Kamis, 29 Desember 2011

jurnal Pengaruh Model Pembelajaran Word Square terhadap Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas VII SMP Negri 47 Jakarta Pusat dan mind map Gesa Nurdiyanti





Gesa Nurdiyanti
2115091880/3b

Pengaruh Model Pembelajaran Word Square terhadap Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas VII SMP Negri 47 Jakarta Pusat
Chrismawati
Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta
Abstrak
            Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh model pembelajaran Word Square terhadap kemampuan menulis puisi siswa kelas VII SMP Negeri 47 Jakarta Pusat. Variabel bebasnya adalah model pembelajaran Word Square , sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan menulis puisi. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 47 Jakarta Pusat. Waktu penelitian adalah semester genap tahun ajaran 2010/2011 pada bulan Maret dan Mei 2011. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen. Ada dua kelompok yaitu satu kelompok kelas kontrol dan satu kelompok kelas eksperimen . Desain eksperimen yang digunakan adalah Randomized Control Group Pretest-Postest Desain,dengan satu macam perlakuan. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 47 Jakarta Pusat pada semester genap tahun ajaran 2010/2011. Teknik pengambilan sampel secara random. Jumlah sampel 72 orang siswa. Instrumen penelitian adalah tes menulis puisi yang meliputi aspek irama, rima, pilihan kata, ungkapan dan jalinan imaji.Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, didapatkan nilai rata-rata postest hasil kemampuan menulis puisi siswa pada kelas eksperimen sebesar 72,17 dan kelas kontrol sebesar 65,67. Uji prasyarat analisis data dilakukan dengan uji normalitas (Liliefors), diperoleh Lhitung = 0,1335 pada kelas eksperimen dan 0,4346 pada kelas kontrol, sedangkan Ltabel pada taraf signifikansi α=0,05 adalah 0,886 Lhitung < Ltabel, maka dapat dinyatakan normal. Hipotesis dinyatakan secara statistik Ho = µe2 dan H1 = µe1 ≤ µe2. Teknik analisis data dengan uji-t dengan taraf signifikansi 0,05. Dari penggolongan data dengan uji-t diperoleh thitung = 2,52 dan ttabel = 1,645 ( 2,52 > 1,645 ). Ini menunjukan bahwa Hipotesis alternatif ( H1 ) yang menyatakan bahwa model pembelajaran Word Square berpengaruh terhadap kemampuan menulis puisi siswa diterima.Berdasarkan hasil diatas, model pembelajaran Word Square memiliki pengaruh cukup besar terhadap kemampuan menulis puisi siswa terutama pada aspek irama, rima, pilihan kata, ungkapan, dan jalinan imaji.
Kata kunci : model pembelajaran Word Square, kemampuan menulis puisi.
Pendahuluan
Latar belakang
            Didalam pendidikan formal seperti sekolah, siswa dibekali berbagai ilmu diantaranya pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Bahasa dan sastra Indonesia sebagai suatu bidang pelajaran yang dipelajari dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi, memiliki kedudukan yang penting. Selain karena sebagai suatu bidang pelajaran, bahasa dan sastra Indonesia juga memilki peran merekatkan persatuan dan kesaruan bangsa Indonesia. Komponen kemampuan berbahasa dan bersastra memilki aspek-aspek, diantaranya mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Salah satu komponen berbahasa dan bersastra adalah kemampuan menulis. Salah satu contoh dari hasil keterampilan menulis adalah puisi. Menulis puisi merupakan sebuah penciptaan karya sastra. Bahasa diperlukan dalam penciptaan karya sastra dalam bentuk puisi. Bahasa tidak dapat dipisahkan dengan sastra begitupun sastra tidak terlepas dari bahasa. Bahasa dan sastra saling melengkapi sebagai sarana pembelajaran yang dapat membantu guru untuk mengetahui potensi yang dimilki oleh siswa.
            Dalam proses penuangan ide atau gagasan dalam bentuk paparan tulis berupa rangkaian simbol-simbol ( huruf ) tersebut, siswa mulai berlatih menggabungkan kalimat-kalimat yang pada mulanya berdiri sendiri menjadi gabungan beberapa kalimat. Hal ini selaras dengan proses menulis puisi, yaitu siswa merangkai kata untuk menciptakan sebuah larik yang terdiri dari bebrapa kalimat. Latihan merangkai kata atau kalimat dalam menulis puisi dibutuhkan agar siswa dapat menuliskan tulisan kreatif.
            Menulis merupakan suatu ketrampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.³ Artinya, walau tanpa tatap muka, manusia masih dapat berkomunikasi dengan sesama manusia lain, salah satu caranya melalui tulisan.
            Menurut Billow, paling tidak terdaoat enam tipe tulisan, yaitu :
                        Laporan yakni biasanya tulisan yang berisi fakta yang berhasil dikumpulkan di lapangan, timbangan yaitu menulis isi buku berkaitan dengan ide yang dikemukakan penulis, hal-hal yang disetujui dan yang ditolak, iklan atau publikasi yaitu tulisan yang berupa penawaran promosi, artikel yaitu tulisan ilmiah yang membicarakan masalah yang aktual, surat yaitu tulisan yang merupakan proyeksi personal seseorang untuk orang lain, dan tulisan kreatif yaitu tulisan bebas sekehendak penulis, yang biasanya dalam bentuk karangan imajinatif, sperti puisi, cerpen dan novel[1].
            Dari pendapat tokoh diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa puisi merupakan sebuah tulisan kreatif yang memiliki tahap-tahap penulisan. Puisi diciptakan dalam suasana yang intens yang menuntut pengucapan jiwa yang spontan dan padat[2]. Oleh karena itu, bagi beberapa siswa dikelas, menulis merupakan sesuatu yang menyenagkan namun tidak bagi sebagian yang lainnya karena menulis masih dianggap bagi bebrapa siswa sebagai tugas berat. Hal tersebut dapat terjadi karena dalam menulis memang seseorang membutuhkan konsentrasi yang tinggi, waktu dan perhatian yang sungguh-sungguh. Guru harus memiliki kreativitas dalam mengajar untuk menghadapi masalah ini karena guru salah satu fasilitator dalam mentransfer ilmu di kelas. Hal ini merupakan tantangan ketika mengajarkan materi menulis kepada siswa yang menganggap menulis puisi itu adalah tugas yang berat. Salah satu tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ), dimana siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa[3].
            Pada umumnya siswa SMP di Indonesia berusia antara 12-15 tahun. Menurut Andi Mappiare pada usia 12-15 tahun belum memasuki usia dewasa. Ini berarti dibutuhkan suatu model pembelajaran pengajaran bahasa hendaknya sesuai dengan usia siswa guna keberhasilan siswa dalam mengkap pelajaran.
            Sebagian guru di sekolah sudah ada yang dapat mengatasi masalah ini dengan menumbuhkan kreativitas siswa dalam menulis puisi melalui model pembelajaran atau model pembe;ajaran yang inovatif dan disenangi oleh siswa, tetapi sebagian guru lain masih menggunakan sistem pembelajran konvesional dalam mengajarkan materi menulis puisi. Bagi sbagian guru yang masih menggunakan cara konvensional dalam mengajarkan materi menulis puisi, lebih bijak jika mempertimbangkan bahwa oerkembangan dan kebutuhan siswa dari tahun ke tahun tidaklah sama. Dibutuhkan perubahan ke arah hasil pembelajaran yang lebih baik guna mencapai tujuan pembelajarn dalam kurikulum. Melalui model pembelajarn yang digunakan diharapkan akan terciptanya suasana belajar yang lebih menyenangkan, lebih komunikatif, lebih apresiatif, sehingga dapat menumbuhkan minat serta kreatifitas siswa dalam bidang sastra terutama menulis puisi.
            Plato mengatakan nahwa :
                        Tujuan pendidikan sesunggguhnya adalah penyadaran terhadap selfknowing dan selfrealzation kemudian inquiry dan reasioning and logic. Maksudnya yaitu tujuan pendidikan memberikan penyadaran terhadap yang diketahuinya, kemudian penegtahuan tersebut harus direalisasikan sendiri dan selanjutnya mengadakan penelitian serta mengetahui hubungan kasual, yaitu alasan dan alur pikirnya[4].
            Hal ini sejalan dengan Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia yang berasal dari berbagai akar budaya bangsa Indonesia terdapat dalam UU Sistem Pendidikan Nasional, yaitu UU No.20 Tahun 2003. Dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 tersebut dikatakan :
                        Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab[5].
Pencapaian tujuan pendidikan nasional adalah ketika berhasil menghasilkan siswa yang manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulis, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Guna mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut, diajukanlah model pembelajaran Word Square sebagai salah satu bentuk atau model pembelajaran inofatif yang diharapkan dapat meningkatkan potensi kecakapan dan kekratifitasan siswa khusunya dalam bidang ketrampilan siswa menulis puisi. Dikatakan inovatif karena model pembelajaran Word Square masih dibilang baru untuk diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas Bahasa dan Sastra Indonesia. Walaupun masih dikatakan inofatif dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, namun sebelumnya model pembelajaran Word Square pernah diteliti. Hanya saja  dalam penelitian sebelumnya, model pembelajaran Word Square digunakan untuk mata pelajaran fisika.
            Peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai model pembelajaran Word Square dalam bidang ilmu lain, yaitu bahasa dan sastra Indonesia khusunya dalam kompetensi menulis puisi siswa kelas VII SMP Negeri 47 Jakarta Pusat.
            Model pembelajaran Word Square menggunakan media kertas yang diberi kotak-kotak. Disetia kotak tersebut tertulis satu huruf. Jika huruf-huruf dirangkaikan secara vertikal, horizontal maupun diagonal dapat merunjuk pada satu kata yang merupakan jawaban dari pertannyaan yang telah diberikan oleh guru.
            Model pembelajaran Word Square diharapakn dapat memberikan stimulus kepada siswa dalam menulis puisi. Stimulus yang diberikan itu diharapkan dapat merangsang motovasi dan kreativitas siswa untuk menulis puisi yang lebih baik.
            Peneliti berharap agar pengguna model pembelajaran Word Square pada pemebelajaran menulis puisi di SMP dapat memecahkan masalah yang timbul dalam proses pembelajaran menulis puisi. Dengan demikian, siswa memperoleh cara yang mudah untuk meningkatkan diri dalam ketrampil bersastra, khususnya ketrampilan menulis puisi.

Metode Penelitian
Teknik Pengumpulan Data
            Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan di kelas pada jam pelajaran Bahasa Indonesia dan teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut:
a.      Pertemuan dengan guru bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia SMP Negeri 47 Jakarta Pusat untuk menjelaskan tujuan dan rencana penelitian.
b.      Mengadakan survei lapangan terlebih dahulu dengan berkonsultasi bersama guru Bahasa Indonesia untuk menyamakan persepsi, bertanya tentang model pembelajaran yang digunakan, dan sebagaiannya.
c.       Mendata jumlah siswa dan mencatat nama siswa sebagai populasi.
d.      Menentukan kelas yang menjadi kelas eksprimen dan kelas kontrol.
e.      Menyusun rencana pelaksanaan dan pembelajaran dan langkah-langkah untuk kelas kesperimen dan kelas kontrol.
f.        Memberi pretest kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
g.      Memberi perlakuan kepada kelas eksperimen dengan tahapan berikut ini :
1.      Memberi materi kepada siswa cara menulis puisi menggunakan model pembelajaran word square.
2.      Memberi latihan menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran word square kepada siswa.
Sedangkan untuk kelas kontrol diberikan perlakuan dengan tahapan sebagai berikut :
1.      Memberi materi kepada siswa cara menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran konvensional ( ceramah )
2.      Memberi latihan menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran konvensonal ( ceramah ) kepada siswa.
h.      Setelah memberikan perlakuan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol, peneliti memberikan postest tes menulis puisi.
i.        Memberikan skor berdasarkan kriteria penilaian kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Hasil Penelitian
            Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data yang berasal dari pengambilan data sebanyak empat kali, yaitu dua kali di kelompok eksperimen dan dua kali di kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran word square, sedangkan kelompok kontrol tanpa menggunakan model pembelajaran word square atau hanya diberi pembelajaran menulis puisi secara konvensional yaitu dengan model pembelajaran ceramah dan diskusi. Jumlah sampel setiap kelas sebanyak tiga puluh enam siswa. Data penelitian ini berupa hasil tesmenulis puisi yang diberikan kepada siswa sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran word square pada kelompok eksperimen dan hasil tes menulis puisi yang diberikan kepada siswa sebelum dan sesudah pembelajaran menulis puisi yang dilakukan pada kelompok kontrol.
            Skor tes tiap siswa didapat dengan mencari nilai rata-rata siswa setelah tes diselenggarakan. Nilai tertinggi pretest pada kelompok eksperimen yang didapat diraih adalah 82 dan nilai terendah 37, sedangkan nilai tertinggi pretest pada kelompok kontrol yang dapat diraih adalah 82 dan nilai terendah 38. Nilai tertinggi postest pada kelompok eksperimen yang dapat diraih adalah 93 dan nilai terendah 54, sedangkan nilai tertinggi postest pada kelompok kontrol yang didapat adalah 84 dan nilai terendah 44. Deskripsi data hasil penelitian dimaksudkan untuk memberi gambaran umum mengenai distribusi data. Data yang disajikan merupakan data yang telah diolah dari data mentah menggunakan teknik statistik, yaitu nilai rata-rata, simpangan baku, variansi, rentangan skor, distribusi frekuensi serta diagram.

Kesimpulan
            Berdasarkan pembahasan hasil penelitia dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1.      Berdasarkan hasil perhitungan data dengan menggunakan uji-t dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif model pembelajaran word square terhadap kemampuan menulis puisi siswa kelas VII SMP Negeri 47 Jakarta Pusat. Hal ini ditandai dengan diperolehnya harga thitung = 2,71 pada derajat kebebasan 36+36-2 = 70, sedangkan harga ttabel pada dk 70=1,645 untuk taraf signifikasi α 0,05. Perhitungan yang didapat adalah thitung = 2,71 > t tabel 1,645. Dengan demikian hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif model pembelajaran word square terhadap kemampuan menulis puisi siswa diterima.
2.      Berdasarkan hasil analisis data , diketahui bahwa rentangan skor pretest kemampuan menulis puisi kelas eksperimen antara 37 hingga 85 mencapai skor rata-rata 62,75 dan rentangan skor postest kemampuan menulis puisi kelas eksperimen antara 54 hingga 95 mencapai skor rata-rata 72,167. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa skor rata-rata siswa kelas eksperimen meningkat sebesar 9,417 poin. Adapuan rentangan skor pretest kelas kontrol antara 38 hingga 86 mencapai skor rata-rata 64,139 dan rentangan skor postest kemampuan menulis puisi kelas kontrol antara 44 hingga 85 mencapai skor rata-rata 65,680. Dengan demikian, skor rata-rata kelas kontrol hanya meningkat 1,541. Berdasarkan penjabaran tersebut, terlihat bahwa kenaikan rata-rata kemampuan menulis siswa kelas eksperimen lebih besar daripada kenaikan skor rata-rata kelas kontrol. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis puisi siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran word square lebih baik hasilnya dibandingkan yang tidak.
3.      Bila dibandingkan dengan nilai posttest kontrol, penggunaan model pembelajaran word square pada kelas eksperimen berpengaruh positif pada perolehan hasil kemampuan menulis puisi siswa, terutama pada aspek rima, ungkapan dan jalinan imaji.
4.      Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa terdapat tujuh orang siswa kelas kontrol yang sor posttestnya diatas rata-rata skor rata-rata posttest kelas eksperimen (72,167). Hal ini dapat terjadi karena siswa-siswa tersebuttelah mnguasai aspek-aspek menulis puisi yaitu mampu membuat irama yang baik. Irama yang dihasilkan adalah alunan yang tercipta oleh kalimat yang berimabng meliputi keras lembut tekanan dan tinggi rendahnya nada. Irama dapat dilihat dari jumlah suku kata yang digunakan dalam membuat puisi. Semakin banyak jumlah suku kata yang hampir sama, semakin berirama puisi tersebut. Siswa-siswa tersebut juga mempu mengatur rima dengan baik, sehingga dapat menciptakan irama yang indah. Selain itu, pilihan kata yang digunakan siswa-siswa tersebut juga tepat sehingga mendukung puisi. Ungkapan yang digunakan siswa-siswa tersebut cukup bervariasi dengan menggunakan berbagai majas perlambang, serta jalinan imaji yang terfokus kepada tema judul puisi membuat nilai puisi siswa-siswa tersebut tinggi.
5.      Pengaruh model pembelajaran word square terhadap kemampuan menulis puisi yang terlihat perbedaan paling signifikasi nilainya adalah pada aspek jalinan imaji.
6.      Terdapat enam orang siswa kelas eksperimen yang nilai posttestnya rendah. Hal ini daoat terjadi karena keenam siswa tersebut malas menulis dan lebih sibuk mengganggu dan menjahili teman-teman mereka yang serius mengerjakan tugas sehingga menulis puisi secara asal-asalan dan terburu-buru mencontek hasil tulisan temannya ketika lembar jawaban hendak dikumpulkan. Oleh sebab itu, hal ini membuktikan bahwa sekalipun pada kelas eksperimen diajarkan dengan model pembelajaran word square , tetapi jika siswa tersebut tidak memilki kemauan atau malas untuk membaca, serta tidak  berlatih secara kooperatif dengan kelompoknya, maka siswa tersebut akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tulisan puisi, sehingga siswa memiliki kemungkinan mendapatkan skor yang rendah. Selain itu, berdasarkan pengalaman peneliti selama mengajar kelas tersebut ketika PPL, ketujuh siswa tersebut memang sering mendapatkan nilai yang kurang bagus karena kemampuan mereka hanya sebatas itu.


[1] Nurhadi, op. Cit., hlm.344.
[2] Herman J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi, (Jakarta:Erlangga,1987), hlm.2.
[3] Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk Sekolah Menengah
Peratama (SMP)
[4] Sukardjo dan Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan Konsep san Aplikasinya, (Jakarta : Rajawali Pers , 2009 ), hlm.14.
[5] Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, (Jakarta: Visimedia, 2008), hlm.5.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Nuri Fijiastuti

Mindmap pada jurnal ini tidak begitu membantu dalam pembuatan pengembangan jurnal. Hal ini dikarenakan mindmap dalah pekerjaan penulis kali ini tidak menyebutkan butir pernyataan yang akan menjadi isi dari jurnal ini. Tetapi dalam mindmap ini hanya menyebutkan apa saja yang harus ada dalam jurnal, seperti judul, nama penulis, dan lain-lain.namun, tidak meyebutkan apa judulnya, siapa pengarangnya, dan lain-lain.