Jumat, 30 Desember 2011


Makian Dalam Bahasa Minangkabau
Karya Muhammad Firdaus
Ditulis oleh Anisa Lastari


ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk makian apa saja yang terdapat dalam bahasa Minangkabau, baik dari segi sintaksis maupun sosiolinguistik. Metode yang digunakan ialah metode kualitatif deskriptif  yang objek penelitiannya adalah bahasa Minangkabau Dialek Agam. Sumber data diambil dari kamus bahasa Minangkabau dan wawancara dengan penutur bahasa Minangkabau Dialek Agam. Focus penelitian ini adalah mengkaji bentuk, referensi, dan fungsi makian dalam bahasa Minangkabau. Hasil penelitian menunjukan bahwa makian dalam bahasa Minangkabau terdapat dalam 92 bentuk. Dari segi bentuk sintaksis, makian dalam bahasa Minangkabau terdiri dari tiga bentuk yakni kata berjumlah 33, frasa berjumlah 27, dan kalausa berjumlah 32. Dari segi referensi, makian dalam bahasa Minangkabau bereferensi dalam 10 hal, yakni, sifat buruk. Binatang, makhluk halus, anggota tubuh, kekerabatan, kepemilikan, aktivitas, penyeakit, kotoran, dan pakaian. Makian dalam bahasa Minangkabau lebih banyak bereferensi kepada sifat buruk, yaitu sejumlah 31 bentuk dari jumlah keseluruhan 92 bentuk. Namun ada juga makian dalam bahasa Minangkabau yang tidak bereferensi. Dari segi fungsi, makian dalam bahasa Minangkabau memiliki enam fungsi, yakni mengungkapkan kemarahan, mencela atau menghina, menyangkal pernyataan, memanggil, mengungkapkan keheranan, dan menyumpahi. Dari keenam fungsi tersebut, yang paling ialah makian yang berfungsi mencela atau menghina yakni sebanyak 28 bentuk.

Kata kunci : Makian, Bahasa Minangkabau


Pendahuluan
1.      Latar Belakang
         Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, salah satunya yaitu untuk mengungkapkan perasaan dan ekspresi seseorang, misalnya, perasaan bahagia, sedih, kagum, bahkan rasa benci atau kesal sesorang. Selain itu bahasa bisa dijadikan sebagai alat kekerasan verbal seperti memaki, mengancam, menghasut, dan menghina[1]. Begitupun ketika seseorang ingin mengungkapkan perasaan tidak senang atau marah, bias juga diungkapkan lewat kata. Kata-kata seperti ini disebut kata makian. Kata-kata yang berupa kata makian ini diungkapkan seseorang untuk mengekspresikan segala bentuk ketidaksenangan, kebencian, atau ketidakpuasannya terhadap situasi yang dihadapinya. Pada umumnya kata makian dibentuk karena adanya makna negative yang terkandung dalam kata itu. Namun ada juga kata-kata tertentu yang makna denotasinya mengandung komponen positif, tapi dalam penggunaannya dipakai sebagai kata makian.
         Penelitian dan kajian kata-kata makian, baik dari segi mikrolinguistik maupun makrolinguistik, selama ini belum mendapat perhatian yang lebih dari para peneliti linguistic. Sejauh ini tercatat baru ada 3 penelitian yang mengkaji mengenai hal ini. Melihat hal ini, ada ketertarikan bagi peneliti untuk melakukan penelitian semacam ini, yakni tentang makian karena ada baiknya kajian-kajian yang belum berkembang ini diharapkan dapat ditemukan teori-teori baru, khususnya teori linguistic.
Makian memang berlawanan dengan eufeumisme namun tidak sama dengan disfemisme. Perbedaannya terdapat dalam proses pemaknaannya. Artinya, dalam kata makian, makna kata yang awalnya memang sudah dianggap tabu lalu tetap dipakai oleh penutur.
         Bahasa Minang tepat dipakai sebagi objek penelitian, karena menurut Wijana dan Rosidi, pemakaian bahasa daerah yang cenderung informal akan lebih memungkinkan munculnya kata-kata makian[2]. Selain itu bahasa Minangkabau ini termasuk bahasa yang lebih banyak digunakan dalam tuturan lisan daripada tulisan.
Bagi masyarakat Minangkabau, kata makian disebut sebagai caruik, ketika seseorang sedang mengekspresikan ketidaksukaannya disebut bacaruik.
           

2.      Tujuan
         Penelitian mengenai kata makian bahasa Minangkabau ini memiliki  beberapa tujuan, yakni:
·         Untuk mengetahui bentuk-bentuk apa sajakah yang bias menjadi makian dalam bahasa Minangkabau, baik dari segi mikrolinguistik maupun makrolinguistik
·         Untuk mengetahuai bagaimana bentuk, referensi, penggunaan makian dalam bahasa Minangkabau
·         Untuk mengembangkan ilmu-ilmu baru dalam perkembangan linguistic, salah satunya tentang kata maikan ini, karena kajian tentang kata-kata makian ini masih baru.




Metode Penelitian
         Metode yang dignakan dalam penelitian ini terdiri atas dua, yakni metode simak dengan teknik catat, dan metode survey dengan teknik penyebaran kuosioner. Pencatatan dilakukan dari Kamus Bahasa Minangkabau, terutama kata-kata yang dipahami peneliti sebagai makian, sedangkan teknik penyebaran kuosioner digunakan karena makian sukar ditemukan atau secara leluasa sukar digunakan.


Cara Pengambilan Data
Teknik pengambilan data dilakukan dengan cara mengumpulkan bentuk-bentuk bahasa (kata, frasa, atau kalausa) yang tergolong sebagai kata makian dalam bahasa Minangkabau terutama dalam sumber data tulisan, sedangkan dari sumber lisan, data akan dikumpulkan yang diperoleh dari wawancara dengan penutur asli bahasa Minangkabau.


Hasil dan Pembahasan
          
Deskripsi kata makian bentuk kata
No
Makian
Makna kata
KD
Kata Turunan
Jenis Kata
Af
Ab
Km
V
N
ADJ
INT
      1.             
Anjing/gacik
Anjing
-
-
-
-
-
-
      2.             
Babi
Babi
-
-
-
-
-
-
      3.             
Baruak
Monyet/beruk
-
-
-
-
-
-
      4.             
Bangkanyo
Bingung (sulit memahami)
-
-
-
-
-
-
      5.             
Binga/pakak
Tuli
-
-
-



      6.             
Bunduang
Sejenis penyakit ternak berupa bengkak pada leher
-
-
-
-
-
-
      7.             
Buntuik
Buntut
-
-
-
-
-
-
      8.             
Buruaknyo
Buruknya
-
-
-
-
-
-
      9.             
Busuaknyo
Busuknya
-
-
-
-
-
-
  10.             
Cek
Cis/hus
-
-
-
-
-
-
  11.             
Gadang ota
Pembual
-
-
-
-
-
-
  12.             
Garang sarawa/gadang kalempong
Penakut
-
-
-
-
-
-
  13.             
Galadak
Anjing liar
-
-
-
-
-
-
  14.             
Galadie
Geladir
-
-
-
-
-
-
  15.             
Kantuik
Kentut
-
-
-
-
-
-
  16.             
Kalambai/kulambai
Setan api
-
-
-
-
-
-
  17.             
Kalempong/kaduik
Kemaluan laki-laki
-
-
-
-
-
-
  18.             
Kapie
Kafir
-
-
-
-
-
-
  19.             
Kulera
Kolera
-
-
-
-
-
-
  20.             
Kurok
Kurap
-
-
-
-
-
-
  21.             
Lancirik
Liang dubur
-
-
-
-
-
-
  22.             
Mantiaknyo
Centilnya
-
-
-
-
-
-
  23.             
Mantiko
Kurang ajar

-
-
-
-
-
  24.             
Mantiko langik/mantiko cirik
Perilaku yang sudah melewati batas
-
-
-
-
-
-
  25.             
Mati
Mati
-
-
-


-
  26.             
Pandie
Pander
-
-
-
-

-
  27.             
Pantek
Pantat
-
-
-
-

-
  28.             
Palasik
Pelesit (setan penghisap darah)
-
-
-
-

-
  29.             
Potok
Celana dalam
-
-
-
-

-
  30.             
Setan
Setan
-
-
-
-

-
  31.             
Teanyo
Tololnya

-
-
-

-
  32.             
TOP
Tea, ongok, pandi
-
-
-
-
-
-
  33.             
Tumbuang
Sesuatau yang tumbuh dari organ tubuh yang berlubang
-
-
-
-
-
-
Jumlah
23
5
2
3
1
19
12
1

33 Kata
33 Kata
Persentase (%)
69,69
15,15
6,07
9,09
3,03
57,58
36,36
3,03

100%
100%
Keterangan:


·         KD=Kata Dasar
·         Af=Afiksasi
·         Ab=Abreviasi
·         Km=Komposisi
·         V=Verba
·         N=Nomina
·         ADJ=Adjektiva
·         INT=Interjeksi


Deskripsi Data Makian Berbentuk Frasa

No
Makian
Makna
Jenis Frasa
Berdasarkan Distribusi Dalam Kalimat
Berdasarkan Kelas Kata atau Unsur Pembentuknya
Fend
FEks
FV
FN
FA
FE-K
FE-A
      1.             
Anak pacandaian

-
-
-
-
      2.             
Apak ang

-
-
-
-
      3.             
Babi anjiang

-
-
-
-
      4.             
Baruak gacik

-
-
-
-
      5.             
Baruak gadang

-
-
-
-
      6.             
Bengak bana

-
-
-
-
      7.             
Indak bautak

-
-
-

      8.             
Kurang ajar bana

-
-
-
-
      9.             
Mantiak bana

-
-
-
-
  10.             
Mantiko bana

-
-
-
-
  11.             
Ongok bana

-
-
-
-
-
  12.             
Pakak bana

-
-
-
-
-
  13.             
Palasik kudung

-
-
-
-
  14.             
Panek uaik ang

-
-
-
-
  15.             
Tea bana

-
-
-
-
  16.             
Uaik ang

-
-
-
-
  17.             
Yo bana bengak

-
-
-
-
  18.             
Yo bana busuak

-
-
-
-
  19.             
Yo bana indak bautak

-
-
-
-
  20.             
Yo bana kapie

-
-
-
-
  21.             
Yo bana kurang aja

-
-
-
-
  22.             
Yo bana mantiak

-
-
-
-
  23.             
Yo bana mantiko

-
-
-
-
  24.             
Yo bana ongok

-
-
-
-
  25.             
Yo bana pakak

-
-
-
-
  26.             
Yo bana pandie

-
-
-
-
  27.             
Yo bana tea

-
-
-
-
Jumlah

2
25
-
4
8
15
Persentase (%)

7,4
92,6
-
14,8
29,7
55,6
Total

27 Frasa

Keterangan:
·         FEnd = Frasa endosesntris
·         FE-K = Frasa Endosentris Koordinatif
·         FE-A = Frasa Endosentris Atributif
·         FEks = Frasa Eksosentris
·         FV = Frasa Verbal
·         FN = Frasa Nominal
·         FA = FrasaAdjektival


Deskripsi Data Makian Berbentuk Klausa
No
Makian
Jenis Klausa
Berdasarkan Strukturnya
Berdasarkan Kategori Unsur Suprasegmental yang Menjadi Predikat
KB
KT
KV
KN
KA
KPrep
      1.             
Anak indak bapak
-
-
-
-
      2.             
Ancuak ko ang
-
-
-
-
      3.             
Apak ang di ang
-
-
-
-
      4.             
Babi anjiang ko  ang
-
-
-
-
      5.             
Babi ko ang
-
-
-
-
      6.             
Baruak di ang
-
-
-
-
      7.             
Baruak gacik ko ang
-
-
-
-
      8.             
Baruak ko ang
-
-
-
-
      9.             
Buntuik di ang
-
-
-
-
  10.             
Buntuik ko ang
-
-
-
-
  11.             
Cirik di ang
-
-
-
-
  12.             
Cirik ko ang
-
-
-
-
  13.             
Epet amank ang di ang
-
-
-
-
  14.             
Gacik di ang
-
-
-
-
  15.             
Gacik ko ang
-
-
-
-
  16.             
Galadie ko ang
-
-
-
-
  17.             
Gilo ko ang
-
-
-
-
-
  18.             
Kantuik di ang
-
-
-
-
  19.             
Lancirik ko ang
-
-
-
-
  20.             
Mantiko ko ang
-
-
-
-
-
  21.             
Matilah
-
-
-
-
  22.             
Ongok ko ang
-
-
-
-
-
  23.             
Palasik ko ang
-
-
-
-
  24.             
Pantek di ang
-
-
-
-
  25.             
Pantek ko ang
-
-
-
-
  26.             
Pantek uaik ang di ang
-
-
-
-
  27.             
Potok amak ang di ang
-
-
-
-
  28.             
Potok ko ang
-
-
-
-
  29.             
Setan ko ang
-
-
-
-
  30.             
Tea ko ang
-
-
-
-
  31.             
Tumbuang di ang
-
-
-
-
  32.             
Uaik ang di ang
-
-
-
-
Keterangan
·         KB= Klausa Bebas
·         KT= Klausa Terikat
·         KV=Klausa Verbal
·         KN=Klausa Nominal
·         KA=Klausa Adjektival
·         KPrep=Klausa Preposisional



Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data beserta pembahasannya,dapat dismpulkan beberapa hal mengenai makian dalam bahasa Minangkabau ini,yakni:
1.      Dari segi bentuk makian dalam bahasa Minangkabau, ada tiga bentuk makian, yakni makian dalam bentuk kata, frasa, dan klausa yang berfunsi sebagai induk kalimat dalam kalimat majemuk setara. Makian yang berbentuk frasa paling banyak terdapat berupa kata dasar; makian berbentuk frasa paling banyak terdapat pada frasa endosentris: dan makian berbentuk klausa seluruhnya berupa klausa bebas sehingga berfungsi sebagai induk kalimat.
2.      Makian yang berbentuk frasa dan klausa dalam bahasa Minangkabau , dibentuk dengan proses yang teratur, yakni makian yang berbentuk frasa pada umumnya berbentuk frasa pada umumnya terbentuk dengan menambahkan adverbia yo bana ‘benar-benar’ atau bana ‘benar’ pada kata-kata makian; begitu juga dengan makian yang berbentuk klausa, pada umumnya dibentuk dengan menambahkan frasa ko ang/kau ‘kamu ini’ atau di ang/kau ‘di kamu’ pada kata-kata makian.
3.      Dari segi referensi, kata-kata makian yang terdapat dalam bahasa Minangkabau memiliki 10 referensi (acuan), yakni sifat buruk, binatang, penyakit, makhluk halis, kekerabatan, anggota tubuh, aktivitas (perbuatan), kepemilikan, kotoran, dan pakaian,. Di samping itu, ada juga kata makian dalam bahasa Minangkabau yang tidak bereferensi, yakni kata cek yang sama rtinya dengan hus/cis dalam bahasa Indonesia.
4.      Dari segi fungsi, makian dalam bahasa Minangkabau berfungsi mengungkapkan kemarahan/kekesalan, mengungkapkan penyangkalan, dan menyumpahi. Dari keenam fungsi tersebut, umumnya makian dalam bahasa Minangkabau digunakan untuk mencela dan mengungkapkan kemarahan.


DAFTAR PUSTAKA
Ayub, Asni et.el.. 1993. Tata Bahasa Minangkabau. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Depdikbud.
Achmad HP. Tanpa Tahun. Sintaksis. Jakarta.
Noor, Etty. “Pentingnya Sopan Santun Berbahasa” Dalam Majalah Gemari Edisi 91/Tahun IX/Agustus 2008. Jakarta: Yayasan Dana Sejahtera Mandiri
Wijana, Putu dan Rohmadi. 2010. Sosiolinguistik: Kajian Teori Analisis.Yogyakarta: Pustaka Pelajar


[1] Etty Noor, Gemari Edisi 91/Tahun IX/ Agustus 2008, (Jakarta: Yayasan Dana Sejahtera Mandiri), hlm. 69

2 komentar:

yunitalestari mengatakan...

Penulisan jurnal ilmiah berjudul Makian Dalam Bahasa Minangkabau Karya Muhammad Firdaus yang ditulis oleh Anisa Lastari dapat saya komentari dari tiga segi yakni kesesuaian dengan perencanaan (mind map), sistematika penulisan, dan teknik penulisan. Pada segi kesesuaian tulisan dengan perencanaan, penulis tidak menuliskan perencanaan tulisan pada bagian abstrak dan hasil dan pembahasan. Hal ini, mungkin dipengaruhi karena hasil dan pembahasan yang ditulis oleh penulis hanya terdiri dari tabel-tabel deskripsi data. Sistematika penulisan sudah tepat yakni terdiri dari : abstrak, pendahuluan, metode penelitian, cara pengambilan data, hasil dan pembahasan, dan kesimpulan. Penulis juga menggunakan catatan kaki yang merupakan sumber data dari teori yang menunjang dalam jurnal ilmiah ini. Akan tetapi, penulisan hasil pembahasan tidak dalam bentuk deskripsi kata-kata melainkan hanya dalam bentuk tabel deskripsi data. Teknik penulisan pada jurnal ilmiah ini terdapat beberapa kesalahan penulisan. Misalnya, pada bagian abstak kalimat kesebelas “yang paling ialah makian yang berfungsi mencela atau menghina yakni sebanyak 28 bentuk.” terdapat suatu pelesapan pada kalimat tersebut, seharusnya terdapat kelanjutan dari kata yang paling…. akan tetapi tidak dilanjutkan oleh penulis. Contoh lain, pada bagian tujuan penulisan terdapat kata “maikan” yang seharusnya ditulis makian. Namun, terlepas dari hal tersebut penulis sudah cukup baik dalam menulis jurnal ilmiah berjudul Makian Dalam Bahasa Minangkabau.

Yunita Lestari
2115091881

KEBULAN mengatakan...

Hilda Septiani (2115090050)

menurut saya artikel ilmiah yanng dibuat oleh anisa lastari baik, dilihat sistematika penulisan dan bersumber dari hasil penelitian. penulis juga telah melakukan pengembangan yang sesuai dengan mind map, namun alangkah lebih baik apabila pada tahap pembahasan yang disajikan dalam bentuk tabel, dilengkapi dengan penjelasan tentang tabel tersebut. kemudian terdapat kesalahan penulisan kata-kata. terlepas dari itu semua artikel yang dibuat penulis dapat dikatakan baik karena telah mengikuti teeri. terima kasih