Kamis, 29 Desember 2011

artikel ilmiah dan mind map Gesa Nurdiyanti





Gesa Nurdiyanti
2115091880/3b

Ragam Bahasa Cerminan Tingkat Pendidikan
Gesa Nurdiyanti
Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta

Pendahuluan
            Bahasa merupakan alat untuk berinteraksi maupun berkomunikasi, maksud alat disini yaitu alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan,ide ataupun perasaan. Bahasa dan manusia sangat erat hubungannya. Dengan bahasa, manusia ataupun masyarakat dapat saling berinteraksi, berkomunikasi, berhubungan dan saling bekerja sama dengan manusia dan masyarakat lainnya. Oleh karena eratnya hubungan antara bahasa dan manusia maka manusia dan bahasa tidak dapat pisahkan. Mudahnya berkomunikasi dengan behasa menjadikan bahasa sebagai sarana komunikasi yang efektif bagi manusia yang memudahkan untuk berhubungan satu sama lain. Dalam studi sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi[1].
            Indonesia mempunyai satu bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia. Akan tetapi, dalam kehidupan sehari-hari yang terjadi saat ini, terdapat bermacam-macam ragam bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi. Dari zaman dahulu hingga saat ini sudah ada yang namanya ragam pahasa. Kridalaksana (dalam Silahidin, 1991: 19) menyebutkan ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan dan menurut media pebicaraannya[2]. Banyaknya ragam bahasa di Indonesia ini dapat terjadi karena bahasa Indonesia yang luas pemakaiannya dan bermacam-macam ragam penuturnya baik dilihat dari identitas soaialnya yang berupa perbedaan status, ekonomi, pendidikan dan juga kedudukannya.
            Seperti disebutkan diatas, ragam bahasa dapat terjadi karena adanya bermacam-macam ragam penuturnya, salah satunya dilihat dari perbedaan golongan sosial di masyarakat itu sendiri, ini terlihat dari pendidikan penutur. Penutur yang berpendidikan tinggi akan berbeda ragamnya dengan penutur yang hanya berpendidikan SD dan penutur yang berakademisi atau berpendidikan tentunya akan berbeda ragammnya juga dengan penutur yang non akademisi atau tidak berpendidikan.
Ragam Bahasa
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang heterogen, mempunyai banyak keberagaman atau perbedaan dimana terdapat  perbedaan, baik perbedaan pendidikan, kedudukan, status maupun ekonomi. Dengan banyaknya perbedaan ini terjadilah variasi bahasa yang berbeda-beda pemakainnya sesuai dengan topik yang sedang dicarakan, medium pembicaraan, waktu pembicaraan serta penuturya, inilah yang menyebabkan timbulnya ragam bahasa.
Kartomihardjo (1988: 23) menyebutkan ragam sebagai suatu piranti untuk menyampaikan makna sosial atau artistik yang tidak dapat disampaikan melalui kata-kata dengan makna harfiah. Di era globalisasi ini, bahasa asing juga sangat mudah masuk ke Indonesia. Mudahnya masuknya bahasa asing ke Indonesia juga merupakan salah satu yang menyebabkan ragam bahasa.
Ragam bahasa dilihat dari segi pendidikan penutur, bahasa yang digunakan oleh penutur yang berpendidikan berbeda dengan ragam bahasa yang digunakan oleh penutur non pendidikan. Ragam bahasa dilihat dari segi kedudukan, bahasa yang digunakan oleh penutur yang berkedudukan tinggi tentu akan berbeda dengan ragam bahasa yang digunakan oleh penutur yang berkedudukan rendah. Dilihat dari segi ekonomi, ragam bahasa yang digunakan oleh bangsawan tentu akan berbeda ragammnya dengan penutur yang berekonomi rendah.
Ragam bahasa yang digunakan oleh guru tentu akan berbeda raganya dengan ragam bahasa yang digunakan oleh penjual. Ragam bahasa yang digunakan oleh dokter tentu juga akan berbeda dengan ragam bahasa yang digunakan oleh supir. Ragam bahasa jurnalistik juga sangat berbeda ragammnya dengan ragam bahasa sains. Wilayah atau tempat juga menentukan ragam bahasa. Penutur dari Medan akan berbeda ragamnya dengan penutur dari Jawa.
Ragam bahasa banyak macamnya, diantaranya ragam baku adalah ragam bahasa yang oleh penuturnya dipandang sebagai ragam yang baik. Ragam cakapan (ragam akrab) adalah ragam bahasa yang dipakai apabila pembicara menganggap kawan bicara sebagai sesama, lebih muda, lebih rendah statusnya atau apabila topik pembicara bersifat tidak resmi. Ragam hormat adalah ragam bahasa yang dipakai apabila lawan bicara orang yang dihormati, misalnya orang tua dan atasan. Ragam kasar adalah ragam bahasa yang digunakan dalam pemakaian tidak resmi di kalangan orang yang saling mengenal. Ragam lisan adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui media lisan, terkait oleh ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat membantu pemahaman. Ragam resmi adalah ragam bahasa yang dipakai dalam suasana resmi. Ragam tulis adalah ragam bahasa yang digunakan melalui media tulis, tidak terkait ruang dan waktu sehingga diperlukan kelengkapan struktur sampai pada sasaran secara visual. Ragam bahasa pada bidang tertentu seperti bahasa istilah hukum, bahasa sains, bahasa jurnalistik. Ragam bahasa perorangan atau idiolek seperti gaya bahasa mantan presiden Soeharto, gaya bahasa Benyamin s. Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu wilayah atau dialek seperti dialek bahasa Madura, Medan, Sunda, Bali, Jawa. Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu golongan sosial seperti ragam bahasa orang akademisi beda dengan ragam bahasa orang-orang jalanan[3].
Ragam Bahasa Menurut Tingkat Pendidikan
Salah satu macam ragam bahasa yaitu ragam bahasa dilihat dari golongan sosial, dimana dilihat dari tingkat pendidikan penutur. Terdapat penutur yang berpendidikan dan penutur yang non pendidikan. Tentu saja berbeda ragam bahasa yang digunakan oleh penutur yang berpendidikan tinggi dengan penutur yang berpendidikan rendah. Dan penutur yang berpendidikan dengan yang nonpendidikan.
            Didalam pembelajaran di sekolah, Bahasa Indonesia merupakan pelajaran wajib yang ada di Indonesia. Baik di sekolah negeri ataupun non negeri di Indonesia, selalu diajarkan bahasa Indonesia. Sejak sekolah dasar hingga perguruan tinggi selalu ada dan diajarkan menegnai Bahasa Indonesia. Didalam pemebelajaran tersebut dajarkan bagaimana bahasa Indonesia yang baik dan benar, bagaimana penggunaan bahasa Indonesia serta bagaimana kedudukan bahasa Indonesia di negara.
            Dengan adanya pembelajaran bahasa Indonesia disekolah ini dapat meningkatkan kemampuan serta penguasaan lebih mengenai bahasa Indonesia. Pembelajaran bahasa Indonesia disekolah juga merupakan salah satu pemertahanan bahasa Indonesia agar tidak tergeserkan oleh bahasa asing atau pengaruh-pengaruh lain dari luar. Pengajaran ini juga dapat menciptakan rasa bangga serta cinta kita terhadap bahasa Indonesia.
            Kemampuan serta penguasaan terhadap bahasa Indonesia oleh orang yang berpendidikan tentu akan berbeda dengan kemampuan dan penguasaan dengan orang yang tidak belajar bahasa Indonesia  di sekolah. Perbedaan inilah yang menyebabkan ragam bahasa.
Zaman dahulu tidak banyak terdapat ragam bahasa, hanya ada sedikit kevariasian dalam berbahasa. Dahulu, hanya ada bahasa Indonesia baku dan bahasa Indonesia tidak baku. Akan tetapi, walaupun hanya terdapat sedikit kevariasian bahasa, sedikit orang yang hanya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahasa Indonesia yang baik dan benar zaman dahulu biasanya hanya digunakan oleh orang yang berpendidikan atau orang bersekolah. Sedangkan orang yang bersekolah di zaman dahulu, hanyalah orang-orang yang hanya mempunyai uang. Oleh karena orang-orang yang tidak mempnyai uang tidak dapat bersekolah, makanya terdapat perbedaan bahasa yang digunakan oleh orang yang bersekolah.
Ragam pendidikan dibedakan dari ragam nonpendidikan. Ragam bahasa pendidikan merupakan ragam bahasa tinggi. Sedangkan ragam bahasa nonpendidikan disebut ragam rendah[4]. Bila dibedakan menjadi ragam bahasa tinggi dan ragam bahasa rendah ini semua terlihat dari segi pengucapan atau pelafalan serta penggunaan bahasa secara baik yang dapat dilihat dari tata bahasanya.
Perbedaan bahasa yang digunakan oleh penutur yang berpendidikan dengan penutur yang nonpendidikan,akan terlihat jelas perbedaannya. Kejelasan ini terlihat dari segi pengucapan atau pelafalan, terutama dalam pelafalan bahasa yang diserap dari bahasa asing. Perbedaan lainnya juga dapat terlihat dari penggunaan tata bahasa yang digunakan. Selain dilihat dari pelafalan dan tata bahasa yang digunakan, perbedaan ini juga terlihat dari bentuk katanya. Penutur yang nonpendidikan seringkali meninggalkan awalan dalam pemakaiannya.
Ragam bahasa yang digunakan oleh penutur yang berpendidikan dengan penutur yang nonpendidikan akan berbeda tingkat kemampuannya dan penguasaan kata-katanya. Dilihat dari segi pelafalan, misalnya dalam melafalkan kata-kata film, fitnah, dan kompleks, oleh orang berpendidikan formal kata-kata tersebut tentunya akan dilafalkan dengan benar sesuai dengan bunyi fonem yang benar, yaitu film, fitnah, dan kompleks. Akan tetapi berbeda dengan orang yang tidak mengalami pendidikan formal mungkin akan melafalkan dengan pilm, pitnah, dan komplek.
Sedangkan dalam hal tata bahasa ketika seseorang mengucapkan “Saya akan bakar itu sampah setelah saya mandi” barangkali orang lain dapat menangkap maksud yang disampaikan. Akan tetapi, dari segi tata bahasa, kalimat tersebut kurang baik. Sedangkan yang baik menurut tata bahasa adalah “Saya akan membakar sampah itu setelah saya mandi”[5].
Jika dilihat dari bentuk kata, penutur yang nonpendidikan seringkali menghilangkan awalan yang seharusnya diapakai dalam kalimatnya. Contohnya saja seperti “ Ibu saya akan ceritakan masa kecilnya” , seharusnya “ Ibu saya akan menceritakan masa kecilnya.
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ragam bahasa merupakan cerminan tingkat pendidikan. Ragam bahasa orang yang berpendidikan  berbeda dengan ragam bahasa orang yang tidak berpendidikan, perbedaan ini terjadi karena adanta perbedaan tingkat kemampuan dan penguasaa bahasa yang dimilikinya. Perbedaan bahasa yang digunakan oleh penutur yang berpendidikan dan non pendidikan, hal ini dapat dilihat dari pelafalan, terutama pelafalan dalam bahasa yang diserap dari bahasa asing, dapat terlihat juga melalui tata bahasa yang digunakan, juga bentuk kata yang digunakan orang berpendidikan dan non pendidikanpun juga berbeda, seringkali bentuk kata dalam kalimat sering meninggalakan awalan yang seharusnya dipakai .
Daftar Pustaka
Chaer, Abdul dan Leonel Agusta. 1995. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Kartomihardjo, Soeseno. 1988. Bahasa Cermin Kehidupan Masyarakat. Jakarta: Depdikbud.
http://fathurrokhmancenter.wordpress.com/sosiolingiustik/
http://eziekim.wordpress.com/2010/10/10/ragam-bahasa-indonesia/
http://books.google.co.id/books?id=q0yBCdmfwIsC&pg=PA36&lpg=PA36&dq=ragam+bahasa+di+kalangan+pendidikan+dan+nonpendidikan



[1] Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik Perkenalan Awal (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) hal 11
[2] http://fathurrokhmancenter.wordpress.com/sosiolingiustik/
[3] http://eziekim.wordpress.com/2010/10/10/ragam-bahasa-indonesia/
[4]http://books.google.co.id/books?id=q0yBCdmfwIsC&pg=PA36&lpg=PA36&dq=ragam+bahasa+di+kalangan+pendidikan+dan+nonpendidikan

[5] http://fathurrokhmancenter.wordpress.com/sosiolingiustik/

1 komentar:

KEBULAN mengatakan...

nuri fijiastuti

mind map yang dibuat penulis bukanlah mind map perencaanaan. namun, mind map yang dibuat adalah mind map artikel ilmiah. seharusanya jika membuat mind map perencanaan dalam kolom-kolom mind map itu adalah premis-premis yang akan dikembangkan dalam pengambangan tulisan tersebut. selain itu ada penulisan yang tidak tepat dalam pengambangannya. contohnya, "Oleh karena orang-orang yang tidak mempnyai uang tidak dapat bersekolah, makanya terdapat perbedaan bahasa yang digunakan oleh orang yang bersekolah". penulisan konjungsi pada kalinat ini kurang tepat. konjungsi yang tepat adalah oleh karena itu.
" Didalam pembelajaran di sekolah, Bahasa Indonesia merupakan pelajaran wajib yang ada di Indonesia", penulisan kata "didalam" kurang tepat seharusnya "di dalam". teknik penulisan artikel ini kurang variatif, karena kata "ragam" sering sekali digunakan di awal kalimat.