MIND MAP ARTIKEL JURNAL ILMIAH
BERDASARKAN SKRIPSI
“PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI PADA SISWA KELAS V SDN CIRACAS 11 PAGI MELALUI METODE KHAYALAN VISUAL (IMAGE)”
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh metode Khayalan Visual (Imagine)
terhadap kemampuan menulis narasi siswa kelas V SDN Ciracas 11 Pagi.
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Ciracas 11 Pagi mulai Maret sampai dengan
Mei 2011.
Metode penelitian yang digunakan
adalah eksperimen. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SDN
Ciracas 11 Pagi yang berjumlah tiga kelas. Pengambilan sampel dilakukan secara
acak untuk mendapatkan satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Setiap
kelas diambil sampel sebanyak 32 siswa yang diperoleh berdasarkan data ang
terkumpul dari pretest dan posttest. Kelas eksperimen merupkan
kelas yang menggunakan metode Khayalan Visual (Imagine), sedangkan kelas kontrol menggunakan metode konvensional,
yakni ceramah dan tanya jawab.
Khayalan Visual (Imagine) dapat dijadikan salah satu
metode alternatif dalam pembelajaran menulis narasi. Hal itu dikarenakan metode
ini dapat melatih siswa untuk menciptakan dan mengembangkan suatu ide yang
berasal dari pengalaman dan lingkungan yang kemudian dikembangkan menjadi suatu
cerita. Khayalan Visual (Imagine) juga dapat diimplikasikan dalam
pembelajaran lain, misalnya menulis teks drama, puisi, atau cerpen.
Kata
kunci : Khayalan Visual (Imagine), Menulis Narasi, Siswa Kelas V
SD
1.
Pendahuluan
Proses keterampilan berbahasa tidak
dapat dipisahkan atau memiliki hubungan erat satu sama lain. menulis merupakan
suatu kemampuan yag harus dimiliki oleh masing-masing individu terutama siswa,
mulai dari tingkat SD hingga tingkat perguruan tinggi.
Dalam proses pembelajaran di
sekolah, mata pelajaran apa pun menuntut peserta didik untuk melakukan kegiatan
menulis. Terlebih dalam pembelajaran bahasa, peserta didik dituntut untuk
mempelajari seluk beluk menulis dan tidak jarang peserta didik dituntut untuk
melakukan kegiatan menulis tersebut melalui tugas-tugas yang diberikan tenaga
pendidik. Namun demikian, hal yang perlu diperhatikan adalah segala proses
pembelajaran dan tugas yang diberikan oleh tenaga pendidik tidak menjadikan
peserta didik terampil menulis. Hal ini dikarenakan, selama ini tugas menulis
yang diberikan tenaga pendidik dianggp sebagai suatu beban berat bagi peserta
didik.
Menulis bukan pekerjaan yang sulit,
tetapi juga tidak mudah. Untuk memulai menulis, setiap peserta didik tidak
perlu menunggu menjadi seorang penulis yang terampil. Frekuensi lathan menulis
akan menjadikan seseorang terampil dalam bidang tulis-menulis. Menurut Sabarti
Akhadiah, dkk., “Kegiatan menulis ialah suatu proses, yaitu proses penulisan.”
Keterampilan menulis tidak muncul begitu saja, tetapi kegiatan ini membutuhkan
latihan terus-menerus sehingga pada akhirnya seorang mampu menghasilkan sesuatu
dan dapat memahami apa yang ditulis sendiri olehnya sebelum tulisan tersebut
dibaca oleh orang lain.
2.
Kemampuan Menulis di Sekolah Dasar
Masih Rendah
Dewasa ini, pembelajaran menulis
termasuk di sekolah dasar belum menggembirakan. Banyak penelitian yang
mengungkapkan bahwa kemampuan menulis siswa masih rendah karena metode
pengajaran menulis kurang efektif. Proses pembelajaran bahasa Indonesia selama
ini sangat kurang melatih peserta didik dalam keterampilan menggunakan bahasa
sebagai berkomunikasi. Sampai saat ini, kita masih menjumpai sebagian tenaga
pendidik yang lebih banyak memberikan peserta didik teori-teori tata bahasa
tanpa pernah memberitahu bagaimana cara mengaitkannya dalam keterampilan
kebahasaan lainnya. Hal tersebut seolah-olah menggambarkan bahwa sebagian
tenaga pendidik yang dimiliki negara kita tidak kreatif dan inovatif.
Dalam proses pembelajaran di kelas,
sudah selayaknya seorang tenaga pendidik memecahkan masalah yang selama ini
membelenggu peserta didik sehingga apa yang selama ini menjadi kendala dalam
proses kegiatan belajar dapat diatasi atau paling tidak`dapat diminimalisasi.
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang semakin
pesat, seorang tenaga pendidik dituntut untuk dapat melakukan berbagai upaya
inovasi dalam melakukan proses pembelajaran di kelas. Tenaga pendidik dituntut
agar mampu menggunakan alat-alat yang disediakan oleh sekolah dan tidak menutup
kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan zaman. Tenaga
pendidik sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat yang murah dan efisien
mskipun sederana, tetapi hal tersebut merupakan suatu keharusan dalam upaya
mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan.
3.
Pengembangan Metode
Metode ceramah yang selama ini dilakukan
oleh sebagian tenaga pendidik, sudah sebaiknya dikurangi dengan menggunakan
metode-metode pembelajaran lain yang dapat menngkatkan minat peserta didik
dalam belajar. Hal ini sesuai denan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
nomor 19 tahun 2005, yang berbunyi sebagai berikut:
Proses pembelajaran pada satuan
pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta ddik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Agar
kegiatan belajar-mengajar tidak monoton dan peserta didik dapat berkomunikasi
menggunakan bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tulisan, diperlukan
suatu metode dalam proses pembelajaran. Salah satunya dengan menggunakan metode
khayalan visual (imagine). Metode ini
diharapkan mampu membantu peserta didik dalam memahami seluk-beluk mengenai
kemampuan menulis khususnya menulis narasi.
Keraf
mengngkapkan bahwa “Narasi merupakan suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk eyang
dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjad dalam satu
kesatuan waktu.” Kemampuan menulis nrasi ini, mulai diperkenalkan sejak peserta
didik duduk di kelas tiga sekolah dasar dan terus berkembang sesuai dengan
kompetensi dasar yang hendak dicapai pada jenjang yang lebih tinggi.
Melalui
metode khayalan visual (imagine),
peserta didik SDN Cracas 11 Pagi dituntut untuk menuangkan gagasan atau
imajinasi mereka melalui sebuah karangan berdasarkan pengalaman masing-masing
peserta didik. Dengan metode ini, diharapkan mampu memotivasi atau menciptakan
interaksi yang baik antara tenaga pendidik dan peserta didik. Pada penelitian
ini, peneliti menggunakan metode khayalan visual (imagine) dengan menggunakan media film sebagai alat bantu yang akan
dignakan dalam penelitian.
Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Samel penelitian
terdiri dari dua kelas, yaitu satu kelas untuk kelas eksperimen dan satu kelas
untuk kelas kontrol. Peneliti akan memberikan pretest dan perlakuan dengan menggunakan metode khayalan visual (imagine) pada kelas yang akan dijadikan
sebagai kelas eksperimen, serta memberikan postest
pada akhir pertemuan. Dalam kelas eksperimen, peneliti meminta siswa untuk
membuat karangan narasi yang berasal dari pengalaman masing-masing siswa.
Kemdian selanjutnya peneliti mencari jawaban apakah ada pengaruh metode
khayalan visual (imagine) terhadap
kemampuan menulis siswa kelas V SDN Ciracas 11 Pagi.
Populasi
dalam penelitian ini terdiri dari seluruh siswa SDN Ciracas 11 Pagi, tahun
ajaran 2010/2011. Populasi sasaan yaitu seluruh siswa SDN Ciracas 11 Pagi dan
populasi terjangkau yaitu siswa kelas V SDN Ciracas 11 Pagi. Sampel diambil
melalui pembagian dua kelas, yaitu satu kelas eksperimen da satu kelas kontrol.
Kelas eksperimen yaitu kelas yang mendapatkan pengajaran menulis narasi dengan
menggunakan metode metode khayalan visual (imagine).
Kelas kontrol yaitu kelas yang mendapat pengajaran menulis narasi tanpa
menggunakan metode khayalan visual (imagine).
Kemudian sampel diambil berdasarkan jumlah siswa yang mengikuti seluruh tahapan
dari pretest hingga postest.
4.
Kesimpulan
Penilaian
dilakukan berdasarkan kriteria penilaian yang didasarkan pada komponen-komponen
kemmpuan menulis narasi yakni, pengembangan alur cerita, isi cerita, karangan
informatif, pilihan kata (diksi), serta ejaan dan tanda baca. Penilaian ini
dilakukan pada kelas eksperimen dan kontrol dengan sampel sebanyak 32 siswa.
Berdasarkan
hasil penghitungan data penelitian, terlihat bahwa kemampuan menulis narasi
yang diajarkan dengan metode khayalan visual (imagine) lebih tinggi daripada yang tidak diajarkan dengan
menggunakan metode tersebut. Hal ini dapat diketahui dari rentangan skor yang
didapat dari dua kelompok yang menjadi sampel penelitian ini. Rentangan skor
pada kelas eksperimen sebelum menggunakan metode khayalan visual (imagine) adalah 52 hingga 69 dengan
nilai rata-rata 60,91. Namun setelah menggunakan metode khayalan visual (imagine), rentangannya naik menjadi 64
hingga 87 dengan nilai rata-rata 76,13. Pada kelas kontrol, perolehan nilai
pertama adalah rentangan 46 hingga 73 dengan nilai rata-rata 61,25. Namun pada
perolehan nilai yang kedua, didapat dari kelas kontrol rentangan sebesar 52
hingga 81 dengan nilai rata-rata 66,38.
Berdasarkan
nilai-nilai yang diperoleh dari penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa
penelitian ini, yaitu penggunaan metode khayalan visual (imagine) berpengaruh terhadap kemampuan menulis narasi siswa kelas
V SDN Ciracas 11 Pagi.
2 komentar:
Pengembangan yang ditulis tidak sesuai dengan mind map yang disajikan. Pada mind map tidak tercantum abstrak dan kesimpulan , tetapi penulis membuat pengembangan abstrak dan kesimpulan. Masih ada kesalahan dalam teknik penulisan, seperti pada bagian abstrak paragraf 2, terdapat kata “ang” seharusnya “yang” dan kata “merupkan” seharusnya merupakan. Pada bagian pendahuluan kalimat kedua pun, penulis tidak menggunakan huruf kapital pada kata pertama dalam kalimat 2. Pada paragraf 2 bagian pendahuluan terdapat kata “dianggp” seharusnya “dianggap”. Pada paragraf 3, terdapat kata “lathan” seharusnya “latihan". Pada bagian pembahasan Kemampuan Menulis di Sekolah Dasar Masih Rendah, terdapat kata “(tidak`)” seharusnya tidak perlu menggunakan tanda kutip satu atau seharusnya menjadi “tidak”, dan kata “mskipun” seharusnya “meskipun”. Pada bagian pengembangan metode, paragraf 1 terdapat kata “menngkatkan” dan “denan” seharusnya “meningkatkan” dan “dengan”. Pada paragraf 2 kata “ddik” seharusnya “didik”. Pada paragraf 4, kata “mengngkapkan”, “eyang”, “terjad”, dan “nrasi” seharusnya “mengungkapkan”, “yang”, “terjadi”, dan “narasi”. Pada paragraf 5, kata “Cracas” seharusnya “Ciracas”. Pada paragraf 6, kata “Samel” dan “Kemdian” seharusnya “Sampel” dan “Kemudian”. Pada paragraf 7, kata “sasaan”, “da”, dan “metode metode” seharusnya “sasaran”, “dan”, dan “metode-metode”. Pada paragraf 1 bagian kesimpulan terdapat kata “kemmpuan” seharusnya “kemampuan”. Meskipun masih terdapat kesalahan dalam teknik penulisan, secara keseluruhan artikel jurnal ilmiah yang dibuat penulis dapat dikatakan cukup baik, karena bahasa yang digunakannya mudah dipahami dan menggunakan pemilihan kata yang tepat dan beragam.
Raden Firda Siti Humaeroh (2115091875). ^__^
Ada beberapa kesalahan penulisan yang terdapat di dalam artikel jurnal ilmiah ini, tetapi komentar sbelumnya telah membahasnya. Cara penulisan yang disajikan oleh mumun sudah cukup baik. Dengan membaca tulisan ini, pembaca seakan telah membaca skripsi yang diangkat oleh penulis menjadi artikel jurnal ilmiah.
Cahyo Baskoro
2115091856
Posting Komentar