"Kebangsaan di Mata Seorang Pancasilais" Karya Yohannes Kurniawan
Raden Firda Siti Humaira
Resensi adalah suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya atau buku. Tujuan resensi adalah menyampaikan kepada para pembaca apakah sebuah buku atau hasil karya patut mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak. Seorang penulis pertimbangan buku (resensator) bertolak dari tujuan untuk membantu para pembaca dalam menentukan perlu tidaknya membaca sebuah buku tertentu, atau perlu tidaknya menikmati suatu hasil karya seni. Seorang resensator harus memahami sepenuhnya tujuan dari pengarang aslinya dan harus menyadari sepenuhnya apa maksud ia membuat resensi itu. selain itu, artikel ini ditulis denngan tujuan untuk membantu penulis dalam memahami bagaimana teori merensi sebuah buku.
Dalam resensi Yohanes Krisnawan diresensi mengenai sebuah buku yang berjudul “Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia”. Dalam resensinya tersebut Yohanes Krisnawan telah memahami benar mengenai tujuan dari pengarang aslinya dan harus menyadari sepenuhnya apa maksud ia membuat resensi itu. hal tersebut dapat kita ketahui dari ulasan yang menyatakan bahwa awalnya Soediman tersinggung dengan pidato Bung Karno tentang Pancasila, karena Soediman sendiri sejak muda mendapat pendidikan barat. Tetapi beberapa tahun kemudian Soediman memahami ajakan Bung Karno untuk mempelajari Pancasila dan menyetujui gagasan Bung Karno tentang perlunya bangsa Indonesia melakukan Revolusi Total. Dengan demikian resensator telah memaparkan pemahamannya mengenai tujuan buku yang ia resensi dengan memaparkan bahwa Soediman telah merubah pandangannya dari pemikiran barat ke Pancasila. Resensator juga menyadari tujuan ia menulis resensi tersebut adalah untuk membantu para pembaca menilai apakah buku karya Soediman tersebut layak untuk menjadi bacaan yang baik dikonsumsi oleh pembaca.
Resensator mengawali resensinya dengan latar belakang yang membandingkan antara Pancasila dengan pemikiran Barat. Hal tersebut tertulis pada bagian awal, yaitu “Pancasila sebagai isi jiwa bangsa Indonesian memiliki kebenaran pada adanya makna ‘kesatuan dalam perbedaan dan perbedaan dalam kesatuan’. Makna ini tidak ditemukan dalam pemikiran Barat yang berpangkat pada individualisme”. Latar belakang tersebut menjadi awal pembahasan dari resensi yang ditulisnya. Resensator juga memberikan data mengenai buku yang diresensinya, data tersebut berupa: judul buku, penulis buku, penerbit buku, cetakan, tebal buku, dan ISBN buku. Berdasarkan teori Gorrys Keraf maka resensi yang ditulis oleh Yohanes Krisnawan tersebut sudah membantu pembaca untuk mengetahui mengenai buku yang diresensinya dan buku yang diresensinya tersebut termasuk jenis buku filsafat.
Dalam resensinya, resensator memaparkan mengenai keunggulan buku dengan mengatakan bahwa secara subtansial buku Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia sangat inspiratif dan buku tersebut dilengkapi dengan beberapa tulisan, antara lain pidato Bung Karno berjudul “Ilmu dan Amal” (1951), pidato Notonegoro berjudul “Pancasila Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia” (1951), dan Orasi B Arief Sidharta tentang Pemikiran Soediman (2009). Selain itu, resensator juga memaparkan mengenai kekurangan buku yang diresensinya dengan mengatakan bahwa nilai yang terkandung dalam buku tidak didukung penyuntingan yang baik. Selain banyak terjadi kesalahan teknis penulisan, tata letak yang kurang nyaman, penyajian daftar isi, dan daftar pustaka yang tidak sesuai dengan kaidah, resensator juga menyarankan agar buku tersebut sebaiknya dilengkapi beberapa ilustrasi foto-foto dokumenter.
Secara keseluruhan resensi yang ditulis oleh Yohanes Krisnawan sudah sesuai dengan teori Gorrys Keraf, mulai dari data buku, latar belakang, isi buku, jenis buku, keunggulan, kekurangan, tujuan ia meresensi buku tersebut, bahkan ia juga memberikan saran agar buku yang diresensinya dilengkapi beberapa ilustrasi foto-foto dokumenter. Dengan demikan resensi yang ditulisnya dikatakan sangat membantu pembaca untuk menilai apakah buku tersebut patut menjadi bahan bacaan.
1 komentar:
(Mumun Siti Munawwaroh)
Penulis membuat komentar sesuai dengan poin-poin yang ia tuliskan dalam tabel perbandingan. Ia menulis dimulai dengan kelebihan buku, lalu kelemahan serta kesimpulan buku. Penulis tidak menuliskan teori resensi yang menjadi landasan utama dalam menulis koentarnya. Ia hanya menuliskan suatu kesimpulan bahwa tulisan yang dikomentarinya tersebut memenuhi teori resensi Gorys Keraf. Dalam paragraf empat, penulis menyebutkan ‘berdasarkan teori Gorys Keraf maka resensi yang ditulis Yohanes Krisnawan tersebut sudah membantu pembaca untuk mengetahui mengenai buku yang diresensinya’.
Berdasarkan penggunaan teori yang belum mendalam tersebut, maka isinya pun juga terpengaruhi. Isi komentar resensi hanya terpaut kepada ulasan resensi buku. Meskipun sudah disebutkan hal-hal yang ada di dalam suatu resensi. Misalnya identitas buku, di situ sudah disebutkan dengan jelas. Lalu mengenai topik hingga keunggulan dan kelemahannya. Namun yang tidak disebutkan adalah jenis buku yang diresensi.
Pada paragraf dua, masih terdapat ketidakvariasan bahasa yang digunakan penulis. Hal itu dapat dilihat dengan pengulangan kata dalam resensi. Namun, selain ketidakvariasian tadi bahasa penulis dalam mengomentari sudah mengggunakan variasi kalimat yang cukup beragam. Kalimat antar kalimat berkoherensi antar satu dengan yang lainnya. Kevariasiannya dalam diksi pun diperihatkan penulis untuk komentarnya. Ia tidak hanya menggunakan diksi itu-itu saja dalam menulis.
Posting Komentar