Kamis, 29 Desember 2011

MUMUN SITI MUNAWWAROH - ARTIKEL JURNAL ILMIAH: “PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI PADA SISWA KELAS V SDN CIRACAS 11 PAGI MELALUI METODE KHAYALAN VISUAL (IMAGE)”

MIND MAP ARTIKEL JURNAL ILMIAH
BERDASARKAN SKRIPSI


 



“PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI PADA SISWA KELAS V SDN CIRACAS 11 PAGI MELALUI METODE KHAYALAN VISUAL (IMAGE)”

ABSTRAK
            Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode Khayalan Visual (Imagine) terhadap kemampuan menulis narasi siswa kelas V SDN Ciracas 11 Pagi. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Ciracas 11 Pagi mulai Maret sampai dengan Mei 2011.
            Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SDN Ciracas 11 Pagi yang berjumlah tiga kelas. Pengambilan sampel dilakukan secara acak untuk mendapatkan satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Setiap kelas diambil sampel sebanyak 32 siswa yang diperoleh berdasarkan data ang terkumpul dari pretest dan posttest. Kelas eksperimen merupkan kelas yang menggunakan metode Khayalan Visual (Imagine), sedangkan kelas kontrol menggunakan metode konvensional, yakni ceramah dan tanya jawab.
            Khayalan Visual (Imagine) dapat dijadikan salah satu metode alternatif dalam pembelajaran menulis narasi. Hal itu dikarenakan metode ini dapat melatih siswa untuk menciptakan dan mengembangkan suatu ide yang berasal dari pengalaman dan lingkungan yang kemudian dikembangkan menjadi suatu cerita.  Khayalan Visual (Imagine) juga dapat diimplikasikan dalam pembelajaran lain, misalnya menulis teks drama, puisi,  atau cerpen.
Kata kunci       : Khayalan Visual (Imagine), Menulis Narasi, Siswa Kelas V SD



1.     Pendahuluan
            Proses keterampilan berbahasa tidak dapat dipisahkan atau memiliki hubungan erat satu sama lain. menulis merupakan suatu kemampuan yag harus dimiliki oleh masing-masing individu terutama siswa, mulai dari tingkat SD hingga tingkat perguruan tinggi.
            Dalam proses pembelajaran di sekolah, mata pelajaran apa pun menuntut peserta didik untuk melakukan kegiatan menulis. Terlebih dalam pembelajaran bahasa, peserta didik dituntut untuk mempelajari seluk beluk menulis dan tidak jarang peserta didik dituntut untuk melakukan kegiatan menulis tersebut melalui tugas-tugas yang diberikan tenaga pendidik. Namun demikian, hal yang perlu diperhatikan adalah segala proses pembelajaran dan tugas yang diberikan oleh tenaga pendidik tidak menjadikan peserta didik terampil menulis. Hal ini dikarenakan, selama ini tugas menulis yang diberikan tenaga pendidik dianggp sebagai suatu beban berat bagi peserta didik.
            Menulis bukan pekerjaan yang sulit, tetapi juga tidak mudah. Untuk memulai menulis, setiap peserta didik tidak perlu menunggu menjadi seorang penulis yang terampil. Frekuensi lathan menulis akan menjadikan seseorang terampil dalam bidang tulis-menulis. Menurut Sabarti Akhadiah, dkk., “Kegiatan menulis ialah suatu proses, yaitu proses penulisan.” Keterampilan menulis tidak muncul begitu saja, tetapi kegiatan ini membutuhkan latihan terus-menerus sehingga pada akhirnya seorang mampu menghasilkan sesuatu dan dapat memahami apa yang ditulis sendiri olehnya sebelum tulisan tersebut dibaca oleh orang lain.

2.     Kemampuan Menulis di Sekolah Dasar Masih Rendah  
            Dewasa ini, pembelajaran menulis termasuk di sekolah dasar belum menggembirakan. Banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa kemampuan menulis siswa masih rendah karena metode pengajaran menulis kurang efektif. Proses pembelajaran bahasa Indonesia selama ini sangat kurang melatih peserta didik dalam keterampilan menggunakan bahasa sebagai berkomunikasi. Sampai saat ini, kita masih menjumpai sebagian tenaga pendidik yang lebih banyak memberikan peserta didik teori-teori tata bahasa tanpa pernah memberitahu bagaimana cara mengaitkannya dalam keterampilan kebahasaan lainnya. Hal tersebut seolah-olah menggambarkan bahwa sebagian tenaga pendidik yang dimiliki negara kita tidak kreatif dan inovatif.
            Dalam proses pembelajaran di kelas, sudah selayaknya seorang tenaga pendidik memecahkan masalah yang selama ini membelenggu peserta didik sehingga apa yang selama ini menjadi kendala dalam proses kegiatan belajar dapat diatasi atau paling tidak`dapat diminimalisasi. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang semakin pesat, seorang tenaga pendidik dituntut untuk dapat melakukan berbagai upaya inovasi dalam melakukan proses pembelajaran di kelas. Tenaga pendidik dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang disediakan oleh sekolah dan tidak menutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan zaman. Tenaga pendidik sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat yang murah dan efisien mskipun sederana, tetapi hal tersebut merupakan suatu keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan.

3.     Pengembangan Metode
            Metode ceramah yang selama ini dilakukan oleh sebagian tenaga pendidik, sudah sebaiknya dikurangi dengan menggunakan metode-metode pembelajaran lain yang dapat menngkatkan minat peserta didik dalam belajar. Hal ini sesuai denan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005, yang berbunyi sebagai berikut:
            Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta ddik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.   
Agar kegiatan belajar-mengajar tidak monoton dan peserta didik dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tulisan, diperlukan suatu metode dalam proses pembelajaran. Salah satunya dengan menggunakan metode khayalan visual (imagine). Metode ini diharapkan mampu membantu peserta didik dalam memahami seluk-beluk mengenai kemampuan menulis khususnya menulis narasi.
Keraf mengngkapkan bahwa “Narasi merupakan suatu bentuk wacana yang  sasaran utamanya adalah tindak-tanduk eyang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjad dalam satu kesatuan waktu.” Kemampuan menulis nrasi ini, mulai diperkenalkan sejak peserta didik duduk di kelas tiga sekolah dasar dan terus berkembang sesuai dengan kompetensi dasar yang hendak dicapai pada jenjang yang lebih tinggi.
Melalui metode khayalan visual (imagine), peserta didik SDN Cracas 11 Pagi dituntut untuk menuangkan gagasan atau imajinasi mereka melalui sebuah karangan berdasarkan pengalaman masing-masing peserta didik. Dengan metode ini, diharapkan mampu memotivasi atau menciptakan interaksi yang baik antara tenaga pendidik dan peserta didik. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode khayalan visual (imagine) dengan menggunakan media film sebagai alat bantu yang akan dignakan dalam penelitian.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Samel penelitian terdiri dari dua kelas, yaitu satu kelas untuk kelas eksperimen dan satu kelas untuk kelas kontrol. Peneliti akan memberikan pretest dan perlakuan dengan menggunakan metode khayalan visual (imagine) pada kelas yang akan dijadikan sebagai kelas eksperimen, serta memberikan postest pada akhir pertemuan. Dalam kelas eksperimen, peneliti meminta siswa untuk membuat karangan narasi yang berasal dari pengalaman masing-masing siswa. Kemdian selanjutnya peneliti mencari jawaban apakah ada pengaruh metode khayalan visual (imagine) terhadap kemampuan menulis siswa kelas V SDN Ciracas 11 Pagi.
Populasi dalam penelitian ini terdiri dari seluruh siswa SDN Ciracas 11 Pagi, tahun ajaran 2010/2011. Populasi sasaan yaitu seluruh siswa SDN Ciracas 11 Pagi dan populasi terjangkau yaitu siswa kelas V SDN Ciracas 11 Pagi. Sampel diambil melalui pembagian dua kelas, yaitu satu kelas eksperimen da satu kelas kontrol. Kelas eksperimen yaitu kelas yang mendapatkan pengajaran menulis narasi dengan menggunakan metode metode khayalan visual (imagine). Kelas kontrol yaitu kelas yang mendapat pengajaran menulis narasi tanpa menggunakan metode khayalan visual (imagine). Kemudian sampel diambil berdasarkan jumlah siswa yang mengikuti seluruh tahapan dari pretest hingga postest.

4.     Kesimpulan
Penilaian dilakukan berdasarkan kriteria penilaian yang didasarkan pada komponen-komponen kemmpuan menulis narasi yakni, pengembangan alur cerita, isi cerita, karangan informatif, pilihan kata (diksi), serta ejaan dan tanda baca. Penilaian ini dilakukan pada kelas eksperimen dan kontrol dengan sampel sebanyak 32 siswa.
Berdasarkan hasil penghitungan data penelitian, terlihat bahwa kemampuan menulis narasi yang diajarkan dengan metode khayalan visual (imagine) lebih tinggi daripada yang tidak diajarkan dengan menggunakan metode tersebut. Hal ini dapat diketahui dari rentangan skor yang didapat dari dua kelompok yang menjadi sampel penelitian ini. Rentangan skor pada kelas eksperimen sebelum menggunakan metode khayalan visual (imagine) adalah 52 hingga 69 dengan nilai rata-rata 60,91. Namun setelah menggunakan metode khayalan visual (imagine), rentangannya naik menjadi 64 hingga 87 dengan nilai rata-rata 76,13. Pada kelas kontrol, perolehan nilai pertama adalah rentangan 46 hingga 73 dengan nilai rata-rata 61,25. Namun pada perolehan nilai yang kedua, didapat dari kelas kontrol rentangan sebesar 52 hingga 81 dengan nilai rata-rata 66,38.
Berdasarkan nilai-nilai yang diperoleh dari penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini, yaitu penggunaan metode khayalan visual (imagine) berpengaruh terhadap kemampuan menulis narasi siswa kelas V SDN Ciracas 11 Pagi.

2 komentar:

KEBULAN mengatakan...

Pengembangan yang ditulis tidak sesuai dengan mind map yang disajikan. Pada mind map tidak tercantum abstrak dan kesimpulan , tetapi penulis membuat pengembangan abstrak dan kesimpulan. Masih ada kesalahan dalam teknik penulisan, seperti pada bagian abstrak paragraf 2, terdapat kata “ang” seharusnya “yang” dan kata “merupkan” seharusnya merupakan. Pada bagian pendahuluan kalimat kedua pun, penulis tidak menggunakan huruf kapital pada kata pertama dalam kalimat 2. Pada paragraf 2 bagian pendahuluan terdapat kata “dianggp” seharusnya “dianggap”. Pada paragraf 3, terdapat kata “lathan” seharusnya “latihan". Pada bagian pembahasan Kemampuan Menulis di Sekolah Dasar Masih Rendah, terdapat kata “(tidak`)” seharusnya tidak perlu menggunakan tanda kutip satu atau seharusnya menjadi “tidak”, dan kata “mskipun” seharusnya “meskipun”. Pada bagian pengembangan metode, paragraf 1 terdapat kata “menngkatkan” dan “denan” seharusnya “meningkatkan” dan “dengan”. Pada paragraf 2 kata “ddik” seharusnya “didik”. Pada paragraf 4, kata “mengngkapkan”, “eyang”, “terjad”, dan “nrasi” seharusnya “mengungkapkan”, “yang”, “terjadi”, dan “narasi”. Pada paragraf 5, kata “Cracas” seharusnya “Ciracas”. Pada paragraf 6, kata “Samel” dan “Kemdian” seharusnya “Sampel” dan “Kemudian”. Pada paragraf 7, kata “sasaan”, “da”, dan “metode metode” seharusnya “sasaran”, “dan”, dan “metode-metode”. Pada paragraf 1 bagian kesimpulan terdapat kata “kemmpuan” seharusnya “kemampuan”. Meskipun masih terdapat kesalahan dalam teknik penulisan, secara keseluruhan artikel jurnal ilmiah yang dibuat penulis dapat dikatakan cukup baik, karena bahasa yang digunakannya mudah dipahami dan menggunakan pemilihan kata yang tepat dan beragam.

Raden Firda Siti Humaeroh (2115091875). ^__^

Anonim mengatakan...

Ada beberapa kesalahan penulisan yang terdapat di dalam artikel jurnal ilmiah ini, tetapi komentar sbelumnya telah membahasnya. Cara penulisan yang disajikan oleh mumun sudah cukup baik. Dengan membaca tulisan ini, pembaca seakan telah membaca skripsi yang diangkat oleh penulis menjadi artikel jurnal ilmiah.
Cahyo Baskoro
2115091856