Jumat, 23 September 2011

RATIH SUKMANING TIAS, Komentar Resensi "Poros Paradigmatik Afrizal Malna" Karya Acep Iwan Saidi

Komentar Resensi "Poros Paradigmatik Afrizal Malna"  Karya Acep Iwan Saidi

RATIH SUKMANING TIAS

          Menulis merupakan salah satu kompetensin keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh seorang mahasiswa bahasa dan sastra Indonesia. Oleh sebab itu, dengan menulis komentar  mengenai resensi Poros Paradigmatik Bahasa Afrizal Malna yang ditulis oleh Acep Iwan Saidi, saya melatih kemampuan menulis sekaligus sebagai syarat untuk memenuhi tugas harian mata kuliah Pengembangan Keterampilan Menulis.

Sebuah hasil karya manusia, baik berupa buku, film dan lagu, pastilah harus memiliki suatu keunikan dan keunggulan tersendiri agar mampu diterima dengan baik di masyarakat. Surat kabar maupun media cetak, menyediakan sarana bagi seorang penulis untuk mengulas dan mempromosikan hasil karya cipta manusia dengan memberikan penilaian-penilaian tentang karya tersebut, dan pada akhirnya dibuat kesimpulan, baik atau tidaknya suatu karya cipta manusia berupa film, buku, lagu, pementasan teater atau sebagainya bagi masyarakat. Ulasan mengenai penilaian hasil karya cipta manusia disebut dengan resensi.

Menurut Gorys Keraf, resensi adalah suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya atau buku. Resensi bertujuan untuk menyampaikan kepada para pembaca apakahsebuah buku atau hasil karya layak untuk mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak. Untuk memeberikan penilain dan pertimbangan secara objektif, penulis resensi sebuah karya atau buku harus memperhatikan dua hal, yang pertama, penulis resensi harus memahami sepenuhnya tujuan dari pengarang. Yang kedua, penulis harus meyadari sepenuhnya apa maksud serta tujuannya dalam meresensi sebuah buku.
            Begitu pula dengan buku bergenre sastra karangan Afrizal Malna berjudul Pada Bantal Berasap. Buku kumpulan puisi tersebut memungkinkan untuk diulas dan diberikan penilaian, dengan tujuan baik atau tidaknya buku tersebut bagi masyarakat atau pembacanya. Resensi buku Pada Bantal Berasap karya Afrizal Malna ditulis oleh Acep Iwan Saidi. Resensator, dengan apik menulis resensi buku sastra tersebut.
            Dalam buku Komposisi karangan Gorys Keraf, terdapat beberapa sasarn-sasaran resensi yang menjadi pokok penilaian sebuah buku atau karya yang akan diresensi oleh resensator. Yang pertama ialah latar belakang, dalam hal ini untuk menggambarkan tema sebuah buku, dapat dilakukan dengan cara menyampaikan ikhtisar atau ringkasan isi buku tersebut. Dalam resensinya, Acep Iwan Saidi mengulas isi buku Afrizal Malna dengan sangat mendetail, diawali dengan teori yang dianalogikan  oleh resensator sebagai teori awal yang melatarbelakangi penulis dalam penulisan buku tersebut. Teori Ferdinand De Saussure diindikasikan sebagai dasar pemikiran Afrizal Malna dalam penciptaan puisi-puisi di dalam buku kumpulan puisinya tersebut.
            Selain itu, resensator dengan sangat terperinci menyajikan identitas buku. Hal ini sangat berguna bagi pembaca, karena dengan identitas buku, pembaca dapat mengetahui mengenai seluk beluk buku secara lengkap agar pembaca mengenali buku seperti apa yang akan dibacanya. Hal ini merupakan awal yang sangat baik, sebelum resensator menyajikan penilaian-penilaian secara substansial.
            Selanjutnya, sasaran resensi yang kedua menurut Gorys Keraf adalah bagaimana seorang resensator yang baik adalah yang mampu menjelaskan pada pembaca jenis atau macam buku apa yang akan mereka baca. Seorang resensi yang baik harus mampu menunjukan buku yang diresensikannya termasuk dalam golongan buku yang mana dengan cara mengklasifikasikannya dengan buku-buku sejenisnya agar persamaan serta perbedaannya dapat terlihat dengan jelas. Hal tersebut dapat membangkitkan ketertarikan lebih jauh lagi bagi pembaca terhadap buku tersebut. dalam hal ini Acep Iwan Saidi telah mampu menjelaskan bahwa buku karya Afrizal Malna tersebut merupakan buku kumpulan puisi, ia membandingkan buku karya Afrizal dengan buku-buku sejenisnya, yaitu karangan Chairil Anwar dan Sutardji Calzoum Bachri.
            Sasaran resensi yang ketiga menurut Gorys Keraf adalah mengemukakan segi-segi yang menarik dari buku yang diresensi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan membandingkan buku-buku sejenisnya untuk dinilai perbedaan-perbedaan dari berbagai segi, secara fisik maupun subatansinya. Dalam resesnsinya, Acep Iwan Saidi membandingkan isi buku Afrizal Malna dengan Chairil Anwal dan Sutardji Calzoum Bachri, mengingat ketiganya memiliki karakter penulisan yang hampir sama. Dengan piawai resensator menggambarkan keunggulan buku tersebut dengan membandingkannya dengan buku-buku yang lain. Selain dengan membandingkan, resensator menjelaskan mengenai ulasan buku dan keunggulan buku dengan menampilkan kutipan dari buku tersebut.
            Selain menonjolkan keunggulan yang dimiliki oleh sebuah buku, penulis resensi yang baik harus pula menggambarkan kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam buku tersebut. Karena, seorang resensator harus mampu bersikap objektif dalam menilai sebuah buku, karena hal tersebut berkaitan dengan kepentingan masyarakat sebagai pembaca. Dalam resensi buku Afrizal Malna, kekurangan buku kurang digambarkan oleh resensator. Kekurangan hanya digambarkan dibagian akhir, itu pun diungkapkan secara inplisit dan dengan bahasa yang dihalus-haluskan.
            Sasaran yang terakhir adalah tahap penilaian. Gorys Keraf membagi tahap penilaian menjadi empat indikator, yaitu organisasi, isi, bahasa dan teknik. Keempat sasaran penilaian tersebut tidak dapat diterapkan secara mekanis. Sering suatu indikator lebih difokuskan daripada indicator yang lain. Seorang penulis resensi mungkin mengubah urutan indicator penilaian atau menekankan salah satu indikator, sedangkan sasaran yang lainnya telah tercakup dibagian yang lain. Pada resensi buku Afrizal Malna, resensator menitikberatkan penilaian suatu buku pada isi buku tersebut. Ulasan buku dijabarkan dengan sangat mendetil, sehingga, pembaca merasa tertarik untuk membaca lebih jauh buku tersebut.
            Berdasarkan teori Gorys Keraf, resensi buku Afrizal Malna berjudul Pada Bantal Berasap memiliki poin-poin yang sesuai dengan kaidah-kaidah yang ditentukan dalam buku tentang teori resensi Gorys Keraf. Hanya saja, penjelasan mengenai keunggulan dan kekurangan buku tersebut terkesan tidak proposional. Resensator tidak secara gamblang menjelaskan kekurangan buku tersebut, bahkan porsi penyajiannya sangat terbatas.

2 komentar:

yunitalestari mengatakan...

Resensi Poros Paradigmatik Bahasa yang dikomentari oleh penulis dapat dilihat dari beberapa segi yaitu segi pengembangan yang dibuat dari kerangka, sistematika, dan teknik penulisannya. Yang pertama yaitu segi pengembangan, perencanaan (kerangka) yang dibuat oleh komentator tidak sesuai dengan perencanaan (hasil). Perencanaan yang dibuat oleh komentator hanya menjelaskan secara singkat mengenai judul buku, latar belakang, identitas, perbedaan buku, serta keunggulan dan kekurangan buku. Perencanaan yang dibuat oleh komentator tidak berdasarkan teori resensi sedangkan apabila membaca pengembangannya terdapat banyak sekali teori Gorys Keraf mengenai resensi.
Yang kedua yaitu segi sistematika. Sistematika penulisan komentar dari Ratih Sukmaning Tias sudah cukup baik akan tetapi pendahuluan terdiri dari tiga dari sebelas paragraf yang ditulis oleh komentator. Dalam pendahuluan tersebut terdapat tujuan komentator yakni memenuhi tugas harian mata kuliah Pengembangan Keterampilan Menulis. Menurut saya, hal tersebut tidak perlu dijelaskan lagi dalam mengomentari resensi ini dan komentator seharusnya langsung pada menulisakan pendahuluan dalam mengomentari resensi Poros Paradigmatik Bahasa. Isi komentar sudah baik dalam menganalisis resensi yang didahului oleh teori dari Gorys Keraf. Kesimpulan dijelaskan dengan baik oleh komentator yang menuliskan bahwa resensi sudah sesuai dengan teori resensi dari Gorys Keraf.
Yang ketiga yaitu dari teknik penulisannya, koherensi dari komentator sudah baik. Terdapat kepaduan antara kalimat satu dengan kalimat yang lain dan antarkalimat pun saling berhubungan. Akan tetapi, terdapat kekurangan variasi penulisan yang ditulis oleh komentator sehingga banyak terjadi pengulangan yang tidak perlu. Dari ketiga segi tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat ketidaksesaian antara pengembangan dan perencanaan dan komentator sudah cukup baik bila dilihat dari segi sistematika dan teknik penulisan.

Yunita Lestari (2115091881)

Anonim mengatakan...

ismah ifadoh aprilia
Komentar resensi yang ditulis oleh ratih sudah sesuai sistematikanya. Namun masih kurang sesuai antara perencanaan dengan pengembangannya. Pendahuluan dalam komentar artikel inipun terlalu banya. Dalam komentar artikel ini juga masih ditemukan paragraf yang kurang tepat jika dikaitkan dengan isi komentar. paragraf itu ialah paragraf ke sepuluh. Penulis komentar kurang jeli dalam memilih teori yang digunakan dala pnulisan komentar artikel ini. Namun, keseluruhan isi sudah baik.