leksikal, namun memiliki makna yang menimbulakan fungsi tersendiri dalam kalimat. Fungsi dalam kategori fatis pun berbeda dengan fungsi dalam tataran sintaksis. Di dalam tataran sintaksis, fungsi merupakan peran sebuah unsur dalam satuan sintaksis yang lebih luas, sedangkan fungsi yang dimaksud dalam kategori fatis adalah pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman persepsi. Kehadiran kategori fatis dalam berbagai distribusi tertentu yang memberikan makna berbeda. Fungsi atau makna kata fatis dapat terlihat pada konteks penggunaannya, yakni dalam situasi dan pendistribusian dalam kalimat.
Dari latar belakang masalah tersebut dapat dilihat rumusan masalah dalam penelitian ini. Rumusan masalahnya sendiri adalah bagaimana penggunaan kategori fatis dialek Betawi pada kumpulan cerpen Gambang Jakarte karya Firman Muntaco. Dari perumusan masalah tersebut diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan dalam bidang linguistik dan sosiolinguistik.

B.    Teknik Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, digunakan beberapa teknik. Hal yang paling awal dilakukan adalah membaca berulang kali 46 cerpen yang terdapat di dalam buku kumpulan cerpen Gambang Jakarte karya Firman Muntaco. Lalu setelah itu mencari kalimat percakapan yang mengandung kategori fatis pada kumpulan cerpen Gambang Jakarte. Setelah menemukan kalimat yang dianalisis, maka selanjutnya mengidentifikasi kalimat-kalimat percakapan yang mengandung kategori fatis secara acak dengan mengambil dari 14 cerpen pada kumpulan cerpen Gambang Jakarte.
Identifikasi tersebut berdasarkan bentuk kategori fatis berupa partikel fatis, dan frase fatis. Distribusi kategori fatis seperti awal, tengah, dan akhir pada bentuk kategori fatis. Fungsi kategori fatis yakni, memulai pembicaraan, mengkukuhkan, mematahkan pembicaraan, meminta persetujuan atau pendapat lawan bicara, meyakinkan, membentuk kalimat interogatif, serta mengakhiri pembicaraan antara pembicaraan dan kawan bicara. Makna kategori fatis yakni menghaluskan paksaan, menyatakan bantahan, menekankan kekesalan, pemberian garansi, menyatakan kesungguhan, menekankan keheranan, menyatakan basa-basi, menekankan kebenaran suatu fakta, menyatakan keberadaan tempat atau waktu, menyatakan kesetujuan, dan menekankan keingintahuan.

C.    Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini yang didapatkan dari analisis kategori fatis pada kumpulan cerpen Gambang Jakarte karya Firman Muntaco berdasarkan bentuk, distribusi, fungsi, dan makna. Berdasarkan bentuk, kategori fatis terdiri atas 36 partikel fatis, jumlah gabungan fatis ada 114 buah yang terbagi atas paduan fatis yang berjumlah 21 buah, gabungan terpisah fatis y6ang berjumlah 89 buah, dan perulangan fatis yang berjumlah 4 buah, serta frase fatis yang berjumlah 5 buah. Berdasarkan distribusi, partikel fatis dapat berdistribusi di awal kalimat berjumlah 17 buah, di tengah berjumlah 22 kalimat, dan di akhir kalimat berjumlah 12 buah. Sedangkan paduan fatisnya, di awal kalimat terdapat 11 buah, di tengah kalimat berjumlah 7 buah, dan di akhir 9 buah. Gabungan terpisah fatis, di awal kalimat terdapat 44 buah, di tengah kalimat berjumlah 133 buah, dan di akhir 35 buah. Perulangan fatis, di awal kalimat terdapat 4 buah, di tengah kalimat berjumlah 1 buah, dan tidak ditemukan di akhir kalimat. Frase fatis, di awal kalimat terdapat 4 buah, di tengah kalimat berjumlah 1 buah, dan di akhir 2 buah.
Berdasarkan fungsinya, partikel fatis berfungsi untuk memulai pembicaraan sebanyak 4 buah, mengkukuhkan pembicaraan sebanyak 9 buah, mematahkan pembicaraan sebanyak 5 buah, meminta persetujuan sebanyak 6 buah, meyakinkan pembicaraan sebanyak 10 buah, menegaskan pembicaraan sebanyak 19 buah, dan membentuk kalimat interogatif sebanyak 5 buah. Paduan fatis berfungsi untuk memulai mengkukuhkan pembicaraan sebanyak 11 buah, meminta persetujuan sebanyak 4 buah, dan menegaskan pembicaraan sebanyak 10 buah. Gabungan terpisah fatis berfungsi untuk memulai pembicaraan sebanyak 1 buah, mengkukuhkan pembicaraan sebanyak 29 buah, mematahkan pembicaraan sebanyak 12 buah, meminta persetujuan sebanyak 6 buah, meyakinkan pembicaraan sebanyak 10 buah, menegaskan pembicaraan sebanyak 111 buah, dan membentuk kalimat interogatif sebanyak 7 buah. Perulangan fatis berfungsi untuk mengkukuhkan pembicaraan sebanyak 1 buah, meyakinkan pembicaraan sebanyak 1 buah, dan menegaskan pembicaraan sebanyak 3 buah. Frase fatis berfungsi untuk memulai pembicaraan sebanyak 2 buah, mengkukuhkan pembicaraan sebanyak 1 buah, meyakinkan pembicaraan sebanyak 1 buah, menegaskan pembicaraan sebanyak 1 buah, dan membentuk kalimat interogatif sebanyak 1 buah.
Berdasarkan maknanya, partikel fatis bermakna yaitu menghaluskan paksaan sebanyak 10 buah, menyatakan bantahan sebanyak 4 buah, menekankan kekesalan sebanyak 14 buah, pemberian garansi sebanyak 7 buah, menekankan kesungguhan sebanyak 8 buah, menekankan keheranan sebanyak 9 buah, basa basi sebanyak 4 buah, menekankan kebenaran suatu fakta sebanyak 18 buah, menyatakan keberadaan tempat atau waktu sebanyak 2 buah, menyatakan kesetujuan sebanyak 4 buah, dan menekankan keingintahuan sebanyak 1 buah. Paduan fatis bermakna yaitu menghaluskan paksaan sebanyak 10 buah, pemberian garansi sebanyak 1 buah, menekankan kesungguhan sebanyak 1 buah, basa basi sebanyak 3 buah, menekankan kebenaran suatu fakta sebanyak 2 buah, menyatakan kesetujuan sebanyak 8 buah, dan menekankan keingintahuan sebanyak 3 buah. Gabungan terpisah fatis bermakna yaitu menghaluskan paksaan sebanyak 20 buah, menyatakan bantahan sebanyak 13 buah, menyatakan kekesalan sebanyak 25 buah, pemberian garansi sebanyak 8 buah, menekankan kesungguhan sebanyak 47 buah, menyatakan keheranan sebanyak 14 buah, basa basi sebanyak 4 buah, menekankan kebenaran suatu fakta sebanyak 53 buah, menyatakan keberadaan tempat atau waktu sebanyak 5 buah, menyatakan kesetujuan sebanyak 11 buah, dan menekankan keingintahuan sebanyak 21 buah. Perulangan fatis bermakna menghaluskan paksaan sebanyak 1 buah, menekankan kesungguhan sebanyak 10 buah, dan menekankan keheranan sebanyak 4 buah. Frase fatis bermakna yaitu menyatakan salam sebanyak 2 buah, menekankan pujian atau syukur sebanyak 2 buah, membalas salam sebanyak 1 buah, dan menyatakan doa sabanyak 1 buah. Kategori fatis ditemukan pada variasi bahasa santai yang merupakan ragam bahasa non standar karena kategori fatis muncul pada dialek kedaerahan seperti pada kumpulan cerpen Gambang Jakarte karya Firman Muntaco yang menggunakan dialek melayu Betawi.

D.    Kesimpulan
Dari analisis berdasarkan bentuk, distribusi, fungsi, dan makna, maka kategori fatis pada kumpulan cerpen Gambang Jakarte karya Firman Muntaco digunakan hampir di setiap dialog dan membangun cerita.

Daftar Pustaka
Alwasilah, A. Chaedar. 1990. Sosiologi Bahasa. Jakarta: Angkasa.
Alwi, Hasan dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
B.S, Kusno. 1985. Pengantar Tata Bahasa Indonesia. Bandung: CV Rosda.
Anggraini, Maria Rosa. 2009. Penggunaan Kategori Fatis Bahasa Indonesia. Skripsi. Jakarta: Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaniago, Sam Mukhtar. 1997. Pragmatik. Jakarta: Universitas Terbuka.
Keraf, Gorys. 1991. Tata Bahasa Indonesia. Ende: Penerbit Nusa Indah.
Kridalaksana, Harimurti. 1985. Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Indonesia: Sintaksis. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
————— . 1993. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
————— . 2008. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
————— . 2010. Forum Linguistik Pascasarjana 2010. Jakarta: Laboratorium Leksikologi dan Leksikografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Depok.
Malinowski, Bronislaw. 1972. “The Problem of Meaning in Primitive Languages” dalam The Meaning of Meaning. London: Routledge dan Kegan Paul.
Muhajir. 2000. Bahasa Betawi: Sejarah dan Perkembangannya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Muntaco, Firman. 2006. Gambang Jakarte. Jakarta: Masup Jakarta.
Muslich, Masnur. 1990. Tata Bentuk Bahasa Indonesia. Malang: YA3.
Saidi, Ridwan. 2010. Potret Budaya Manusia Betawi. Jakarta: Perkumpulan Renaissance Indonesia.
————— . 2010. Riwayat Tanjung Priok. Jakarta: Perkumpulan Renaissance Indonesia.
Sudaryanto. 1990. Menguak Fungsi Hakiki Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Sutami, Hermina. 2005. Ungkapan Fatis dalam Pelbagai Bahasa. Depok: Pusat Leksikologi dan Leksikografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.
Yohanis, Yan Sehandi. 1991. Tinjauan Kritis Teori Morfologi dan Sintaksis Bahasa Indonesia. Ende: Nusa Indah.
Yusuf, Sudaryanto. 2010. Bunga Rampai Probelematika Bahasa Indonesia. Jakarta: Trikars Media.

2 komentar:

anisa lastari mengatakan...

jurnal yang dibuat oleh penulis tidak mencantumkan bagian pembahasan atau isi. messkipun di bagian pendahuluan sudah bisa mencerminkan sebagian besar tujuan penelitian dan masalah yang diangkat, namun saya rasa bagian isi atau pembehasan tetap penting untuk dituliskan agar pembahasan yang dilakukan lebih mendalam. tersedianya lampiran saya rasa juga penting untuk dihadirkan untuk mendukung kevalidan hasil. namun dilihat secara menyeluruh, tulisan ini sudah baik dan hampir memenuhi kriteria yang ada mengenai jurnal.

Anonim mengatakan...

Mind map yang telah dibuat oleh penulis, telah dikembangkan dengan cara yang ringan sehingga tulisan ini mudah dimengerti. Kelengkapan data yang ditulis pada tulisan ini cukup lengkap sehingga pembaca seakan membaca skipsi yang oleh penulis diangkat menjadi artikel jurnal ilmiah.
Cahyo Baskoro
2115091856