1.3 Mind Map Artikel Jurnal Ilmiah
TUGAS ARTIKEL JURNAL ILMIAH SITI LUTFIAH
REPRESENTASI “CINTA ABADI” TAJ
MAHAL DALAM NOVEL TAJ MAHAL KARYA JOHN SHORS: SUATU KAJIAN DEKONSTRUKSI
OLEH VIRLY RAZKIA
ABSTRAK
Virly
Razkia. 2011. Representasi “Cinta Abadi” Taj Mahal dalam Novel Taj Mahal Karya
John Shors: Suatu Kajian Dekonstruksi. Skripsi, Jurusan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta.
Penelitian
karya Virly Razkia ini mengkaji novel Taj Mahal karya John Shors, berkaitan
dengan representasi “Cinta Abadi” yang merupakan lambang cinta antara Shah
Jahan dan Mumtaz Mahal. Simbol “Cinta Abadi” Taj Mahal. Penelitian ini bersifat
deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan dekonstruksi yang
dicetuskan oleh Jacques Derrida, dengan memanfaatkan teori strukturalisme model
A.J Greimas sebagai landasan menemukan oposisi biner bagi langkah kerja
dekonstruksi. Penelitian ini mengajukan beberapa paradox yang ditimbulkan dari
pertentangan simbol “Cinta Abadi” yang merupakan superior dan symbol “bukan
cinta abadi” seperti simbol pernikahan politis, simbol peperangan, dan simbol
perselingkuhan yang menjadi inferior. Pembongkaran dilakukan dengan menggunakan
metode Sous rature (cara membongkar makna dengan menyilang kata dan
menangguhkannya) dan pembalikan privilese (cara membongkar dengan membalikan
oposisi biner atas superior dan inferior). Hasil analisis pembongkaran
memperlihatkan jejak-jejak yang seharusnya mengarah kepada representasi “cinta
abadi” selalu saja tertunda dan membelot, sehingga timbul representasi “bukan
cinta abadi” Taj Mahal sebagai pemilihan jalan tengah. Analisis dekonstruksi serta memperlihatkan pembalikan
privilese oposisi biner dan meruntuhkan hierarkis yang khas dengan struktural.
Kata kunci: Taj Mahal, Representasi “Cinta Abadi”.
Representasi “bukan cinta abadi”, dekonstruksi novel, oposisi biner.
PENDAHULUAN
- Latar
Belakang
Taj Mahal adalah sebuah monument yang
terletak di Agra, Negara India, dibangun atas keinginan Kaisar Mughal Shah
Jahan, anak Jahangir, sebagai sebuah mausoleum untuk istrinya, Arjumand Banu
Begum, juga dikenal sebagai Mumtaz-ul-Zamani atau Mumtaz Mahal. Pembangunannya
mengahbiskan Waktu 22 tahun (1630-1653) dan merupakan sebuah adi karya dari
arsitektur Mughal. Permaisuri bernama Mumtaz Mahal ini diwujudkan dengan
dibangunnya makam menyerupai masjid untuk mengenangnya. Kisah yang mengharukan
dan sarat akan keagungannya cinta itulah yang membuat lambing “Cinta Abadi” Taj
Mahal terus melekat dan menjadi sebuah kisah warisan hingga kini. Kisah Taj
Mahal diangkat dalam karya sastra pada abad ke-21, yakni tepatnya pada tahun
2004 dalam bentuk prosa berupa novel.
Hadirnya Taj Mahal dalam bentuk karya
sastra sama dengan mengangkat tema cerita dari sebuah realitas, yang mengungkap
berbagai kemisteriusan dari bangunan Taj Mahal. Hal inilah yang menjadikan
peneliti tertarik untuk mengkaji novel Taj Mahal karya John Shors. Namun , penelitian ini sama sekali tidak
berhubungan secara langsung dengan penelitian dalam bidang arkeolog yang
melihat dari segi bangunan ataupun
sejarahnya. Dalam hal ini peneliti hanya ingin memperlihatkan pembongkaran
representasi “Cinta Abadi” Taj Mahal karya John Shors dengan menggunakan
pendekatan dekontruksi. Dekontruksi dilakukan dengan mengkotomikan representasi
“Cinta Abadi” dengan “Bukan Cinta Abadi”. Dari 2 frasa paradoks tersebut, akan
didapatkan makna-makna yang menjadi kata
kunci dari dekontruksi.
Selain dari pada hal-hal yang telah
disebutkan, peneliti merasa bahwa Taj Mahal yang merupakan produk masa lampau
bisa diberi makna baru lewat pengkajian terhadap teks sastra dan mengalami pengbongkaran
pada representasinya. Berangkat dari hal-hal tersebut maka penelitian ini pun,
dilakukan oleh Virly Razkia.
- Tujuan
Penelitian dilakukan dengan tujuan
mengungkapakan dekontruksi representasi “Cinta Abadi” Taj Mahal dalam novel Taj
Mahal karya John Shors dengan menggunakan pendekatan dekontruksi.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode kualitatif memanfaatkan
cara-cara penafsiran dengan menyajikannya dalam bentuk deskripsi terhadapa
pemaknaan teks. Dalam
penelitian ini, diawali dengan analisis menggunkan pendekatan struktural model
Greimas, lalu dilanjutkan dengan analisis menggunkan pendekatan dekonstruksi.
Langkah-langkah dekonstruksi
sebagai berikut:
1)
Mengidentifikasi
hierarki oposisi dalam teks di mana biasanya lantas terlihat peristilahan mana
yang diistimewakan secara sistematik
2)
Oposisi-oposisi
tersebut dibalik, misalnya dengan menunjukkan adanya saling ketergantungan di
antara yang berlawanan itu, atau dengan mengusulkan privilese secara terbalik.
3)
Memperkenalkan
sebuah istilah atau gagasan baru yang ternyata tak bias dimasukkan ke dalam
kategori oposisi lama.
Langkah-langkah
di atas jelas menunjukkan bahwa pembacaan dekonstruktif berbeda dari pembacaan
biasa. Pembacaan biasa selalu berupaya
untuk membuktikan bahwa makna itu tidak tunggal.
LANGKAH ANALISIS
1. Peneliti
membaca secara berulang objek penelitian, yaitu novel Taj Mahal karya John
Shors.
2. Setelah
memahami isi yang terkandung dalam novel, peneliti menentukan unit analisis
dengan bantuan pendekatan struktural model Greimas, yaitu:
a) Subjek
adalah pahlawan atau seseorang yang memiliki tujuan terhadap objek. Subjek
selalu hamper diisi oleh tokoh manusia.
b) Objek
adalah seseorang atau sesuatu yang bersifat abstrak, yang diigini, dicari, atau
diburu oleh subjek.
c) Pengirim
adalah seseorang, sesuatu atau kuasa, yang menjadi sumber ide dan berfungsi
sebagai penggerak cerita. Pengirimlah yang menimbulkan keinginan bagi subjek
atau pahlawan untuk mencapai objek atau tujuan.
d) Penerima
adalah bisa juga subjek yang berhasil mendapatkan objek, dengan sebelumnya
mendapat persetujuan dan pengirim atau kuasa.
e) Penolong
adalah seseorang atau sesuatu yang membantu atau mempermudah usaha pahlawan
atau subjek dalam mencapai objek.
f) Penentang
adalah seseorang atau sesuatu yang menghalangi usaha pahlawan atau subjek dalam
mencapai objek.
3. Kemudian
setelah menentukan unit analisis struktur novel Taj Mahal, peneliti menggunakan
unit analisis dari model Greimas tersebut untuk diterapkan dalam representasi
“Cinta Abadi” Taj Mahal dengan menggunakan pendekatan dekonstruksi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis pembongkaran yang
memperlihatkan jejak-jejak yang tidak mengarah ke simbol “Cinta Abadi”, maka
dekonstruksi pada garis besar paradoks bisa dijawab dengan beberapa tahapan,
sebagai berikut:
a) Pada
tahap pertama, menyilang kata “Cinta Abadi’ dan menggantinya dengan tiga kata
sekaligus yaitu pernikahan politisi, perselingkuhan, dan peperangan, sehingga
bisa dibaca: Simbol Taj Mahal adalah pernikahan politis, perselingkuhan dan
peperangan
b) Pada
tahap kedua, menyilang kata “Cinta Abadi” lalu menggantinya dengan “Bukan Cinta
Abadi”, sehingga dibaca: representasi “Bukan Cinta Abadi” Taj Mahal.
Representasi “Bukan Cinta Abadi” adalah pemilihan jalan tengah dari pertentangan
representasi “Cinta Abadi” dengan simbol-simbol “Bukan Cinta Abadi”. Selain itu
dekonstruksi mencoba membalik privilese yang ada, dengan memarginalkan “Cinta
Abadi” yang tadinya diistimewakan.
c) Pada
tahap ketiga yaitu tahap akhir, mempersandingkan paradoks yang berisi simbol
“Cinta Abadi” dengan simbol-simbol seperti “pernikahan politis”, “Cinta
terlarang”, “kurun waktu yang panjang”, dsb, lalu mengerucutkannya menjadi
“Simbol bukan cinta abadi”. Sehingga symbol “Cinta Abadi” yang orientasinya ke
representasi “bukan cinta abadi” terlihat dapat bertukar tempat/pembalikkan
privilese. Dengan demikian, perobohan susunan hierarkis telah dilakukan dengan
adanya kesetaraan kini.
Pada intinya, pembongkaran yang
dilakukan telah menolak kemapanana yang selam ini mengiringi nama Taj Mahal.
Seperti prinsip dekonstruksi yang selalu anti dengan kemapanan, pembalikan
privilese oposisi biner maupun Sous Rature bukan dimaksudkan untuk membuat yang
dimarginalkan menjadi superior atau membuat yang superior menjadi inferior. Pembalikan
privilese bermaksud membuktikan bahwa tidak adanya oposisi biner, yang ada
hanya kesetaraan, saling keterggantungan, dan keterikatan satu sama lainnya.
Sedangkan, Sous Rature bukan bermaksud menghilangkan selamanya suatu makna,
namun hanya menyilangnya (tidak menghapusnya), lebih tepatnya menunda untuk
beranjak melihat jejak berikutnya. Untuk melihat jejak-jejak tersebut perlu
dibantu dengan berbagai kacamata sebagai sudut pandang, misalnya seperti
kacamata agama yang peneliti gunakan dalam analisis ini.
Hasil akhir dari pembongkaran
representasi “Cinta Abadi” Taj Mahal tidaklah muttlak menjadi “Bukan Cinta Abadi’
karena makna senantiasa terus bergerak. Dekonstruksi bekerja membongkar lalu
membangun, lalu bangunan baru itu tidak berada dalam jebakan atas dirinya
sendiri, karena ia akan bersedia menunggu jikalau akan dibongkar lagi, dan
seterusnya. Jika pada penelitian ini berhenti sampai makna “ Buakn Cinta
Abadi”, tidak menutup kemungkinan aka nada penelitian selanjutnya yang akan
kembali membongkar dan menemukan makna lainnya. Dengan demikian, makna bisa
menjadi multitafsir dan lebih variatif.
KESIMPULAN
Jadi , dapat disimpulkan ke dalam
beberapa point hasil dari penelitian ini:
1. Simbol “Cinta Abadi” tidak terceminkan
dari adanya simbol pernikahan politis yang cenderung mengandung kekerasan dalam
rumah tangga.
2. Paradoks merupakan dua simbol antara
“Cinta Abadi dan “Bukan Cinta Abadi” secara bersamaan, telah mempertanyakan
kemutlakan representasi “Cinta Abadi’. Jika dari dua hal, salah satunya benar,
maka satu hal lainnya belum tentu adalah salah. Begitu pun dengan paradox dalam
setiap sub unit analisis pembongkaran. Dengan demikian, ada jalan tengah atau
pemilihan jalan ketiga yaitu representasi “Bukan Cinta Abadi” Taj Mahal yang
merupakan istilah baru untuk menyebutkan hasil pembongkaran pada penelitian
ini.
Sumber:
Skripsi Virly Razkia ( Representasi “Cinta Abadi” Taj Mahal dalam Novel Taj
Mahal karya John Shors: Suatu Kajian Dekonstruksi)
Penulis artikel:
Siti Lutfiah (Angkatan 2009, jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas
Negeri Jakarta)
|
2 komentar:
pada penulisan artikel jurnal ilmiah yang ditulis Siti Lutfiah sudah cukup baik. Tetapi pada mind map, seharusnya latar belakang dan tujuan dimasukkan kedalam pendahuluan, tidak sejajar dengan abstrak, metode penelitian dan juga kesimpulan.
Gesa Nurdiyanti
2115091880/3b
Junal ilmiah yang telah dijelaskan oleh Lutfiah dengan baik dari pengembangan maupun perencanaannya.Paparannya pun sudah sesuai dengan tata cara penulisan jurnal ilmiah.
Posting Komentar