Jumat, 30 Desember 2011

TUGAS ARTIKEL JURNAL ILMIAH SITI LUTFIAH

1.3 Mind Map Artikel Jurnal Ilmiah


TUGAS ARTIKEL JURNAL ILMIAH SITI LUTFIAH



REPRESENTASI “CINTA ABADI” TAJ MAHAL DALAM NOVEL TAJ MAHAL KARYA JOHN SHORS: SUATU KAJIAN DEKONSTRUKSI
OLEH VIRLY RAZKIA
 
ABSTRAK
Virly Razkia. 2011. Representasi “Cinta Abadi” Taj Mahal dalam Novel Taj Mahal Karya John Shors: Suatu Kajian Dekonstruksi. Skripsi, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta.
Penelitian karya Virly Razkia ini mengkaji novel Taj Mahal karya John Shors, berkaitan dengan representasi “Cinta Abadi” yang merupakan lambang cinta antara Shah Jahan dan Mumtaz Mahal. Simbol “Cinta Abadi” Taj Mahal. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan dekonstruksi yang dicetuskan oleh Jacques Derrida, dengan memanfaatkan teori strukturalisme model A.J Greimas sebagai landasan menemukan oposisi biner bagi langkah kerja dekonstruksi. Penelitian ini mengajukan beberapa paradox yang ditimbulkan dari pertentangan simbol “Cinta Abadi” yang merupakan superior dan symbol “bukan cinta abadi” seperti simbol pernikahan politis, simbol peperangan, dan simbol perselingkuhan yang menjadi inferior. Pembongkaran dilakukan dengan menggunakan metode Sous rature (cara membongkar makna dengan menyilang kata dan menangguhkannya) dan pembalikan privilese (cara membongkar dengan membalikan oposisi biner atas superior dan inferior). Hasil analisis pembongkaran memperlihatkan jejak-jejak yang seharusnya mengarah kepada representasi “cinta abadi” selalu saja tertunda dan membelot, sehingga timbul representasi “bukan cinta abadi” Taj Mahal sebagai pemilihan jalan tengah. Analisis dekonstruksi serta memperlihatkan pembalikan privilese oposisi biner dan meruntuhkan hierarkis yang khas dengan struktural.
Kata kunci: Taj Mahal, Representasi “Cinta Abadi”. Representasi “bukan cinta abadi”, dekonstruksi novel, oposisi biner.

PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Taj Mahal adalah sebuah monument yang terletak di Agra, Negara India, dibangun atas keinginan Kaisar Mughal Shah Jahan, anak Jahangir, sebagai sebuah mausoleum untuk istrinya, Arjumand Banu Begum, juga dikenal sebagai Mumtaz-ul-Zamani atau Mumtaz Mahal. Pembangunannya mengahbiskan Waktu 22 tahun (1630-1653) dan merupakan sebuah adi karya dari arsitektur Mughal. Permaisuri bernama Mumtaz Mahal ini diwujudkan dengan dibangunnya makam menyerupai masjid untuk mengenangnya. Kisah yang mengharukan dan sarat akan keagungannya cinta itulah yang membuat lambing “Cinta Abadi” Taj Mahal terus melekat dan menjadi sebuah kisah warisan hingga kini. Kisah Taj Mahal diangkat dalam karya sastra pada abad ke-21, yakni tepatnya pada tahun 2004 dalam bentuk prosa berupa novel.
Hadirnya Taj Mahal dalam bentuk karya sastra sama dengan mengangkat tema cerita dari sebuah realitas, yang mengungkap berbagai kemisteriusan dari bangunan Taj Mahal. Hal inilah yang menjadikan peneliti tertarik untuk mengkaji novel Taj Mahal karya John Shors.  Namun , penelitian ini sama sekali tidak berhubungan secara langsung dengan penelitian dalam bidang arkeolog yang melihat dari  segi bangunan ataupun sejarahnya. Dalam hal ini peneliti hanya ingin memperlihatkan pembongkaran representasi “Cinta Abadi” Taj Mahal karya John Shors dengan menggunakan pendekatan dekontruksi. Dekontruksi dilakukan dengan mengkotomikan representasi “Cinta Abadi” dengan “Bukan Cinta Abadi”. Dari 2 frasa paradoks tersebut, akan didapatkan makna-makna yang  menjadi kata kunci dari dekontruksi.
Selain dari pada hal-hal yang telah disebutkan, peneliti merasa bahwa Taj Mahal yang merupakan produk masa lampau bisa diberi makna baru lewat pengkajian terhadap teks sastra dan mengalami pengbongkaran pada representasinya. Berangkat dari hal-hal tersebut maka penelitian ini pun, dilakukan oleh Virly Razkia.

  1. Tujuan
Penelitian dilakukan dengan tujuan mengungkapakan dekontruksi representasi “Cinta Abadi” Taj Mahal dalam novel Taj Mahal karya John Shors dengan menggunakan pendekatan dekontruksi.

METODE PENELITIAN
            Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode kualitatif memanfaatkan cara-cara penafsiran dengan menyajikannya dalam bentuk deskripsi terhadapa pemaknaan teks. Dalam penelitian ini, diawali dengan analisis menggunkan pendekatan struktural model Greimas, lalu dilanjutkan dengan analisis menggunkan pendekatan dekonstruksi.
Langkah-langkah dekonstruksi sebagai berikut:
1)      Mengidentifikasi hierarki oposisi dalam teks di mana biasanya lantas terlihat peristilahan mana yang diistimewakan secara sistematik
2)      Oposisi-oposisi tersebut dibalik, misalnya dengan menunjukkan adanya saling ketergantungan di antara yang berlawanan itu, atau dengan mengusulkan privilese secara terbalik.
3)      Memperkenalkan sebuah istilah atau gagasan baru yang ternyata tak bias dimasukkan ke dalam kategori oposisi lama.
Langkah-langkah di atas jelas menunjukkan bahwa pembacaan dekonstruktif berbeda dari pembacaan biasa.  Pembacaan biasa selalu berupaya untuk membuktikan bahwa makna itu tidak tunggal.
LANGKAH ANALISIS
1.      Peneliti membaca secara berulang objek penelitian, yaitu novel Taj Mahal karya John Shors.
2.      Setelah memahami isi yang terkandung dalam novel, peneliti menentukan unit analisis dengan bantuan pendekatan struktural model Greimas, yaitu:
a)      Subjek adalah pahlawan atau seseorang yang memiliki tujuan terhadap objek. Subjek selalu hamper diisi oleh tokoh manusia.
b)      Objek adalah seseorang atau sesuatu yang bersifat abstrak, yang diigini, dicari, atau diburu oleh subjek.
c)      Pengirim adalah seseorang, sesuatu atau kuasa, yang menjadi sumber ide dan berfungsi sebagai penggerak cerita. Pengirimlah yang menimbulkan keinginan bagi subjek atau pahlawan untuk mencapai objek atau tujuan.
d)     Penerima adalah bisa juga subjek yang berhasil mendapatkan objek, dengan sebelumnya mendapat persetujuan dan pengirim atau kuasa.
e)      Penolong adalah seseorang atau sesuatu yang membantu atau mempermudah usaha pahlawan atau subjek dalam mencapai objek.
f)       Penentang adalah seseorang atau sesuatu yang menghalangi usaha pahlawan atau subjek dalam mencapai objek.
3.      Kemudian setelah menentukan unit analisis struktur novel Taj Mahal, peneliti menggunakan unit analisis dari model Greimas tersebut untuk diterapkan dalam representasi “Cinta Abadi” Taj Mahal dengan menggunakan pendekatan dekonstruksi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis pembongkaran yang memperlihatkan jejak-jejak yang tidak mengarah ke simbol “Cinta Abadi”, maka dekonstruksi pada garis besar paradoks bisa dijawab dengan beberapa tahapan, sebagai berikut:
a)      Pada tahap pertama, menyilang kata “Cinta Abadi’ dan menggantinya dengan tiga kata sekaligus yaitu pernikahan politisi, perselingkuhan, dan peperangan, sehingga bisa dibaca: Simbol Taj Mahal adalah pernikahan politis, perselingkuhan dan peperangan
b)      Pada tahap kedua, menyilang kata “Cinta Abadi” lalu menggantinya dengan “Bukan Cinta Abadi”, sehingga dibaca: representasi “Bukan Cinta Abadi” Taj Mahal. Representasi “Bukan Cinta Abadi” adalah pemilihan jalan tengah dari pertentangan representasi “Cinta Abadi” dengan simbol-simbol “Bukan Cinta Abadi”. Selain itu dekonstruksi mencoba membalik privilese yang ada, dengan memarginalkan “Cinta Abadi” yang tadinya diistimewakan.
c)      Pada tahap ketiga yaitu tahap akhir, mempersandingkan paradoks yang berisi simbol “Cinta Abadi” dengan simbol-simbol seperti “pernikahan politis”, “Cinta terlarang”, “kurun waktu yang panjang”, dsb, lalu mengerucutkannya menjadi “Simbol bukan cinta abadi”. Sehingga symbol “Cinta Abadi” yang orientasinya ke representasi “bukan cinta abadi” terlihat dapat bertukar tempat/pembalikkan privilese. Dengan demikian, perobohan susunan hierarkis telah dilakukan dengan adanya kesetaraan kini.
Pada intinya, pembongkaran yang dilakukan telah menolak kemapanana yang selam ini mengiringi nama Taj Mahal. Seperti prinsip dekonstruksi yang selalu anti dengan kemapanan, pembalikan privilese oposisi biner maupun Sous Rature bukan dimaksudkan untuk membuat yang dimarginalkan menjadi superior atau membuat yang superior menjadi inferior. Pembalikan privilese bermaksud membuktikan bahwa tidak adanya oposisi biner, yang ada hanya kesetaraan, saling keterggantungan, dan keterikatan satu sama lainnya. Sedangkan, Sous Rature bukan bermaksud menghilangkan selamanya suatu makna, namun hanya menyilangnya (tidak menghapusnya), lebih tepatnya menunda untuk beranjak melihat jejak berikutnya. Untuk melihat jejak-jejak tersebut perlu dibantu dengan berbagai kacamata sebagai sudut pandang, misalnya seperti kacamata agama yang peneliti gunakan dalam analisis ini.
Hasil akhir dari pembongkaran representasi “Cinta Abadi” Taj Mahal tidaklah muttlak menjadi “Bukan Cinta Abadi’ karena makna senantiasa terus bergerak. Dekonstruksi bekerja membongkar lalu membangun, lalu bangunan baru itu tidak berada dalam jebakan atas dirinya sendiri, karena ia akan bersedia menunggu jikalau akan dibongkar lagi, dan seterusnya. Jika pada penelitian ini berhenti sampai makna “ Buakn Cinta Abadi”, tidak menutup kemungkinan aka nada penelitian selanjutnya yang akan kembali membongkar dan menemukan makna lainnya. Dengan demikian, makna bisa menjadi multitafsir dan lebih variatif.

KESIMPULAN
                        Jadi , dapat disimpulkan ke dalam beberapa point hasil dari penelitian ini:
                      1.  Simbol “Cinta Abadi” tidak terceminkan dari adanya simbol pernikahan politis  yang cenderung mengandung kekerasan dalam rumah tangga.
                     2.  Paradoks merupakan dua simbol antara “Cinta Abadi dan “Bukan Cinta Abadi”  secara bersamaan, telah mempertanyakan kemutlakan representasi “Cinta  Abadi’. Jika dari dua hal, salah satunya benar, maka satu hal lainnya belum  tentu adalah salah. Begitu pun dengan paradox dalam setiap sub unit analisis  pembongkaran. Dengan demikian, ada jalan tengah atau pemilihan jalan ketiga  yaitu representasi “Bukan Cinta Abadi” Taj Mahal yang merupakan istilah baru  untuk menyebutkan hasil pembongkaran pada penelitian ini.


Sumber: Skripsi Virly Razkia ( Representasi “Cinta Abadi” Taj Mahal dalam Novel Taj Mahal karya John Shors: Suatu Kajian Dekonstruksi)
Penulis artikel: Siti Lutfiah (Angkatan 2009, jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Jakarta)


2 komentar:

KEBULAN mengatakan...

pada penulisan artikel jurnal ilmiah yang ditulis Siti Lutfiah sudah cukup baik. Tetapi pada mind map, seharusnya latar belakang dan tujuan dimasukkan kedalam pendahuluan, tidak sejajar dengan abstrak, metode penelitian dan juga kesimpulan.

Gesa Nurdiyanti
2115091880/3b

Hety Rahmawati 3B mengatakan...

Junal ilmiah yang telah dijelaskan oleh Lutfiah dengan baik dari pengembangan maupun perencanaannya.Paparannya pun sudah sesuai dengan tata cara penulisan jurnal ilmiah.