1.4 Mind Map Artikel Ilmiah
TUGAS ARTIKEL ILMIAH SITI LUTFIAH
Pergeseran Bahasa Daerah dalam
Komunikasi Lintas Budaya
Oleh Siti Lutfiah
Hinggga saat ini, komunikasi lintas budaya menjadi
sangat menarik untuk dikaji karena keanekaragaman penutur dalam masyarakat.
Menurut Paul Ohoiowutun secara kebahasaan komunikasi lintas budaya terjadi
karena adanya transmigrasi, hubungan perdagangan, diplomasi dan tali pernikahan
antar budaya. Harus diakui bahwa saat ini, di negara-negara yang memiliki
banyak sekali kebudayaan daerah seperti di Indonesia, sering mengalami
peristiwa komunikasi lintas budaya. Tidaklah mengherankan jika di Indonesia
kini, anak-anak yang berdarah campuran, tidak dapat menggunakan bahasa daerah
(bahasa ibu)-nya sendiri. Dalam hal ini, percampuran yang terjadi tidak hanya
antar suku di Indonesia. Percampuran antar negara pun termasuk ke dalam masalah
komunikasi lintas budaya.
Tidak mustahil jika suatu saat nanti akan ada satu
bahasa dari satu suku dan budaya tertentu yang akan mengalami kepunahan karena
pergeseran tersebut. Padahal, salah satu keunikan dan kemenarikan negara
Indonesia terletak pada keberanekaragaman budaya dan bahasanya. Dapat
diibaratkan seperti sayur tanpa garam Indonesia kelak, jika keberanekaragaman
budaya dan bahasanya satu persatu hilang.
·
Hubungan
Komunikasi Lintas Budaya dengan Pergeseran Bahasa Daerah
Komunikasi lintas budaya ini, pada umumnya berfokus
pada bagaimana bahasa digunakan dalam masyarakat yang berbudaya ganda sedangkan
pergeseran bahasa terjadi karena adanya komunikasi lintas budaya. Memang tidak
dapat dipungkiri, di Indonesia kini permasalah tersebut begitu berkembang
pesat. Hanya saja, kita sangat perlu mencegah hal tersebut terjadi. Kenapa?
Karena kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia, patut mempertahankan keberanekaragaman
budaya dan bahasa yang menjadi ciri dan mahkota kebanggaan bangsa ini.
Menurut Fishman (1972) , pergeseran sebenarnya
terjadi pada keturunan ketiga atau keempat setelah pelaku komunikasi lintas
budaya tersebut mulai memudar bahasa ibunya. Hal tersebut digambarkan oleh
Fishman dalam alur pergeseran sebagai berikut:
Pada
kotak-kotak tersebut digambarkan bagaimana pergeseran terjadi. Di mana pada
awalnya seseorang hanya memiliki bahasa ibu, kemudian memeroleh bahasa kedua,
selanjutnya mahir dalam menggunakan bahasa kedua sehingga tak lagi
mempergunakan bahasa ibu. Dan pada akhirnya terbentuklah suatu kemonolingualan
dari bahasa kedua.
Hal itulah yang sering terjadi di Indonesia. Misalnya saja, pada kasus yang dialami oleh
penulis makalah ini sendiri. Penulis terlahir dari keluarga percampuran antara
suku Jawa (Jawa Solo) dengan suku sunda (Banten). Selama hidupnya penulis tidak
pernah menggunakan bahasa Jawa (Jawa Solo) sama sekali, bahkan mengerti pun
tidak. Bahasa ibu yang diketahui oleh penulis hanyalah bahasa sunda, yaitu
bahasa yang diturunkan dari sang ayah. Meskipun ibu mengerti bahasa Jawa, beliau
sama sekali tidak pernah menggunakan bahasa Jawa dalam percakapan sehari-hari.
Dominasi bahasa Sunda yang terlihat pada keluarga penulis.
Berdasarkan contoh tersebut, pergeseran terjadi
karena adanya pernikahan antar budaya, yang mengakibatkan salah satu pihak
menyesuaikan dengan bahasa ibu yang dimiliki pihak lain, kemudian terjadilah
kemonolingualan dari pemerolehan bahasa kedua, dan pada akhirnya keturunan
berikutnya tidak lagi memiliki 2 bahasa ibu.
Selain dari permasalahan-permasalahan yang telah
dijabarkan. Terdapat faktor lain yang mengakibatkan terjadinya pergeseran
bahasa, yaitu seperti penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional,
bahasa pemersatu bangsa. Seperti yang telah dijabarkan sebelumnya, bahwa bangsa
Indonesia terdiri atas beragam budaya dan bahasa maka tentu saja bahasa
Indonesia merupakan alat yang dipergunakan untuk memersatukan segala perbedaan
tersebut, termasuk dalam berkomunikasi lintas budaya. Namun penggunaan bahasa
Indonesia dalam berkomunikasi pun, sebenarnya dapat menyebabkan terjadinya
pergeseran bahasa ibu.
Contohnya,
seperti yang terjadi pada artis Cinta Laura. Cinta Laura adalah salah satu
artis berdarah campuran Indonesia (Bali) -Jerman. Sejak kecil ia dibesarkan
dengan bahasa kedua dari ayah yaitu bahasa Inggris, yang merupakan bahasa
komunikasi sehari-hari di dalam keluarga Cinta Laura. Cinta Laura tidak dapat
berbahasa Ibu (bahasa Bali), sehingga dalam berkomunikasi di Indonesia ini, dia
menggunakan bahasa nasional bahasa Indonesia. Bahasa Indonesianya pun tidak
begitu fasih, bahkan terkadang menyisipkan bahasa Inggris dalam berkomunikasi
atau kita lebih mengenal dengan sebutan kebarat-baratan.
Bila dilihat dari sudut padang kekomunikatifan
berbahasa, mungkin peristiwa yang terjadi pada Cinta Laura tidaklah salah,
karena yang penting dalam berkomunikasi lisan adalah apakah lawan berbicara
kita mengerti maksud yang ingin disampaikan. Namun apabila dilihat dari segi
sosiolinguistik, terutama aspek yang menjadi bahasan artikel ini yaitu
pergeseran bahasa daerah. Peristiwa yang terjadi pada Cinta Laura termasuk ke
dalam pergeseran bahasa daerah. Cinta Laura tidak dapat berbahasa ibu (bahasa
Bali).
Dari kedua kasus tersebut, sebenarnya dapat diambil
satu garis yang sama. Bahwa peristiwa semacam ini, dikembalikan lagi kepada
orang tua yang mengajarkan kita berbahasa. Apakah di dalam keluarga yang
memiliki percampuran suku atau negara mendapatkan pembelajaran mengenai bahasa ibu
secara merata dan setara. Biasanya orang tua cenderung mengajarkan bahasa yang
komunikatif terlebih dahulu dan melupakan bahasa ibu untuk diajarkan kepada anak-anaknya,
kemudian dilanjutkan dengan pembelajaran bahasa kedua yang dianggap lebih
memiliki suatu kebanggaan tertentu dalam penggunaannya.
Pada dasarnya semua bahasa itu sama dan memiliki
kedudukan yang sama (Paul Ohiowutu, 2002 dalam Sosiolinguistik memahami bahasa dalam konteks masyarakat dan kebudayaan
99-100). Namun terkadang penafsiran kita salah terhadap suatu kedudukan bahasa.
Bahasa daerah cenderung dinilai rendah dan kampungan bagi sebagian masyarakat
kita. Padahal tanpa adanya bahasa daerah maka bahasa nasional bahasa Indonesia tak
akan pernah ada dan keunikan negara kita salah satunya terletak pada
keberagaman bahasa, mulai dari Sabang hingga Merauke.
·
Peran
Pemertahanan Bahasa terhadap Pergeseran Bahasa Daerah
Berdasarkan penjelasan mengenai pergeseran diatas
yang mengacu pada kepunahan suatu bahasa. Maka sangat diperlukan pemertahanan
bahasa, agar kepunahan tersebut tidak terjadi. Pemertahanan bahasa merupakan
suatu sikap di mana, tetap menjaga dan melestarikan suatu bahasa. Pemertahanan
bahasa daerah di era globalisasi ini sangatlah diperlukan. Kenapa? Karena
seiring berkembangnya era globalisasi,
berkembang pula pola pikir manusia. Pola pikir manusia saat ini
cenderung mengarah pada pola pikir masyarakat Barat,. Segala sesuatu yang
berbau barat/ luar negeri dianggap lebih memiliki nilai keprestisan yang begitu
tinggi. Bisa kita lihat pada contoh pembahasan sebelumnya. Memang tak dapat
dipungkiri bahwa saat ini, setiap individu dituntut untuk memiliki kemahiran
dalam berbahasa asing Namun hal tersebut harus diimbangi dengan sikap tidak
mengabaikan pelestarian bahasa daerah.
Kita
dapat ambil contoh pemertahanan bahasa daerah yang terjadi di daerah Sukaraja
Bogor dan Petir Banten. Di daerah tersebut, masyarakatnya menggunakan bahasa
daerah, yaitu bahasa Sunda. Bahasa Sunda yang dipergunakan pun terbilang
berbeda dengan bahasa Sunda dialek Bogor dan Banten pada umumnya, yaitu selalu
diakhiri oleh kata “Jing” dalam setiap kalimatnya. Dalam berkomunikasi pun
sampai saat ini, mereka masih menggunakan akhiran tersebut dan tetap
memertahankan kekhasan bahasa sundanya itu.
Menurut Sumarsono pada kasus seperti di atas itu,
terdapat 4 faktor yang menyebabkan terjadinya pemertahanan di daerah tersebut. pertama, wilayah permukiman mereka
terkonsenterasi pada satu tempat yang secara geografis terpisah dari daerah
lainnya. Kedua, adanya toleransi
dalam berkomunikasi yang terjadi antara masyarakat di daerah kota dengan
masyarakat daerah permukiman dalam. Ketiga,
adanya loyalitas yang tinggi antara penutur dengan bahasa yang dipergunakan. Keempat, di dalam komunikasi
intrakelompok tetap dipergunakan bahasa daerahnya tersebut.
·
Optimalisasi
peranan masyarakat dalam memertahankan bahasa daerah
Optimalisasi peranan masyarakat dalam memertahankan
bahasa daerah sebenarnya sangat erat kaitannnya dengan sikap masyarakat. Hal
ini berkaitan dengan bagaimana masyarakat dalam bersikap terhadap berkembang
pesatnya era globalisasi. Menurut Garvin dan Mathiot (1968) terdapat 3 sikap
bahasa. Pertama, kesetiaan bahasa (Language
Loyalty) yang mendorong masyarakat suatu bahasa mempertahankan bahasanya,
dan apabila perlu mencegah adanya pengaruh bahasa lain. Kedua, kebanggaan
bahasa (language pride) yang
mendorong orang mengembangkan bahasanya dan menggunakannya sebagai lambang
identitas dan kesatuan masyarakat. Ketiga, kesadaran adanya norma bahasa (awareness of the norm) yang mendorong
orang menggunakan bahasanya dengan cermat dan santun; dan merupakan faktor yang
sangat besar pengaruhnya terhadap perbuatan yaitu kegiatan menggunakan bahasa (language use). Apakah sikap tersebut
telah ada pada diri kita? Karena bila
sikap-sikap tersebut belum ada, kemungkinan suatu bahasa itu punah pasti ada.
Begitu besar peran masyarakat dalam pengoptimalan
sikap pemertahanan bahasa, terhadap pergeseran bahasa di era globalisasi saat
ini. Mengapa demikian? Karena banyak masyarakat yang mulai bersikap negatif
terhadap bahasa daerah. Tak ada lagi rasa bangga terhadap bahasa derahnya
sendiri, dan cenderung mengalihkan rasa bangga itu kepada bahasa lain yang
bukan milik kita.
Berkenaan dengan sikap-sikap negatif tersebut,
sejalan dengan yang dikatakan oleh Halim (1978:7) tentang bagaimana cara
mengubah sikap negatif, yaitu melalui pendidikan bahasa. Namun itu saja
tidaklah cukup, karena perlu diimbangi dengan adanya motivasi dalam diri untuk
menumbuhkan rasa bangga berbahasa daerah dan rasa memiliki bahasa daerah.
Selain daripada pendidikan bahasa dan motivasi, pengaplikasiaan bahasa daerah
dalam berkomunikasi pun sangat diperlukan.
·
Kesimpulan
Bersandar pada sejumlah hal yang telah disebutkan,
seperti pentingnya peran pemertahanan bahasa, dan optimalisasi sikap
pemertahanan adalah bagian yang tak dapat terpisahkan dari komunikasi lintas
budaya, penyebab pergeseran bahasa daerah. Maka hendaklah dipertimbangkan
kembali hal-hal tersebut, sebagai satu upaya untuk mencegah terjadinya
kepunahan suatu bahasa daerah di Indonesia.
Namun jangan sampai hal tesebut, membentuk suatu sikap antipati dan tertutup terhadap
perkembangan yang ada. Bahkan seharusnya menjadikan kita lebih cermat dalam
menyaring berbagai macam perkembangan di era globalisasi ini. Jangan sampai
menjadikan kita malah terseret dalam arus globalisasi yang berkembang begitu
pesat.
Daftar Pustaka
Chaer,
Abdul dan Agustina, Leonie. 1995. Sosiolinguistik
perkenalan awal. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Ohoiwutun,
Paul. 2002. Sosiolinguistik: Memahami
Bahasa dalam Konteks Masyarakat dan Kebudayaan. Jakarta: Kesain Blanc.
|
3 komentar:
artikel ilmiah yang ditulis oleh Siti Lutfiah sudah cukup baik. Tetapi yang saya ingin tanyakan, didalam pembahasan dikatakan Cinta Laura tidak bisa menngunakan bahasa ibu yaitu bahasa Bali. apakah bahasa ibu itu merupakan bahasa yang ditentukan oleh asal daerah ibu kita ? bukankah bahasa ibu merupakan bahaasa pertama yang didapat ?
Gesa Nurdiyanti
2115091880/3b
Siti Lutfiah telah menulis artikel ilmiah dengan tema yang menarik. Setiap ulasan mengandung gagasan yang bernalar, diikuti contoh-contoh atau fakta yang terjadi di kehidupan nyata. Bahasa yang digunakan mudah dimengerti. Kesimpulan yang ditulis pun menjawab masalah.
(SITI LUTFIAH)
terima kasih untuk masukan yang diberikan saudari gesa dan hety. Saya ingin menjawab pertanyaan dari saudari gesa, sebelumnya pertanyaannya begitu bagus. Memang bahasa ibu bukanlah bahasa tempat asal ibu kita tinggal, namun bahasa pertama yang kita, biasanya kita sebut bahasa ibu. Dan umumnya bahasa yang didapat pertama kali memang bahasa daerah kedua orang tua kita tinggal. namun dalam kasus ini, kita harus lebih jeli dalam membedakan pengertian bahasa ibu, bahasa pertama, bahasa asal dan sebutan lain untuk B1. Dalam hal ini, B1 dilihat dari asal daerah si pengguna bahasanya, bukan hanya dilihat dari segi bahasa apa yang didapatkan pertama kalinya. sekian jawaban dari saya... sekali lagi terima kasih atas komentarnya, karena dapat membuat saya lebih maju lagi dalam meningkatkan keterampilan menulis... :)
Posting Komentar