Kamis, 29 Desember 2011

ARTIKEL JURNAL ILMIAH - RACHMA PUTRI RAHAYU - Guru dan Pembelajaran Inovatif

MIND MAP ARTIKEL JURNAL ILMIAH





Guru dan Pembelajaran Inovatif

 Pendahuluan
            Pembelajaran merupakan salah satu kegiatan interaksi antara siswa dan Guru. Keberhasilan kegiatan ini ditentukan oleh bagaimana partisipasi siswa di dalam mengikuti serangkaian proses tersebut. Semakin aktif siswa dalam mengambil bagian kegiatan interaksi, semakin tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, di dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran, Guru perlu mengusahakan suatu strategi proses belajar yang mengarah kepada partisipasi siswa sebanyak-banyaknya.
            Namun dewasa ini, masih banyak Guru yang tidak memerdulikan interaksi. Guru cenderung masih “betah” dengan pengajaran konvensional, yaitu Guru menjelaskan di depan kelas dan anak murid hanya diam mendengarkan. Padahal kompetensi profesional dan perubahan kurikulum menuntut para guru untuk lebih meningkatkan mutu dan kualitas mengajarnya. Guru harus mampu membenamkan konsep keilmuan di ingatan siswa secara mendalam, membekas, dan dibawa siswa sampai kapan pun. Inspirasi siswa berkembang dengan kreatif dan inovatif karena didasari oleh konsep yang diterima oleh guru.

 Pembelajaran Inofatif
            Inovatif (innovative) yang berarti new ideas or techniques, merupakan kata sifat dari inovasi (innovation) yang berarti pembaharuan, juga berasal dari kata kerja innovate yang berarti make change atau introduce new thing (ideas or techniques) in oerder to make progress[1]. Jadi pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang mengarah kepada pembaharuan kegiatan belajar mengajar sehingga tujuan belajar tercapai secara maksimal. Pembaharuan ini perlu disadari dengan sendirinya oleh guru bahwa ia ingin berubah untuk hal yang lebih baik dan berusaha bekerja profesional.
            Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang lebih bersifat student center atau pembelajaran yang menekankan kemandirian siswa. Guru hanya sebagai fasilitator yang bertugas membantu siswa menciptakan situasi dan kondisi yang baik sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar yang optimal. Berikut beberapa model pembelajaran inovatif [2]:         
a.      Metode Diskusi Kelompok
Diskusi dalam proses pembelajaran menurut (Suryosubroto, 2002, 179) adalah suatu cara penyajian bahan di mana guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah.
b.      Model Pembelajaran Simulasi
Teknik simulasi digunakan dalam semua sistem pengajaran, terutama dalam desain instruksional yang berorientasi pada tujuan-tujuan tingkah laku. Latihan-latihan keterampilan menuntut praktik yang dilaksanakan di dalam situasi kehidupan nyata.
c.       Metode Ceramah
Metode ceramah biasanya digunakan sebagai pengantar.
d.      Metode Konseptual
Konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
e.      Meode Kooperatif
Sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dan bertukar informasi dengan sesama siswa dalam tugas terstruktur.
Tentunya model pembelajaran di atas tidak dapat dipakai untuk setiap standar kompetensi yang ada. Guru harus pandai dalam meracik model dengan tuntutan kompetensi yang ingin dicapai.

 Guru dan Pembelajaran
            Dalam studi Basic Education Quality (EPP, 1992) ditemukan bahwa guru yang bermutu ditentukan oleh empat faktor utama: (1) kemampuan profesional; (2) upaya profesional; (3) waktu yang tercurah untuk kegiatan profesional; (4) akuntabilitas [3]. Upaya profesional seorang guru berkaitan keterampilan mengajar. Peningkatan kualitas pendidikan di sekolah dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas guru dalam kegiatan belajar mengajar, mulai dari penetapan tujuan pembelajaran, pemilihan materi ajar, pemilihan pendekatan, media, metode, dan sistem penilaian.
 Guru perlu berusaha mencari model-model yang relevan agar kegiatan belajar mengajar berjalan secara efektif sehingga tercapai tujuan yang telah ditetapkan. Memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi ajar merupakan salah satu tugas yang harus dilakukan guru dan perlu mendapat perhatian. Relevansi memiliki daya tarik bagi siswa akan menjadi motivasi tersendiri bagi kegiatan belajar siswa. Karena itu, penggunaan model pembelajaran hendaknya dipilih secara cermat. Hal ini dimaksudkan agar kegiatan pembelajaran yang dilakukan agar siswa benar-benar dapat menarik dan membuat siswa aktif. Selain itu, materi pembelajaran yang dipilih dari berbagai sumber akan menjadikan kegiatan pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.

Kesimpulan
            Inovasi dalam pembelajaran sangat diperlukan. Selain sebagai tuntutan profesi keguruan juga agar pembalajaran di kelas mengalami pembaharuan sehingga tujuan kompetensi tercapai. Banyak model pembelajaran yang dapat digunakan untuk memandu proses belajar secara efektif. Model pembelajaran yang dapat diterapkan pada bidang studi hendaknya dikemas koheren dengan hakikat pendidikan materi pembelajaran.

Daftar Pustaka
Meilanie Sri Martini. 2009. Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.
Taniredja, Tukiran dkk. 2011. Model-model Pembelajaran Inovatif. Bandung. Cv. Alfabeta.




[2] Taniredja, Tukiran dkk, Model-model Pembelajaran Inovatif, (Bandung: Cv. Alfabeta, 2011), hlm.2.               
[3] Sri Martini Meilanie, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Universitas Negeri Jakarta, 2009), hlm. 62.

2 komentar:

KEBULAN mengatakan...

Artikel yang dibuat Rachma secara isi, sudah menuangkan pokok-pokok yang dibicarakan dalam pendahuluannya dalam penjabaran yang cukup jelas. Sesuai ciri khas Rachma, mindmap yang dibuatnya tetap bernuansa sederhana, tidak bertele-tele namun cukup "mewakili". Tapi menurut saya, akan lebih sempurna lagi bila dalam mindmapnya, Rachma juga mencantumkan daftar pustaka agar mindmap dengan pengembangannya lebih sesuai lagi.

Terima kasih.
Secara keseluruhan dapat saya katakan bahwa mindmap yang dibuat oleh Rachma sudah sesuai dengan pengembangannya. Namun ada satu yang kurang, Rachma tidak mencantumkan sumber rujukan/daftar pustaka.
Rchma juga tidak membuat abstrak pada tulisannya.
Terlepas dari itu, argumen yang telah dibuat Rachma cukup ringkas namun tetap dapat ditangkap intisarinya secara jelas dan terstruktur.
Terima kasih.

[FIFY FILDZAH HABIBAH (2115091110)
KELAS 3-B
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA-FBS-UNJ]

KEBULAN mengatakan...

Hilda Septiani (2115090050)

Artikel yang dibuat Saudara Rachma dapat dikatakan cukup baik dilihat dari isi pengembangan yang sesuai dengan mind map. Selanjutnya setiap teori yang dikemukakan penulis menambahkan masalah yang muncul. Tapi menurut saya, akan lebih menarik dan terarah apabila dalam menyampaikan model-model pembelajaran diikuti dengan contoh Kompetensi Dasar yang sesuai. Contohnya dalam model simulasi lebih baik diterapkan pada kompetensi berbicara seperti menyampaikan berita, membaca puisi, dan lain-lain. Terlepas dari komentar tadi, secara keseluruhan artikel yang dibuat penulis sudah sesuai dengan mind map. Terima kasih.