Gesa
Nurdiyanti
2115091880/3b
Ragam Bahasa
Cerminan Tingkat Pendidikan
Gesa Nurdiyanti
Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri
Jakarta
Pendahuluan
Bahasa
merupakan alat untuk berinteraksi maupun berkomunikasi, maksud alat disini
yaitu alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan,ide ataupun perasaan. Bahasa dan
manusia sangat erat hubungannya. Dengan bahasa, manusia ataupun masyarakat dapat
saling berinteraksi, berkomunikasi, berhubungan dan saling bekerja sama dengan
manusia dan masyarakat lainnya. Oleh karena eratnya hubungan antara bahasa dan
manusia maka manusia dan bahasa tidak dapat pisahkan. Mudahnya berkomunikasi
dengan behasa menjadikan bahasa sebagai sarana komunikasi yang efektif bagi
manusia yang memudahkan untuk berhubungan satu sama lain. Dalam studi
sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem lambang, berupa bunyi,
bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi[1].
Indonesia
mempunyai satu bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia. Akan tetapi, dalam
kehidupan sehari-hari yang terjadi saat ini, terdapat bermacam-macam ragam
bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi. Dari zaman dahulu hingga saat ini
sudah ada yang namanya ragam pahasa. Kridalaksana (dalam Silahidin, 1991: 19) menyebutkan ragam bahasa adalah
variasi bahasa menurut pemakaian yang berbeda-beda menurut topik yang
dibicarakan dan menurut media pebicaraannya[2]. Banyaknya ragam bahasa di Indonesia
ini dapat terjadi karena bahasa Indonesia yang luas pemakaiannya dan
bermacam-macam ragam penuturnya baik dilihat dari identitas soaialnya yang
berupa perbedaan status, ekonomi, pendidikan dan juga kedudukannya.
Seperti
disebutkan diatas, ragam bahasa dapat terjadi karena adanya bermacam-macam
ragam penuturnya, salah satunya dilihat dari perbedaan golongan sosial di
masyarakat itu sendiri, ini terlihat dari pendidikan penutur. Penutur yang
berpendidikan tinggi akan berbeda ragamnya dengan penutur yang hanya berpendidikan
SD dan penutur yang berakademisi atau berpendidikan tentunya akan berbeda
ragammnya juga dengan penutur yang non akademisi atau tidak berpendidikan.
Ragam Bahasa
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat
yang heterogen, mempunyai banyak keberagaman atau perbedaan dimana terdapat perbedaan, baik perbedaan pendidikan,
kedudukan, status maupun ekonomi. Dengan banyaknya perbedaan ini terjadilah variasi
bahasa yang berbeda-beda pemakainnya sesuai dengan topik yang sedang dicarakan,
medium pembicaraan, waktu pembicaraan serta penuturya, inilah yang menyebabkan
timbulnya ragam bahasa.
Kartomihardjo (1988: 23)
menyebutkan ragam sebagai suatu piranti untuk menyampaikan makna sosial atau
artistik yang tidak dapat disampaikan melalui kata-kata dengan makna harfiah. Di era
globalisasi ini, bahasa asing juga sangat mudah masuk ke Indonesia. Mudahnya
masuknya bahasa asing ke Indonesia juga merupakan salah satu yang menyebabkan
ragam bahasa.
Ragam bahasa dilihat dari segi pendidikan
penutur, bahasa yang digunakan oleh penutur yang berpendidikan berbeda dengan
ragam bahasa yang digunakan oleh penutur non pendidikan. Ragam bahasa dilihat
dari segi kedudukan, bahasa yang digunakan oleh penutur yang berkedudukan
tinggi tentu akan berbeda dengan ragam bahasa yang digunakan oleh penutur yang
berkedudukan rendah. Dilihat dari segi ekonomi, ragam bahasa yang digunakan
oleh bangsawan tentu akan berbeda ragammnya dengan penutur yang berekonomi
rendah.
Ragam bahasa yang digunakan oleh guru tentu
akan berbeda raganya dengan ragam bahasa yang digunakan oleh penjual. Ragam
bahasa yang digunakan oleh dokter tentu juga akan berbeda dengan ragam bahasa
yang digunakan oleh supir. Ragam bahasa jurnalistik juga sangat berbeda
ragammnya dengan ragam bahasa sains. Wilayah atau tempat juga menentukan ragam
bahasa. Penutur dari Medan akan berbeda ragamnya dengan penutur dari Jawa.
Ragam bahasa banyak macamnya, diantaranya
ragam baku adalah ragam bahasa
yang oleh penuturnya dipandang sebagai ragam yang baik. Ragam cakapan (ragam akrab) adalah ragam bahasa yang dipakai apabila pembicara
menganggap kawan bicara sebagai sesama, lebih muda, lebih rendah statusnya atau
apabila topik pembicara bersifat tidak resmi. Ragam hormat adalah ragam bahasa yang dipakai apabila lawan bicara
orang yang dihormati, misalnya orang tua dan atasan. Ragam kasar adalah ragam bahasa yang
digunakan dalam pemakaian tidak resmi di kalangan orang yang saling mengenal.
Ragam lisan adalah ragam bahasa
yang diungkapkan melalui media lisan, terkait oleh ruang dan waktu sehingga
situasi pengungkapan dapat membantu pemahaman. Ragam resmi adalah ragam bahasa yang dipakai dalam suasana resmi. Ragam tulis adalah ragam bahasa yang
digunakan melalui media tulis, tidak terkait ruang dan waktu sehingga
diperlukan kelengkapan struktur sampai pada sasaran secara visual. Ragam bahasa
pada bidang tertentu seperti
bahasa istilah hukum, bahasa sains, bahasa jurnalistik. Ragam bahasa perorangan atau idiolek seperti gaya
bahasa mantan presiden Soeharto, gaya bahasa Benyamin s. Ragam bahasa pada
kelompok anggota masyarakat suatu wilayah atau dialek seperti dialek bahasa Madura, Medan, Sunda, Bali, Jawa.
Ragam bahasa pada kelompok anggota
masyarakat suatu golongan sosial seperti ragam bahasa orang akademisi
beda dengan ragam bahasa orang-orang jalanan[3].
Ragam Bahasa Menurut Tingkat
Pendidikan
Salah satu macam ragam bahasa yaitu ragam bahasa
dilihat dari golongan sosial, dimana dilihat dari tingkat pendidikan penutur.
Terdapat penutur yang berpendidikan dan penutur yang non pendidikan. Tentu saja
berbeda ragam bahasa yang digunakan oleh penutur yang berpendidikan tinggi
dengan penutur yang berpendidikan rendah. Dan penutur yang berpendidikan dengan
yang nonpendidikan.
Didalam pembelajaran di
sekolah, Bahasa Indonesia merupakan pelajaran wajib yang ada di Indonesia. Baik
di sekolah negeri ataupun non negeri di Indonesia, selalu diajarkan bahasa
Indonesia. Sejak sekolah dasar hingga perguruan tinggi selalu ada dan diajarkan
menegnai Bahasa Indonesia. Didalam pemebelajaran tersebut dajarkan bagaimana
bahasa Indonesia yang baik dan benar, bagaimana penggunaan bahasa Indonesia
serta bagaimana kedudukan bahasa Indonesia di negara.
Dengan adanya pembelajaran
bahasa Indonesia disekolah ini dapat meningkatkan kemampuan serta penguasaan
lebih mengenai bahasa Indonesia. Pembelajaran bahasa Indonesia disekolah juga
merupakan salah satu pemertahanan bahasa Indonesia agar tidak tergeserkan oleh
bahasa asing atau pengaruh-pengaruh lain dari luar. Pengajaran ini juga dapat
menciptakan rasa bangga serta cinta kita terhadap bahasa Indonesia.
Kemampuan serta penguasaan
terhadap bahasa Indonesia oleh orang yang berpendidikan tentu akan berbeda
dengan kemampuan dan penguasaan dengan orang yang tidak belajar bahasa
Indonesia di sekolah. Perbedaan inilah
yang menyebabkan ragam bahasa.
Zaman dahulu tidak banyak terdapat ragam bahasa, hanya
ada sedikit kevariasian dalam berbahasa. Dahulu, hanya ada bahasa Indonesia
baku dan bahasa Indonesia tidak baku. Akan tetapi, walaupun hanya terdapat
sedikit kevariasian bahasa, sedikit orang yang hanya menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Bahasa Indonesia yang baik dan benar zaman
dahulu biasanya hanya digunakan oleh orang yang berpendidikan atau orang
bersekolah. Sedangkan orang yang bersekolah di zaman dahulu, hanyalah
orang-orang yang hanya mempunyai uang. Oleh karena orang-orang yang tidak
mempnyai uang tidak dapat bersekolah, makanya terdapat perbedaan bahasa yang
digunakan oleh orang yang bersekolah.
Ragam pendidikan dibedakan dari ragam nonpendidikan.
Ragam bahasa pendidikan merupakan ragam bahasa tinggi. Sedangkan ragam bahasa
nonpendidikan disebut ragam rendah[4]. Bila
dibedakan menjadi ragam bahasa tinggi dan ragam bahasa rendah ini semua
terlihat dari segi pengucapan atau pelafalan serta penggunaan bahasa secara
baik yang dapat dilihat dari tata bahasanya.
Perbedaan bahasa yang digunakan oleh penutur yang
berpendidikan dengan penutur yang nonpendidikan,akan terlihat jelas
perbedaannya. Kejelasan ini terlihat dari segi pengucapan atau pelafalan,
terutama dalam pelafalan bahasa yang diserap dari bahasa asing. Perbedaan
lainnya juga dapat terlihat dari penggunaan tata bahasa yang digunakan. Selain
dilihat dari pelafalan dan tata bahasa yang digunakan, perbedaan ini juga
terlihat dari bentuk katanya. Penutur yang nonpendidikan seringkali
meninggalkan awalan dalam pemakaiannya.
Ragam bahasa yang digunakan oleh penutur yang
berpendidikan dengan penutur yang nonpendidikan akan berbeda tingkat
kemampuannya dan penguasaan kata-katanya. Dilihat dari segi pelafalan, misalnya dalam melafalkan kata-kata film, fitnah,
dan kompleks,
oleh orang berpendidikan formal kata-kata tersebut tentunya akan dilafalkan
dengan benar sesuai dengan bunyi fonem yang benar, yaitu film,
fitnah,
dan kompleks.
Akan tetapi berbeda dengan orang yang tidak mengalami pendidikan formal mungkin
akan melafalkan dengan pilm, pitnah, dan komplek.
Sedangkan dalam hal
tata bahasa ketika seseorang mengucapkan “Saya akan bakar itu sampah setelah saya mandi” barangkali
orang lain dapat menangkap maksud yang disampaikan. Akan tetapi, dari segi tata
bahasa, kalimat tersebut kurang baik. Sedangkan yang baik menurut tata bahasa
adalah “Saya
akan membakar sampah itu setelah saya mandi”[5].
Jika dilihat dari bentuk kata, penutur yang nonpendidikan
seringkali menghilangkan awalan yang seharusnya diapakai dalam kalimatnya. Contohnya
saja seperti “ Ibu saya akan ceritakan masa kecilnya” , seharusnya “ Ibu saya
akan menceritakan masa kecilnya.
Kesimpulan
Dari
pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ragam bahasa merupakan
cerminan tingkat pendidikan. Ragam bahasa orang yang berpendidikan berbeda dengan ragam bahasa orang yang tidak
berpendidikan, perbedaan ini terjadi karena adanta perbedaan tingkat kemampuan
dan penguasaa bahasa yang dimilikinya. Perbedaan bahasa yang digunakan oleh
penutur yang berpendidikan dan non pendidikan, hal ini dapat dilihat dari
pelafalan, terutama pelafalan dalam bahasa yang diserap dari bahasa asing,
dapat terlihat juga melalui tata bahasa yang digunakan, juga bentuk kata yang
digunakan orang berpendidikan dan non pendidikanpun juga berbeda, seringkali
bentuk kata dalam kalimat sering meninggalakan awalan yang seharusnya dipakai .
Daftar
Pustaka
Chaer, Abdul dan Leonel Agusta. 1995. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Kartomihardjo, Soeseno. 1988. Bahasa
Cermin Kehidupan Masyarakat. Jakarta: Depdikbud.
http://fathurrokhmancenter.wordpress.com/sosiolingiustik/
http://eziekim.wordpress.com/2010/10/10/ragam-bahasa-indonesia/
http://books.google.co.id/books?id=q0yBCdmfwIsC&pg=PA36&lpg=PA36&dq=ragam+bahasa+di+kalangan+pendidikan+dan+nonpendidikan
[1] Abdul
Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik Perkenalan Awal (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010) hal 11
[2] http://fathurrokhmancenter.wordpress.com/sosiolingiustik/
[3] http://eziekim.wordpress.com/2010/10/10/ragam-bahasa-indonesia/
[4]http://books.google.co.id/books?id=q0yBCdmfwIsC&pg=PA36&lpg=PA36&dq=ragam+bahasa+di+kalangan+pendidikan+dan+nonpendidikan
[5] http://fathurrokhmancenter.wordpress.com/sosiolingiustik/
1 komentar:
nuri fijiastuti
mind map yang dibuat penulis bukanlah mind map perencaanaan. namun, mind map yang dibuat adalah mind map artikel ilmiah. seharusanya jika membuat mind map perencanaan dalam kolom-kolom mind map itu adalah premis-premis yang akan dikembangkan dalam pengambangan tulisan tersebut. selain itu ada penulisan yang tidak tepat dalam pengambangannya. contohnya, "Oleh karena orang-orang yang tidak mempnyai uang tidak dapat bersekolah, makanya terdapat perbedaan bahasa yang digunakan oleh orang yang bersekolah". penulisan konjungsi pada kalinat ini kurang tepat. konjungsi yang tepat adalah oleh karena itu.
" Didalam pembelajaran di sekolah, Bahasa Indonesia merupakan pelajaran wajib yang ada di Indonesia", penulisan kata "didalam" kurang tepat seharusnya "di dalam". teknik penulisan artikel ini kurang variatif, karena kata "ragam" sering sekali digunakan di awal kalimat.
Posting Komentar