PENILAIAN PRINSIP NOVEL SEBAGAI CERITA
Komentar Resensi Novel Dongeng Zaman Pancaroba karya Remy Sylado oleh Bonnie Triyana dan Arif Zulkifly
HETY RAHMAWATI
Meresensi sebuah karya sastra tidaklah mudah. Butuh pertimbangan khusus mengenai seluk beluk karya sastra itu sendiri secara mendalam, serta dibutuhkan pengetahuan yang luas agar resensi yang terciptakan mampu menarik pembaca untuk dapat mempertimbangkan karya sastra itu sendiri dengan objektif. Gorys Keraf dalam bukunya, Komposisi, menjelaskan bahwa peresensi harus memahami sepenuhnya tujuan dari pengarang aslinya, dan menyadari sepenuhnya apa maksudnya membuat resensi. Peresensi pun harus menyusun strategi agar mendapatkan sasaran-sasaran resensi yang tepat.
Salah satu karya sastra adalah novel. Tentu semua orang tahu bahwa novel sangatlah digandrungi oleh masyarakat kebanyakan, karena isi cerita yang menarik, mengimajinasi, serta menginspirasi kehidupan. Novel pada umunya merupakan sebuah penggambaran kehidupan masyarakat yang dibalut oleh cerita dengan ciri khas pengarangnya. Nurgiyantoro (1955:9) menjelaskan bahwa novel merupakan karya fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus. Melalui novel, pengarang dapat menyuguhkan secara aktraktif dan dengan latar yang berani tampil beda, yang memungkinkan tidak dapat disamakan oleh pengarang lainnya. Ada makna yang diguratkan dalam setiap kata. Meski novel merupakan non fiksi, tapi terdapat fakta yang menjelmakan karangan ini menjadi sesuatu yang hidup dan dapat dipetik hikmahnya.
Remy Silado, salah satu dari pengarang ternama di Indonesia selalu menyuguhkan cerita yang menghibur. Latar politik serta kehidupan “zaman dahulu” ia masukkan dalam karangan novelnya. Salah satunya adalah Hotel Prodeo yang mengisahkan berbagai macam peristiwa serta insiden bernuansa politis namun kompleks.
Setiap novel unik, memiliki suatu keunggulan namun ada pula kelemahannya. Bonnie Triyana, sang peresensi yang juga seorang sejarawan dan Pemimpin Redaksi Majalah Historia Online dan Arif Zulkifli mendeskripsikan penilain mengenai novel ini dengan lugas. Diawali oleh sinopsis novel yang mengisahkan watak dari tokoh utama bernama Dharsana, seorang perwira komisaris besar bergaya parlente dan hobi bermain perempuan. Ada konflik cinta, rumah tangga, syahwat, dan tentu saja politik yang disusung di dalamnya. Bonnie dan Arief menceritakan dengan dari sudut pandang yang tajam mengenai struktur isi cerita dengan fakta sejarah yang ada pada zaman Orde baru tersebut. Bonnie membandingkan pula novel Hotel Prodeo dengan novel-novel Remy Sylado yang lainnya, yakni Ca Bau Kan dan Kembang Jepun. Latar waktu “zaman dahulu” yang menjadikan cirri khas Remy serta pergolakan politik yang menjadi ciri khas Remy. Remy menegaskan lebih memilih isi ketimbang bentuk, maka cerita yang ditampilkan merupakan penggambaran dari prinsip novel itu sendiri, yakni sebagai cerita.
Selain itu, mereka pun dengan detailnya menemukan keganjilan dalam novel ini mengenai tangkapannya dalam jiwa zaman sebuah periode yang aktraktif untuk diriwayatkan, yakni tentang jenjang kepangkatan polisi beda era serta perubahannya. Ada anakronisme yang tertera dalam resensinya. Selain itu, mereka juga menjelaskan kelemahan novel ini bahwa Remy terkesan seperti memanjang-manjangkan cerita meskipun secara keseluruhan novel ini dapat menghibur. Dan diakhir resensinya, Bonnie dan Arief menuliskan pesan yang mereka tangkap dari novel ini.
Bonnie dan Arif tak lupa menyantumkan identitas buku, seperti judul, penulis, penerbit, cetakan, serta tebal. Namun sayang sekali, tidak dicantumkan kode ISBN serta kategori buku, meski memang secara pasti pembaca dapat menebak kategori buku ini.
1 komentar:
(MUMUN SITI MUNAWWAROH)
Hety menggunakan teori sebagai dasar komentarnya. Ia mengambil teori dari Gorys Keraf sebagai acuannya berkomentar. Kemudian ia juga menambahkan satu teori lagi yang berkenaan dengan novel. Hal tersebut sungguh tepat ia lakukan untuk meyakinkan pembaca akan komentarnya.
Pembahasan komentar yang ia tulis merupakan pengembangan dari tabel analisis yang ia buat. Latar belakang, identitas, keunggulan dan kelemahan buku, serta nilai buku sudah ia cantumkan dalam pembahasan komentar, meskipun dalam pengembangannya masih kurang. Ia hanya menuliskan yang menjadi pokok-pokok pembahasan belum memaparkannya secara luas.
Pengunaan kalimat antar kalimat sudah koheren satu sama lain. Tetapi kalimat-kalimat tersebut masih singkat untuk menggambarkan isi komentar yang dimaksud. Hety belum mengembangkannya agar ulasan atau komentarnya tersebut lebih kaya.
Posting Komentar